Friday, June 28, 2013

Protonger Art 28/06/2013






Spring is in the air...><


Cold winter...><



Autumn is here ><
 

Protonger : Universe 15 - Prince Of Darkness! Goodbye, Best Friend!



=====================================================================
Pada episode sebelumnya, Agung bersama Phiand ketika sedang makan siang, bertemu dengan seseorang kenalan Agung yang sudah lama tidak bertemu. Setelah 5 tahun tidak bertemu, kini keduanya bertemu lagi di tempat yang sama.
Valvare yang saat itu menemukan sebuah peti mati yang disinyalir adalah peti mati milik Anak Iblis Anubis, ternyata keliru. Adramlech mengatakan kalau yang di temukan oleh Valvare adalah peti mati milik Perdana Menterti Kerajaan Anubis, karena dari kalung yang dikenakan jasad dalam peti tersebut. Hal tersebut sontak membuat Valvare marah, karena usahanya sia-sia belaka. Adramlech mengatakan, kalau peti tersebut tidak akan pernah bisa ditemukan oleh siapapun bahkan oleh Anubis sendiri. Dan dia mengatakan kalau peti tersebut adalah sebagai pengecoh agar peti itu tidak mudah di temukan oleh siapapun.
Rendi Akbar sosok kenalan Agung yang sudah 2 tahun berpisah, ternyata menjalin kerjasama dengan salah satuDemon yaitu Kitsune-Demon. Sesosok Demon Rubah Putih yang dikenal dengan Saudagar Kematian, memberikan kekuatan untuk Rendi supaya dia bisa masuk dalam timnas anggar.
Pada saat yang bersamaan, Rendi yang diberi kekuatan oleh Kitsune-Demon berubah menjadi Abaddon-Demon dan memangsa orang-orang di dalam gedung timnas anggar. Protonger yang menjawab sinyal bahaya langsung melawannya. Violet Pluto yang melawan Abaddon-Demon, terkejut saat Schylla Spearnya merobek topeng Abaddon, dan menemukan wajah manusia di dalamnya. Demi menyelamatkan anak buahnya, Kitsune akhirnya muncul dan menyelamatkan Abaddon-Demon.
Apakah Rendi akan bertaubat menyesali perbuatannya, dan menyerahkan kekuatan Demon yang selama ini di milikinya? Atau dia akan menerima ganjaran berat dan membayar harga mahal atas semua perbuatannya?
=====================================================================

Rendi bergegas kembali menuju markas timnas. Langkahnya terburu-buru, sesekali dia menoleh kebelakang, seperti takut ada yang mengikuti dirinya.
Karena dia menoleh kebelakang, tanpa disadari, dia bersinggungan dengan seseorang dari arah depan, “M..maafkan saya. Saya tidak melihat.” Rendi meminta maaf kepada orang yang dia tabrak itu.
Orang itu hanya tersenyum saja, “ Maafkan saya, saya sedang terburu-buru.” Kemudian Rendi berlari meninggalkan orang tersebut. Orang tersebut menatap punggung Rendi, sambil menatap tajam, lalu melanjutkan perjalanannya.

Saat berada dekat dengan gedung timnas, Rendi menemukan sudah banyak mobil polisi di depan. Ternyata polisi sedang melakukan investigasi atas penemuan mayat yang menjadi korban pembunuhan, “Oh tidak! Kenapa jadi banyak polisi gini?” Rendi memegang kepalanya dan tampak kebingungan.
Dari arah samping ada suara yang mengejutkannya, “ Disini kau rupanya? Cepat masuk kedalam.” Orang itu menarik Rendi kedalam, “ Pak Mulyono?” Rendi masih tampak kebingungan saat Pak Mulyono menarik Rendi masuk kedalam gedung melalui pintu samping.

Pak Mulyono membawa masuk Rendi ke sebuah ruangan, “ Kemana saja kamu? Kenapa baru nongol?” Pak Mulyono melepaskan Rendi saat berada di dalam.
“ Anu..saya..tadi..” Rendi terbata-bata menjawab pertanyaan Pak Mulyono.
“ Dasar bodoh! Kita harus menyelamatkan atlet-atlet terbaik kita, supaya tidak terjerumus dan di nyatakan menjadi tersangka, aku tidak mau terjadi sesuatu pada mereka.” Pak Mulyono menarik kursi yang berada di depannya lalu kemudian duduk.

“ Em..Apa yang terjadi pak? Kenapa banyak polisi diluar?” Rendi berlagak seperti tidak mengetahui apapun.
Pak Mulyono menoleh tajam kearah Rendi, “ Dylan ditemukan mati di ruang loker. Polisi sedang menyelidikinya.”
“ Mati??” Pak Mulyono mengangguk, “ Tapi..siapa pelakunya?”
“ Tidak ada yang mengetahui.”, jawab Pak Mulyono, “Tetapi..ada yang mencurigai kamu yang membunuhnya.” Rendi terlihat terkejut, “ Saya?? Tidak mungkin pak! Saat kejadian saya kan tidak ada disana!”, kilahnya, “ Saya kan baru saja tiba di sini.”
“ Ya, saya juga tidak percaya kalau kamu yang membunuhnya.” Pak Mulyono menyadarkan tubuhnya di sandaran kursi, “ Saya tidak mau nama timnas menjadi tercoreng akibat peristiwa ini. Dan saya akan menyelamatkan anak didik saya.”

Pak Mulyono ini adalah seorang mantan Atlet Anggar Nasional yang terkenal di era 80-an. Menjelang umurnya yang beranjak senja, dia memutuskan untuk pensiun, dan kini mengabdikan dirinya pada dunia anggar, sebagai pelatih atlet-atlet nasional. Dia sangat menyayangi dunia anggar yang telah membesarkan namanya, dan sangat menyayangi anak-anak didiknya.

“ Lalu, apa yang akan kita lakukan pak?”, tanya Rendi cemas.
Pak Mulyono beranjak dari kursi. Sambil menepuk pundak Rendi, dia berkata, “ Untuk sementara, kau bersembunyi saja dulu dari hadapan polisi dan juga media.” Rendi menatap Pak Mulyono, “ Karena saya tidak mau nama timnas kita tercoreng.”. Rendi mengangguk.
“ Baik pak! Saya pasti akan mengikuti perintah bapak!”. “ Bagus!” Lalu Pak Mulyono beranjak menuju pintu, “ Saya akan mengurus mereka dulu. Kau pulanglah, ambil semua barang bawaanmu di ruangan loker. Ingat! Jangan sampai ketahuan siapa-siapa.”, perintahPak Mulyono, sebelum dia beranjak keluar ruangan, dan meninggalkan Rendi sendirian di ruangan tersebut.

Suatu sore di Lovely Wind, Dhony, Eka, dan Phiand ditemani Andri yang saat itu baru saja pulang bekerja, sedang asik berkumpul sambil makan-makan disana.
Mereka mengambil tempat agak di pojok sambil lesehan dan tertutup oleh sekat seperti ruang pemisah yang lazim di temukan di rumah-rumah jepang.
Phiand bersandar di dinding badannya di balut oleh perban. Dia terluka saat melawan Abaddon-Demon. Dhony yang merawat luka Phiand, “ Nah..beres.” kata Dhony yang baru saja membalut badan Phiand dengan perban sekaligus merapihkan kotak obat-obatan, “ Kalau begini lukamu semakin tidak bisa membaik. Kau kan habis ditusuk Eris, dan kini dipukul oleh Abaddon. Kau tidak boleh banyak bergerak dulu.”

“ Tenang saja-“ jawab Phiand sambil mengenakan jaketnya kembali, “-serangan segini, gak ada apa-apanya. Udah, gak usah khawatir.”
“ Jangan sombong dulu, Mas, nanti kalo makin parah, malah berabe.”, ujar Andri, sambil sibuk dengan menu set makan siangnya.
“ Ah, kamu ini, Dek, malah ikut-ikutan. Dibilangin gak apa-apa kok! Udah gak usah jadi kepikiran.”, balas Phiand sambil membuka botol bir dan menuangkan ke gelas. Dhony langsung merebut botol tersebut, “ Hei~!” Phiand terkejut saat botolnya direbut.
“ Jangan minum ini. Minumlah ini.” Dhony menyodorkan segelas orange juice.

Phiand mengenyeritkan dahi, “ Orange juice? Emangnya aku anak kecil? Kemarikan botolnya.” Phiand berusaha merebut kembali botol birnya.
“ Nurut kata orang tua kenapa sih, Mas?” sumbar Andri, sambil merebut botol dari tangan Dhony, dan langsung meminumnya.
Phiand terperanjat melihat Andri meminum birnya, “ Yeee..malah diminum sih Dek!” ujar Phiand kesal. Seketika tawa riuh memenuhi ruangan tersebut.

Di tempat lain, Agung sedang mengendarai motor besarnya, tiba-tiba teringat akan kejadian saat bertempur dengan Abaddon-Demon.
Ingatannya kembali kepada sosok Abaddon-Demon. Saat topeng tersebut pecah dihancurkan oleh dirinya menggunakan Scylla-Spear, Nampak mata seperti manusia di dalamnya, “ Apa yang di rencanakan, Demon? Kenapa mereka sekarang merekrut manusia untuk memenuhi hasrat jahat mereka.”, pikir Agung dalam perjalanan mengendarai sepeda motornya.

“ Tetapi…sorot mata itu…kenapa aku seperti familiar ya?” pikirnya lagi. Tanpa sadar, ada seekor hewan melintas, seekor anak anjing yang menyebrang jalan, “ Oh tidak!” dengan gerakan reflek, dia membanting stang ke kanan. Karena dia dalam keadaan agak ngebut, Agung langsung terjatuh dari motornya.
Dia terseret beberapa senti, dan motornya berhenti setelah menabrak pembatas jalan, “Aaakh..sial!” Agung mencoba bangun, namun sebelumnya, dia melihat si anak anjing yang tiba-tiba melintas itu.

Setelah berhasil bangun, dan membuka helm, dia menghampiri anak anjing tersebut, “ Hei kawan, bahaya sekali kau berada disini. Kau bisa membahayakan dirimu, dan orang lain.” Ditatapnya anak anjing itu. Seekor anak anjing berjenis Labrador berwarna coklat yang mungil.
“ Hehehe..kau ini lucu sekali. Tapi-“ Agung memperhatikan sekelilingnya, memang sih keadaan disitu terlihat agak sepi.”-di mana rumahmu kawan?” dilihatnya leher anak anjing itu. Ada sebuah kalung dan disitu ada tulisannya. Tertulis nama pemiliknya, “ Rendi Akbar?” Agung membaca tulisan yang ada di kalung tersebut.
Agung pun kemudian membawa anak anjing tersebut ke pinggir, “ Jadi kau ini kepunyaan Rendi? Kenapa kau bermain jauh sekali?”

Ketika sedang asyik mengajak anak anjing itu ngobrol, ada seseorang yang menegurnya, “ Kau tidak apa-apa, anak muda?” Agung menoleh kearah suara tersebut. Seorang kakek-kakek umur 70 tahun agak kurus, mengenakan kemeja hijau kotak dan memakai celana panjang warna gelap, “ Apakah kau terluka? Aku mendengar suara tabrakan keras dari dalam rumahku.”, ujar sang Kakek tersebut.
“ Aku tidak apa-apa, Kek. Hanya lecet sedikit.”, jawab Agung tersenyum.
Lalu kakek-kakek tersebut melihat anak anjing yang dibawa oleh Agung, “ Lho? Ini kan Timmy? Kenapa dia bisa ada di sini?”, tanya sang kakek heran.

“ Timmy? Jadi ini milikmu kek? Tadi dia menyebrang jalan, trus saat aku mengendarai motor, hampir saja aku menabraknya. Itulah mengapa aku bisa terjatuh.”, jelas Agung sambil menyerahkan Timmy kepada sang kakek.

“ Ya Tuhan, kasihan sekali dirimu, masuklah kedalam, biar ku obati lukamu. Rumahku disitu.” , kata sang kakek sambil menunjuk rumah bergaya eropa bercat putih di belakangnya.
Agung mengamati rumah tersebut, “ Baiklah kalau begitu. Aku akan mengambil motorku dulu.”
“ Baik, aku tunggu didalam.” Kakek tersebut pun masuk kedalam rumah, dan Agung mengambil motornya yang masih tergeletak di jalan.
“ Huh..maafkan aku ya teman. Kau jadi lecet-lecet begini.”, kata Agung kepada motor kesayangannya. Kemudian Agung membawa motornya masuk kedalam pekarangan rumah sang kakek.

“ Mari masuk, jangan sungkan. Biar aku masuk membawa Timmy ke dalam dan membawa kotak obat.”
“ Terima kasih, Kek. Maaf aku jadi merepotkan.”, balas Agung ramah.
Agung memarkirkan motornya dan langsung masuk kedalam ruang tamu.
Saat didalam, dia melihat banyak foto-foto keluarga terpampang di dalamnya. Ada sebuah foto yang menggugah dirinya, “ Ini kan..Rendi..Aku ingat sekali wajahnya saat dulu ketemu.”, bisik Agung sambil memperhatikan foto Agung yang sedang bersama seorang pria yang disinyalir sebagai kakaknya.

“ Itu foto Rendi saat berumur 18 tahun. Masih muda sekali dia.” Ujar kakek mengagetkan Agung dari belakang. Agung reflek menoleh ke belakang.
“ Maaf aku mengagetkanmu. Ini kotak obatnya.” Kakek menaruh kotak obat di atas meja, “Terima kasih kek.” Agung kemudian duduk di sofa panjang dan segera membuka jaketnya.
Dilihatnya jaket Outsider yang bolong di bagian siku, “ Haduh, Vebby bisa marah nih.”, keluh Agung pelan, sambil menatap lubang besar panjang di sekitar lengan kiri, dan lubang yang agak lebih kecil ukurannya di lengan kanan.
“ Mari kubersihkan lukamu.” Kata kakek sambil bersiap untuk membersihkan lukanya Agung, “Tidak usah, kek. Aku bisa sendiri kok. Aku ini perawat.” , tolak Agung secara halus.

“ Oh ya? Wah syukurlah. Tapi, aku minta maaf kepada dirimu, karena Timmy, kau jadi seperti ini.”
“ Ah, ngga apa-apa kok, Kek.”, balas Agung sambil mulai bersiap membersihkan lukanya.
“ Timmy adalah kesayangan Rendi.”, kata Kakek memulai cerita, sambil Agung tetap membersihkan luka,”-semenjak Rendi di tinggal oleh Ibunya ke luar negeri untuk menetap, satu-satunya yang dia sayangi adalah kakek dan si Timmy itu.”

Mendengar cerita kakek, Agung menjadi tergugah, wajahnya seketika berubah serius “ Ditinggal Ibunya ke luar negeri? Memangnya kenapa, Kek?”
Kakek menghela nafas panjang, dan tampak dia akan bercerita banyak tentang masa lalu Rendi, “Rendi adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara. Ayah Rendi sudah lama meninggal saat Rendi berumur 12 tahun, karena kecelakaan sepeda motor. Ibunya meninggalkan dirinya ke Inggris untuk menikah lagi dengan pria lain dan menetap disana. Hal tersebut membuat dirinya sangat terpukul. Orang yang sangat di cintainya malah pergi dari hadapannya. Kini dia hanya memiliki Aku dan kakak lelakinya tercinta, juga Timmy. Timmy adalah pemberian sang Ibunya sebelum Ibunya meninggalkan mereka.”
“ Jadi yang di foto itu, kakaknya Rendi?” Agung menunjuk kearah pigura foto yang tadi dia lihat.
Kakek mengangguk, “ Dia adalah Randi, kakak tertua Rendi. Orang yang dia paling sayangi adalah Randi.”

“Lalu? Kemana Randi sekarang, Kek? Agung mengambil segulung perban dari dalam kotak obat.
Raut wajah Kakek seketika berubah drastis. Sedih menggelayut pada wajah Kakek, “ Kenapa Kek?”
“ Randi meninggal dunia, saat bis yang di tumpanginya, terperosok ke dalam jurang.” Persendian Agung tiba-tiba kaku, mendengar kabar Randi dari mulut Kakek, “ Me..ninggal?”
Kakek kembali mengangguk, “ Saat itu, Randi dalam perjalanan kemari. Karena dia lama tinggal di Sleman, untuk mengurusi bisnis almarhum ayahnya. Namun dalam perjalanan dalam ke rumah ini.”.

Agung tampak memikirkan sesuatu, “ Kecelakaan bis masuk jurang dari Sleman?” pikirnya dalam hati, “ Anu kek, kalau boleh tahu, kejadiannya kapan ya?”, tanya Agung kepada Kakek.

“ Kakek tidak akan melupakannya, saat itu hari rabu, siang hari, 2 tahun lalu.”.
Agung teperanjat, dia terkejut bukan kepalang, “ 2 tahun lalu?” Kakek mengangguk.
“ Jadi, pertemuan waktu itu, yang membuat dia terburu-buru pergi, jadi karena..” batin Agung.

Kakek menangkap gelagat bingung dari wajah Agung, “ Kenapa, nak? Ada sesuatu?”, tanya Kakek penasaran.
“ Oh, ngga..itu..” Agung menatap kapas yang digunakannya untuk membersihkan lukanya yang tergeletak di atas meja.
“ Sebenarnya..saya sudah pernah bertemu dengan Rendi sebelumnya, Kek.”, ujar Agung dengan tatapan serius, “ Oh ya?” balas sang Kakek terkejut.
“ Iya. Saat itu, 2 tahun yang lalu, saat saya sedang makan siang di sebuah kedai makan tak jauh dari tempat saya bekerja. Ada seorang pemuda yang menghampiri meja saya, karena dia tidak menemukan tempat untuk makan. Pemuda itu adalah Rendi.”

“ Saya pun mau untuk berbagi tempat duduk tersebut. Saat itu kami mulai mengobrol untuk mengakrabkan diri. Saya pun segera memesan minuman untuknya. Namun saat itu saya, pergi untuk mencuci tangan, lalu saat kembali ke meja, saya sudah menemukan Rendi tidak ada di meja tersebut. Seperti sedang terburu-buru sekali. Mungkin kejadian itulah yang membuat dia, maksudnya, membuat kami berpisah.”, cerita Agung kemudian. Dia pun segera merampungkan mengobati lukanya.

“ Begitu ya.”, jawab Kakek.
“ Rendi sangat menyayangi kakaknya. Olahraga yang dia geluti adalah anggar, dan dia berjanji kepada kakaknya untuk bisa menjadi atlet yang bisa membanggakan keluarga ini. Namun..dia..” air mata turun dari pipi Kakek.
“ Sudahlah, Kek..Jangan terlalu dipikirkan, dia baik-baik saja kok.” Agung mencoba menenangkan Kakek.
“ Benarkah? Apakah kau sudah bertemu dia lagi?” Mendengar hal tersebut membuat Agung kembali terheran, “ Mm..ya dia baik-baik saja, memangnya kenapa?”
“ Dia sudah lama meninggalkan rumah ini, sejak kejadian kakaknya meninggal. Yang aku tahu, dia pergi untuk mengikuti pelatihan di timnas anggar, dia sempat mengirimkan surat kepadaku. Tetapi dia sempat dinyatakan tidak lolos masuk seleksi timnas.” Agung mengangguk, “ Aku yakin, dia pergi meninggalkan rumah ini, karena sangat terpukul ditinggalkan orang yang dicintainya untuk yang ke-2 kalinya.”, lanjut Kakek lagi.

“ Mungkin dia hanya butuh waktu untuk sendiri.” Kata Agung kemudian, “ Tetapi saat tadi siang, aku bertemu dengannya lagi setelah 2 tahun kami berpisah. Saat itu pun,dia keburu pergi.”
“ Begitu ya?” Kakek menghapus air mata yang mengalir di pipinya, dan kemudian mempersilahkan Agung meminum teh yang sedianya dihidangkan untuk Agung, “ Ini, minumlah dulu, nak..”
“ Agung..nama saya Agung, Kek.”,jawab Agung sambil meminum teh yang disodorkan oleh Kakek.
“ Terima kasih, nak Agung, sudah mau menjadi teman Rendi. Dia sudah terlalu lama menyendiri memikirkan perasaannya. Dia butuh teman.”
“ Tenang saja, Kek. Dia akan baik-baik saja” jawab Agung lagi.

“ Baiklah kalau begitu, Kek-“ Agung memakai jaketnya, “-saya permisi dulu, terima kasih atas jamuannya, dan obat-obatanya.”
“ Justru saya yang senang, nak Agung mau mampir kemari dan cerita banyak soal Rendi. Sekali lagi, saya minta maaf atas kejadian tadi.”
“ Ahh..Jangan dipikirkan, Kek! Ini tidak ada apa-apanya kok, saya masih bisa menahan, hehe..” Agung berdiri sambil mengambil helm yang ada di sebelahnya, “ Kalau begitu, saya pulang dulu, Kek, permisi.” Agung pamit minta diri, dan beranjak keluar rumah menuju motornya.
“ Baiklah, hati-hati dijalan, nak Agung.” Agung menyalakan mesin motornya, dan pergi meninggalkan pekarangan rumah sang Kakek.

Tetapi saat agak jauh, dia merasa setang motornya agak bengkok. Sambil melihat kebelakang, dia memastikan keadaan aman, “ Maaf ya kawan, ini akan terasa sakit” Dengan kekuatan super Protonger yang dimiliki, dia membetulkan posisi setang yang sedikit bengkok itu, dan langsung tancap gas meninggalkan area tersebut.

------------

Rendi tampak sedang duduk-duduk di kursi sebuah taman di tengah kota. Dia tampak termenung memikirkan kejadian tadi, saat dia membunuh Dylan dengan tangan dinginnya.
Di dalam hatinya, dia tidak ingin menyakiti siapapun. Rendi adalah masih sosok Rendi yang dulu. Membunuh itu adalah kehendak dari wujud Demonnya, “ Ini tidak benar! Aku tidak bermaksud membunuh anak itu.” Dia menatap telapak tangannya.

Tiba-tiba saja, disampingnya, ada seseorang yang duduk di sebelahnya, “ Haaii..”,sapa pemuda misterius berumur 17 tahun  itu ramah sambil tersenyum.
“ Ha? Siapa kau?” Orang tersebut tersenyum pada Rendi, sambil menyodorkan popcorn.
Rendi lalu langsung mengenali pemuda tersebut, “ Lho? Kau’kan yang…”
“ Mau? Ambillah.” Rendi tampak ragu akan tawaran pemuda tersebut, “ Tidak, terima kasih.” Rendi menggeleng, “ Sedang apa kau disini? Bagaimana kau bisa tahu aku disini?”
“ Tidak sedang apa-apa, aku hanya kebetulan lewat saja.”, jawab pemuda tersebut sambil asyik memakan popcorn miliknya.
“ Sepertinya kau sedang ada masalah ya?”
“ Begitulah..” Rendi kembali termenung.

“ Masalah apa? Cerita donk padaku.” , pinta pemuda tersebut.
Rendi merasa mulai terganggu dengan pemuda ini, “ Tidak. Biar masalah ini menjadi tanggung jawabku!” Rendi memandang sinis kepada pemuda yang umurnya tidak jauh darinya.
“ Hahahahaha…segitunya! Galak banget kau ya?” Diambilnya 1 popcorn dan dimasukkannya kedalam mulut, “ Kalau punya masalah, jangan dipendam sendiri aja. Nanti jadi jerawat lho, kalo kata anak-anak sekarang, hehehe..”
“ Apa masalahmu ha? Kenapa kau seperti ingin mengetahui urusanku! Lebih baik kau pergi dari sini!” Rendi tampak kesal, dia bangkit dan segera ingin mengusir pemuda tersebut.

“ Tck..ck..ck..Sifat seperti itu harus kau hilangkan bila berbicara dengan ku.” Lalu dia menjentikkan jarinya.
Dari arah belakang ada pria paruh baya, berbaju rapih, dengan kacamata frame-less menghiasi wajahnya, menghampiri kursi tempat Rendi dan pria itu duduk, “ Rendi Akbar-“, ujar pria berkacamata tersebut.
“ Siapa lagi kau?” Rendi menatap pria yang berjalan menghampiri dirinya.

“ Tidak perlu risau. Kau sudah tahu siapa diriku.”, jawab pria tersebut. Sambil membuka kacamatanya, lalu kemudian, di dahi nya tampak muncul kristal merah dan beberapa garis muncul yang disertai bulu putih.
Rendi terkejut, “ Kau? Tuan Kitsune?” Kitsune yang saat itu sedang menyamar langsung menganggukkan kepala, “ Benar! Ini aku.”
“ Sedang apa kau disini?”, tanya Rendi heran.

“ Aku ingin kau segera menghabisi Protonger!” Kitsune berjalan melewati Rendi, “ Aku merasakan firasat buruk.”
Rendi menoleh ke arah Kitsune, “ Firasat buruk? Firasat apa?” Kitsune terdiam.
“ Aku tidak ingin membunuh lagi. Kau tahu? Tadi polisi sudah mengepung markas timnas! Salah satu Atlet timnas anggar terbunuh oleh monster. Aku tidak merasa membunuhnya!”

“ Itu menurutmu, Rendi. Tapi kenyataannya, kau yang memang membunuh anak itu.” Kitsune yang masih menyamar menjadi manusia, mengenakan kembali kacamatanya.
“ Kau sudah mengadakan perjanjian denganku, Rendi-“ Kitsune membalikkan badannya, “ Kau ingin kekuatan, aku berikan. Tetapi harus ada balasannya.”
“ Tapi tidak membunuh manusia!” Rendi sedikit merasa kesal hingga tidak sadar sampai teriak.

Kitsune tersenyum lebar, “ Itu bukan urusanku. Naluri Demonmu lah yang membunuh manusia, bukan dirimu.”
“ Apa??!!” Rendi terperanjat. Persendiannya lemas, dia duduk di bangku taman, “ Jadi..selama ini, yang menjadi korban dari diriku adalah..naluri Demon yang ada di dalam tubuhku?”
“ Benar.”, jawab Kitsune.

“ Tidak mungkin! Aku tidak mau berbuat hal ini lagi! Keluarkan monster itu dari dalam tubuhku!” Rendi bangkit dari bangku, dan menarik kerah Kitsune.
Perbuatan Rendi, membuat pemuda misterius yang sedari tadi menikmati popcorn, menjadi tercengang.
“ Sudah terlambat Rendi!” jawab Kitsune, “ Selesaikan apa yang menjadi tugasmu.” Mata Kitsune berubah menjadi merah, dan seketika tubuh Rendi terhempas ke belakang.
“ Kau adalah budakku! Aku tidak akan menuruti semua perkataanmu!” teriak Kitsune dengan suara sedikit berat.

“ Wah..wah..wah..” Pemuda misterius itu bangkit dari bangku taman, dan menepuk pundak Kitsune, “ Santai saja, tidak perlu kasar begitu dengan anak baru ini, Kitsune.” Tiba-tiba saja, Kitsune yang tadinya terlihat memucak emosinya, dengan sedikit memperlihatkan wujud aslinya, mendengar perkataan pemuda tersebut, Kitsune langsung menurunkan emosinya, “ Maafkan aku.”
“ Ya sudah, aku pergi dulu ya..Kau urus itu anak buahmu…Pak Guru.” Pemuda tersebut mencengkram keras pundak Kitsune, hingga dia merasa kesakitan. Lalu pria tersebut, pergi meninggalkan Kitsune dan Rendi.
“ Pak Guru?” Rendi terkejut mendengar Kitsune dipanggil Pak Guru.
“ Tidak ada waktu lagi, Rendi! Cepat habisi Protonger!” Kitsune segera bergegas meninggalkan Rendi.
Rendi menatap kepergian Kitsune dari belakang, “ Apa yang harus aku lakukan? ”

Agung sudah tiba kembali di Synergi. Setelah memarkirkan motornya, dia langsung menuju ke ruangannya.
Disana dia langsung membuka komputer, dan mengakses info tentang kecelakaan bis yang terjadi Sleman, sekitar 2 tahun yang lalu.
“ Hum..mana ya tentang kecelakaan bis situ?” matanya tidak lepas dari layar monitor.

Tak lama, dia menemukan sebuah info yang sedang dia cari. Gambar sebuah bis, terlihat sudah rusak berat, dan habis terbakar. Kuat dugaan, bis tersebut meledak setelah masuk ke dalam jurang. Namun walaupun keadaan bis rusak karena terbakar, masih terlihat warnanya.
Bis itu berwarna putih dengan garis merah dan biru di sisi kiri-kanan badan bis.
“ Ini dia. ‘Sebuah bis yang melaju dari arah Sleman, mengalami kecelakaan masuk jurang dan terbakar. Sampai saat ini, pihak yang berwenang tidak mengetahui penyebab bis tersebut masuk jurang.’ Lho? Kok aneh ya?” Agung mengangkat sebelah alisnya, “ Kenapa belum diketahui penyebabnya? Aku akan mencari penyebab lainnya.” Agung kemudian mencari lagi info lain yang terkait dengan berita tersebut.

Pencariannya terhenti pada sebuah kolom berita online yang di keluarkan sebulan setelah kejadian tersebut terjadi.
Di situs berita tersebut, mengabarkan pengakuan dari saksi yang melihat bis tersebut bisa masuk ke dalam jurang.
“ Ini yang aku cari! Wah, berita video lagi, lumayan.” Agung menggerakkan kursor kearah tombol ‘play’ dan langsung memutarkan video wawancara dengan saksi.
Saksi tersebut adalah seorang pengendara mobil yang kebetulan melintas di sekitar kejadian.

“ ‘Bisa bapak ceritakan, bagaimana bis tersebut bisa masuk ke dalam jurang? Menurut berita yang beredar, masih belum jelas penyebabnya?’ “ Sang wartawan mulai menanyai saksi.
“ ‘Baik mas, begini ceritanya, waktu itu keadaannya malam hari...keadaan yang kurang penerangan sekitar kejadian, memang menuntut pengendara untuk tetap waspada.’ “
“ ‘Lalu? Apakah bapak melihat penyebab bis tersebut mengalami kecelakaan?’ , tanya sang wartawan lagi.
“ ‘Saat itu saya sedang menuju ke Sleman mas. Kebetulan bis tersebut dari arah depan mobil saya. Namun saat itu saya melihat ada sosok aneh mas.’ “
“ ‘Sosok aneh? Sosok seperti apa yang bapak lihat?’ “
“ ‘Seperti sosok manusia, karena dia berdiri tegap, tapi karena dia membelakangi mobil saya, yang saya lihat cuman siluet ekor putih dan seluruh tubuhnya ditutupi bulu mas.’ “
“ ‘Sosok di penuhi bulu putih disekujur tubuh? Wah itu aneh sekali pak? Apakah bapak tahu itu sosok apa?’ “
“ ‘Wah saya kurang tahu, mas. Wong, datengnya tiba-tiba. Mungkin itu penunggu sekitar situ kali mas? Dan menurut saya dialah yang bisa dikatakan sebagai penyebab kecelakaan ini.’ “ Tutup sang saksi.

“ Sosok berekor dan berbulu putih???” Agung tampak berpikir keras, “ Jangan-jangan…” Ingatannya tertuju saat pertempuran sebelumnya. Dia teringat pada sosok Kitsune-Demon.
“ Kurang ajar! Jadi dia yang menyebabkan kecelakaan itu!” Agung seketika menggebrak meja.
Tak lama, handphone nya berbunyi, “ Ya halo?”
“ Agung?” terdengar suara di seberang sana.

“ Iya betul. Ini siapa ya?”, banya Agung.
“ Ini aku..”
“ Ya siapa? Ada apa ya mas?”
“ Ini aku..Rendi..”.
“ Kamu toh, Ren? Ada apa?” jawab Agung antusias.
“ Em..anu..em..” Rendi tampak ragu-ragu menjawab di seberang sana.
“ Kenapa Ren? Perlu bantuan?”, tanya Agung lagi, sambil terus mencari informasi tentang kecelakaan bis yang merenggut nyawa Randi, kakak dari Rendi.

“ Kamu bisa ke sini gak? Sama temen kamu itu.”
“ Oh bisa..bisa. Ada apa memang? Mau traktir makan ya? Hehehe..” canda Agung.
“ Ah, kamu bisa aja.” Rendi tersenyum mafhum. “ Aku pengen ketemu kamu aja, ada yang mau diomongin, sama temen kamu yang kemaren itu ya? Aku tunggu lho.”
“ Oke..oke..bisa. Dimana nih ketemuannya?”
“ Di bekas gudang pabrik besi yang di daerah utara situ. Kamu tau kan?”
“ Jauh bener ketemuannya disitu? Tapi gak apa-apa, sebentar lagi aku kesana. Cepet kok.”
“ Oke deh. Makasih ya, Gung. Aku tunggu lho ya? Oiya jangan lupa bawa temanmu itu.” Rendi menutup pembicaraan.
“ Siap. Sekitar 1 jam aku sudah sampai di sana.” Agung kemudian menutup telepon.
Tak sengaja, dia menemukan sebuah situs video amatir yang di buat oleh sekelompok orang tertentu, dan tidak semua orang bisa mengakses.
Agung adalah seorang peretas yang cukup handal, dan berhasil masuk kedalam situs tersebut.
Di dalam situs tersebut, kebanyakan menyajikan video-video dari kamera amatir yang di ambil menggunakan handycam, dan di barisan kanan layar ada daftar video hasil rekaman kamera CCTV..
Agung menemukan sebuah video yang terjadi di tempat kecelakaan itu terjadi, dan ditulis video tersebut di unggah pada waktu 1 bulan lewat seminggu dari kejadian kecelakaan bis tersebut, “ Kok ada CCTV- nya? Bukankah disitu daerah hutan ya? Ah, mungkin sengaja untuk mengawasi lalu-lintas disana.” Agung pun kemudian memutar video tersebut.

Benar saja, video yang berdurasi sekita 45 detik tersebut, memperlihatkan rekaman yang di ambil dari sudut yang sangat bagus. Jadi semuanya terlihat jelas saat kejadian tersebut berlangsung.
Sebuah bis putih yang menjadi korban melaju dari arah atas monitor. Saat bis tersebut dekat dengan tikungan, yang menjadi titik letak dari kamera tersebut, tiba-tiba saja dari arah depan ada sekelebat cahaya putih yang datang dari arah kanan layar.
Sekelebatan cahaya putih tersebut nampak jelas, berdiri menantang di depan bis. Dan seketika dia terlihat seperti memukul atau mengarahkan bis itu, supaya bis berbelok dan masuk ke dalam jurang.
Mobil yang dari arah bawah layar, yang diduga sebagai mobil saksi, langsung terlihat membanting stir ke kiri karena terkejut melihat sosok yang tiba-tiba saja muncul itu.
Bis masuk kedalam jurang, dan terbakar. Sosok aneh itu memutar badan, dan kamera melihat jelas sosok tersebut.
Sebuah sosok yang tidak asing lagi bagi Agung. Sosok rubah putih dengan ekor putih nya yang menjuntai panjang. Setelah dia melihat kearah kamera, dia langsung menghilang dengan cepat.
“ Demon…kalian memang laknat!” geram Agung kesal.

Kemudian Agung teringat pada janji dengan Rendi, “ Oh iya, aku harus menemui Rendi. Aku harus menghubungi Phiand.” Lalu Agung mengeluarkan Planet Brace dari balik kantung jaketnya, “ Phiand? Kau dengar aku?”
“ Yo~! Ada apa?” jawab Phiand.
“ Rendi ngajakin ketemuan, dia minta aku supaya kamu juga ikut.”
“ Rendi?”, tanya Phiand curiga, “ Kok tumben? Kalian kan yang udah lama gak ketemu, kenapa mesti ama aku juga?”
“ Ya, aku juga ngga ngerti. Kamu bisa kan dateng?” , tanya Agung lagi, dia beranjak dari kursi setelah mematikan komputernya.
“ Bisa bisa..jemput aku di kafenya Ambar aja ya? Disini ada Andri, Dhony, ama Eka.”
“ Yo wes, aku jemput ya? 15 Menit aku sampai disana.”
“ Oke..” Kemudian Agung bergegas menuju pintu.

Namun saat di ujung pintu, dia seperti terusik sesuatu, “ Apakah aku harus memberitahu dia ya? Soal penyebab kecelakaan yang menimpa bis kakaknya?”
“ Ah, sebaiknya aku pikirkan nanti saja.” Agung langsung bergegas keluar ruangan.

Motor Agung sudah sampai di depan Lovely Wind. Phiand dan yang lain, sudah berada di depan, “ Lho? Kalian mau ikut juga tah?” , tanya Agung heran, sambil membuka kaca helm.
“ Mereka yang mau, gak apa-apa kan?” jelas Phiand sambil menerima helm pemberian Agung, dan langsung mengenakannya.
“ Aku punya firasat gak enak soalnya, Gung-“ ujar Dhony kemudian, “-makanya mendingan aku ikut aja.”
“ Aku juga..” serobot Eka
“ Ya udah, tapi kalian naek apa?”, tanya Agung lagi.
“ Naek mobil.” , jawab Dhony cepat.
“ Mobil? Emang kamu punya mobil? Kamu kan gak pernah bilang kamu pernah punya mobil?” Agung terlihat keheranan, dia melihat ke segala arah.

“ Mobil nya emang gak disini. –suiiiittt!!!- “ Dhony tampak terlihat bersiul seperti memanggil sesuatu, dan kemudian dari arah belakang Agung, tampak Cygnus terbang kearah mereka, “ Cygnus?” Agung terheran melihat Cygnus datang.
Cygnus kemudian merubah dirinya menjadi mobil SUV berwarna orange.
Andri orang pertama yang keheranan setelah Cygnus berubah menjadi mobil SUV, “ Lho..mobil ini kan?” Andri mengitari perlahan SUV orange tersebut.
Ingatannya kembali teringat pada dulu saat dia memiliki mobil ini, “ Oh iyaa! Aku pernah punya mobil ini. Dan aku baru sadar, ternyata memang mobil ini jelmaan Cygnus. Aku rindu sekali pada mobil ini.” Andri mengelus body mobil tersebut.
Cygnus yang sudah berubah menjadi SUV, bereaksi karena sentuhan Andri. Mobil membunyikan klakson cukup keras, “ Upss..sorry buddy~!” Andri menyengir lebar.
“ Kalau begitu ayo segera lekas pergi, nanti terlambat.”, ajak Dhony. Dia langsung masuk ke dalam SUV.
Iring-iringan sepeda motor berwarna  ungu dan SUV orange bergerak menuju utara Jakarta untuk menemui Rendi.

Rendi duduk dengan cemas diatas tumpukan besi yang sudah terlihat tua dan usang. Dia menunggu kedatangan Agung dan Phiand, “ Kenapa mereka lama sekali?” Rendi memainkan sebatang besi tua yang dia pungut di tanah.
Tak lama kemudian, motor ungu dan SUV Orange memasuki area gudang. Rendi langsung turun dari tumpukan besi usang.
“ Maaf kami terlambat, maklum Jakarta, macet.” Agung langsung membuka helm dan segera turun dari motor.

“ Ah tidak apa-apa kok, aku juga belum lama disini.” Rendi melemparkan ke samping besi yang sedari tadi dia pegang.
“ Ada apa memangnya, Ren? Kayaknya penting banget?” , tanya Agung keheranan.
Dari dalam SUV orange, tampak Andri, Eka, dan terakhir Dhony turun, “ Lho? Siapa mereka Gung?” Tanya Rendi keheranan sambil menunjuk Dhony, Eka dan Andri.
“ Oh ini, temen-temen aku.” Andri, Dhony, dan Eka menghampiri Agung, “ Halo..”,sapa Eka sambil melambaikan tangan. Sementara itu Dhony memperhatikan keadaan sekeliling.
“ Kamu manggil ada perlu apa, Ren?” , tanya Agung, “ Kamu perlu bantuan, atau perlu sesuatu?” Rendi ditanya Agung malah diam menunduk, “ Anu..aku ingin..”

Kitsune tiba-tiba muncul disitu, dia berjalan dari arah depan. Andri yang pertama kali menyadari hal itu, “ DEMON!” Andri langsung membentuk formasi pertahananan melindungi Rendi, diikuti oleh Eka dan Phiand.

Melihat Kitsune muncul tiba tiba disini, membuat Agung teringat saat dia melihat video kecelakaan itu, “ Dasar kurang ajar! Kau benar-benar pembunuh!” seru Agung kesal.
“ Kalian akhirnya berkumpul, Protonger! Apakah kalian sudah siap menerima ajal kalian?”
“ Protonger?” Rendi terperanjat, “ Jadi, mereka semua ini Protonger? Kukira hanya Agung dan Phiand saja.”, ujarnya dalam hati.

“ Rendi, pergi dari sini, biar dia yang kami hadapi.”, perintah Agung.
“ Hahahahaha..” Tiba-tiba saja Kitsune tertawa.
“ Kenapa kau tertawa? Tidak ada yang lucu.” , kata Phiand heran sambil menyiapkan kuda-kuda.
“ Kau memangnya tidak tahu? Bahwa orang yang kau bilang ingin kau selamatkan itu.” Kitsune menunjuk kearah Rendi, “ Adalah bawahanku!” Sontak semua orang terperanjat dan menoleh kearah Rendi.
“ Rendi? Apakah itu benar?” , tanya Agung, “ Katakan..ini bohong kan?” Rendi diam menunduk, tidak berani menjawab.

“ Sudah kuduga-“ kata Dhony, “-ada yang tidak beres dengan pertemuan ini.”
“ Rendi? Kenapa? Kenapa kau berbuat sejauh ini?” ujar Agung lagi.
Agung teringat mata manusia yang muncul dari balik topeng Abaddon-Demon, “ Jadi..Abaddon-Demon itu adalah..” Tanpa disadari, Rendi mendorong Agung hingga terjerembap kebelakang, dan dia berlari menuju Kitsune.
“ APA???” teriak Protonger serempak seraya tidak percaya.

“ Rendi..tidak mungkin..” Phiand menolong Agung untuk berdiri.
“ Maafkan aku, Gung..Aku berbuat senekat ini, demi untuk masuk timnas anggar. Aku sempat tidak diterima, karena aku tidak masuk klasifikasi.”, lanjutnya.
“ Tapi..kenapa mesti Demon??”, tanya Agung.
“ Aku bertemu dengan dia-“ Rendi menoleh kebelakang, “-dan dia menjanjikan supaya aku bisa masuk kedalam timnas anggar..tidak hanya itu, aku mendapatkan lebih dari yang aku harapkan.”.

“ Cukup bicaranya, Rendi! Sekarang..” Kitsune memberikan suntikan kepada Rendi, “-habisi mereka semua.”
Rendi menatap suntikan yang di berikan oleh Kitsune. Ada kebimbangan pada diri Rendi saat itu.
“ Jangan Rendi!” teriak Agung, “ Kau ini kebanggaan orang tuamu! Kau adalah kebanggaan kakek dan juga kakakmu!” Rendi terperanjat mendengar hal itu keluar dari mulut Agung.
“ Apa? Darimana kau tahu itu semua??”

“ Aku bertemu dengan kakekmu, dan dia cerita banyak tentang dirimu.”, seru Agung, sambil berjalan beberapa langkah kedepan, “ Semenjak kepergian Ayahmu tercinta, kau menjadi putus asa, dan sedih, ditambah Ibumu pergi meninggalkan kau dan kakakmu. Terlebih setelah kakakmu juga meninggal dalam kecelakaan sebuah bis dari Sleman.”
“ Cukup! Jangan diteruskan.”, teriak Rendi.
“ Aku mengerti perasaanmu Rendi, ditinggalkan oleh orang-orang yang kau cintai. Kau berjuang keras untuk bisa masuk kedalam timnas anggar demi menjadi seorang atlet anggar, seperti kakakmu.” Protonger yang lain mendengar hal itu, menjadi terkejut.

“ Tapi aku sekarang sudah berhasil masuk kedalam timnas!” kata Rendi
“ Ya, tapi bukan seperti itu caranya, Ren.” Rendi menatap lurus kearah Agung
“ Apalagi, Demon yang dibelakangmu itu-“ Agung menunjuk kearah Kitsune, “-adalah sosok yang menyebab bis yang ditumpangi kakakmu masuk jurang!!!” teriak Agung. Protonger juga tidak kalah terkejutnya.
Rendi terperanjat, seluruh persendiannya seakan lemas, “ A..apa?” Rendi menoleh kearah Kitsune, “ Benarkah?” Kitsune berdiri diam.
“ Benarkah itu!!?!!!” Kitsune mengguncangkan tubuh Kitsune, “ Katakan!!! Benarkah itu?!!!” tubuh Rendi terguncang. Air mata turun di pipinya, “ Kenapa Kitsune? Kenapa?” Rendi berlutut.

“ Kau kira pertemuan kita tempo dulu itu adalah pertemuan yang tidak sengaja?” Kitsune akhirnya angkat bicara.
“ Sebelum kau, Kakakmu sudah lebih dulu menjadi bawahanku!” Rendi kembali terperanjat seraya menatap Kitsune.

“ Dia aku bunuh, karena sebelumnya, dia sempat membangkang tidak mau menuruti perintahku. Kemudian dalam perjalanannya dari Sleman menuju Jakarta, aku yang membuat bis nya jatuh ke jurang.”, kata Kitsune lagi, sambil berdiri menyilangkan tangan.
“ Tidak! Ini tidak mungkin!” Rendi menutup kedua telinganya
“ Aku juga telusuri dia, dan dia ternyata mempunyai adik. Dan aku lalu mencari dirimu. Jadi, jangan kau anggap kita bertemu secara tidak sengaja. Aku ingin kau menyelesaikan apa yang sudah kakakmu mulai, Rendi!”
“ Tidaaaakkkk!!!!!” teriak Rendi pilu. Dalam teriakannya terselip isak tangis penyesalan.

“ Dasar kurang ajaaarr!!” teriak Agung kesal. Tiba-tiba saja dari arah kiri dan kanan Kitsune muncul Demon Army.
“ Cih, dasar payah! Beraninya maen kroyokan. “ kata Phiand sambil menatap satu per satu Demon Army yang tiba tiba saja muncul itu.
“ Jangan menunda waktu lagi Rendi-“ Kitsune membangunkan Rendi dengan cara menarik lengan Rendi, “-cepat, habisi Protonger!” Kitsune langsung menyuntikan alat tersebut ke tangan Rendi. Seketika, tubuh Rendi tertutupi oleh tubuh dan armor Abaddon-Demon.
Melihat tersebut membuat Protonger, terperanjat, “ Ini tidak mungkin!” seru Eka.

Walau tubuhnya sudah berubah menjadi Demon, namun tatapan Rendi masih kosong. Jiwa nya masih terguncang setelah mendengar semua sudah dia dengar.
“ Dasar pecundang! Tunggu apalagi? Kakak dan Adik, sama saja!” ujar Kitsune kesal.
 Kemudian Rendi menatap Kitsune, “ Tidak…aku tidak ingin lagi menerima perintah dari mu..” Rendi mencabut alat suntik yang telah merubah dirinya, dan tubuh Demon langsung hilang berganti tubuh dirinya.
Melihat hal itu, membuat Kitsune terkejut, “ Apa? Jadi kau sudah berani membangkang?” Kitsune menarik kerah jaket Rendi, “ Baiklah..kalau itu maumu.” Kitsune menatap tajam Rendi.
Lalu Kitsune, menjetikkan jari. Dari belakang 2 Demon Army datang membawa sosok yang sangat Rendi kenal, “ Kakek!!” teriak Rendi.
“ Rendii..”
“ Apa yang ingin kau lakukan kepada kakekku, Kitsune?” Rendi membalas menatap tajam kearah Kitsune, “ Lepaskan Kakekku!”

“ Akan kulepaskan Kakekmu, tetapi..Kau habisi dulu Protonger!”
“ Tidak! Tidak akan! Aku tidak akan lagi menerima perintah dari mu!” seru Rendi, sambil melepaskan cengkraman Kitsune.
Rendi berlari menuju kakeknya, namun Demon Army bersiap menahan lajunya, “ Kakek! Cepat lari! Mereka orang-orang jahaaatt!!” Rendi berusaha melepaskan cengkraman Demon-Army.

“ Cukup sudah aku berurusan dengan kakak-beradik ini.” Kitsune berjalan ke depan Rendi, “Kalau kau tidak ingin menuruti perintahku..”
“ Tidak akan! Dasar iblis! Aku tidak akan menuruti kemauan kalian” timpal Rendi cepat.
“ Huhuhuhu..baiklah.” Kemudian Kitsune memberi kode kepada dua Demon-Army yang memegang Kakek.

Sekejap mata, Demon-Army menghabisi nyawa Kakek Rendi, tepat di depan mata Rendi.
Kakek langsung terkapar di tanah. Rendi terbelalak melihat sang Kakek tersungkur, “ Tidak! Kakeeeeekkkkk!!!!!!” teriak Rendi.
“ Apa??” Protonger juga tidak kalah terkejut dibuatnya.
“ Itulah balasan bagi yang berani menolak perintah Demon.”
Rendi kembali terguncang. Air mata yang tadinya sempat kering, kini kembali membasahi pipinya. Demon Army yang memegang Rendi, melepaskan Rendi begitu saja.

“ Dasar.. Kurang ajaaar!!!” teriak amarah Rendi meledak.
Amarah tersebut rupanya, memicu gen Demon yang tersisa di dalam tubuhnya, selama dia menggunakan suntikan itu. Dan Gen itu lah yang menutup tubuh Rendi menjadi Abaddon-Demon. Kalau selama ini, Rendi menggunakan suntikan tersebut, Rendi seperti memakai jubah atau armor, kini Rendi benar-benar berubah menjadi monster.
“ Rendi??!” seru Agung yang terkejut setelah melihat Rendi berubah menjadi Demon.
“ Hrruwwaaahhh!!!!” Abaddon-Demon marah dan menjadi tidak terkendali.
“ Ini yang kuharapkan.” Kitsune terlihat senang dengan rencana yang sudah disusunnya telah berhasil.

“ Abaddon-Demon, habisi mereka!” Kitsune langsung menghilang dari situ, karena dia melihat Abaddon menjadi tak terkendali dan mulai menyerang Demon-Army.
Para Demon-Army tidak berdaya diserang Abaddon-Demon yang mengamuk. Mereka langsung hancur tak bersisa,
“ Hati-hati kawan, dia bukan Rendi yang kita kenal, ini sudah Demon seutuhnya yang menguasai tubuhnya. “ ujar Dhony.

Abaddon-Demon berlari menghampiri Protonger, sambil mengayunkan pedang besarnya. Protonger dengan sigap menghindar serangan Abaddon-Demon, “ Rendi! Sadarlah!” Phiand berusaha untuk menyadarkan sisi manusianya Abaddon yaitu Rendi.
“ Percuma, mas-“ kata Andri yang sibuk menghindar ayunan pedang Abaddon, “-dia sudah sepenuhnya Demon. Sisi Rendi sudah hilang tertelan.”
Agung melihat sosok Abaddon-Demon yang berada di depannya, dan langsung teringat pada pertemuan saat pertama kali dia bertemu 2 tahun lalu, dan pertemuan terakhir saat bersama Phiand.

Agung tiba-tiba berlari menuju Abaddon-Demon, yang saat itu sedang menyerang Dhony.
Dhony bersusah payah menahan terjangan pedang besar milik Abaddon.
Agung dengan sekuat tenaga, mendorong jauh Abaddon dari Dhony, “ Ha? Agung?”
Abaddon yang tubuhnya sedikit lebih besar, tidak menyurutkan nyali Agung untuk saling berhadapan beradu pandang, “ Abaddon, tidak..RENDI! Hentikan semua ini!!” Agung menatap mata Abaddon yang berwarna putih.
“ Sadarlah, Rendi!! Ini bukan dirimu yang sebenarnya!” Abaddon mencoba sekuat tenaga untuk mendorong Agung ke belakang dengan sekali hentakan, namun Agung masih bisa menahannya.

“ Kau adalah Rendi Akbar, orang yang penuh belas kasih dan rasa sayang terhadap sesama, bukan anggota Demon!”
“ Agung, sudah hentikan! Percuma saja!”, ujar Dhony mengingatkan.
“ Rendi Akbar, sadarlaaaaahhh!!! Heaaaaatttt!!!!” Sebuah drop kick melayang ke tubuh Abaddon-Demon, dan dia terjungkal kebelakang.

Abaddon-Demon langsung mencoba untuk berdiri, dan secepat itu pula itu langsung mengayunkan pedangnya.
“ Baiklah, kalau itu memang maumu..maafkan aku Rendi..” Agung berusaha menahan pedang Abaddon dengan sebelah tangannya, dan kemudian, “ Planet Change..” Soul Schylla menyerang Abaddon Demon hingga mundur beberapa langkah dan langsung menyelimuti tubuh Agung menjadi sosok Violet Pluto.

Pluto berjalan pelan menghampiri Abaddon-Demon, dengan Schylla-Spear di tangan kanannya.
Abaddon-Demon pun tanpa berpikir panjang, langsung menyerang lagi dengan pedang besarnya. Pedangnya pun mendarat di tubuh Pluto, namun Pluto tidak bergeming sedikitpun.
Violet Pluto mengangkat pedang tersebut dengan tangan kirinya, dan langsung meremukkan hingga hancur sebagian. Abaddon-Demon pun terkejut.
“ Aku mengerti-“ Pluto berjalan terus sehingga Abaddon berjalan mundur, “-kau bukanlah lagi Rendi Akbar yang aku kenal dulu..kau adalah..Abaddon-Demon!!!” Schylla-Spear diayunkan kearah Abaddon-Demon.

Pluto seakan kalap menyerang Abaddon-Demon dengan Schylla Spear secara membabi-buta.
Abaddon-Demon tidak berdaya, dan tidak mampu untuk menyerang balik serangan Pluto.
Di saat serangan terakhir, saat Pluto ingin mengayunkan Schylla Spear, tiba-tiba saja dia melihat sekelebatan bayangan wajah Rendi di muka Abaddon-Demon, dan itu membuat dia terhenti sejenak, “ Rendi?”
“ Hei? Kenapa dia?”, tanya Eka heran, “ Kenapa dia berhenti?”

Melihat Pluto yang tertegun, dimanfaatkan oleh Abaddon-Demon untuk menyerang balik.
Violet Pluto terpental ke belakang, “ Aarrgghh..”
“ Pluto!!!” Protonger yang lain segera berhamburan menghampiri Pluto.
“ Kau tidak apa-apa?” , tanya Dhony cemas.
“ Ya, aku tidak apa-apa *ukkh*” Pluto berusaha bangkit sambil berpegangan pada Schylla-Spear. Andri dan Phiand turut membantunya.

“ Semuanya-“ Dhony mengambil posisi di depan, “-saatnya berubah!”
“ Baik!” jawab Andri, Eka, dan Phiand serempak. Mereka pun mengambil posisi dan menyiapkan Galaxy dan Planet Brace mereka masing-masing.
“ Galaxy..”
“ Planet..”
“ CHANGE!!!” Abaddon-Demon emosinya semakin memuncak saat melihat Protonger yang lain muncul di hadapannya.
“ Maju semua!”, perintah Orange Uranus sambil mengacungkan Cygnus Axe nya. Violet Pluto masih diam dibelakang, karena tubuhnya masih kesakitan setelah di serang Abaddon-Pluto.

Pluto menyaksikan pertempuran antara Protonger dengan Abaddon-Demon dari belakang. Saat itu juga, memorynya tentang pertemuan dirinya dengan Rendi kembali terulang. Dia masih tidak menyangka, bahwa Rendi akan menjadi seperti ini.
“ Aku sedang mempersiapkan untuk kejuaraan nasional nanti di Surabaya. Kau datang ya menonton pertandinganku.”, balas Rendi.
“ Oh pasti! Kalau aku sedang tidak sibuk, aku pasti sempatkan untuk menonton.” Kalimat itu terulang di ingatannya, dan bayangan kejadian saat kalimat tersebut di ucapkan.

Dia juga teringat ucapan dirinya kepada Phiand saat itu, “ Iya sih. Setidaknya dia menjadi atlit yang jujur, dan bisa diandalkan.”
Pluto menggenggam erat Schylla-Spear, dan langsung serentak dia bergerak maju.

Ayunan Schylla-Spear, langsung mengarah ke Abaddon-Demon. Saat itu Abaddon-Demon yang sedang melawan Yellow Moon, menyadari kedatangan Violet Pluto, dan langsung bisa menghindarinya.
“ Kalau kau memang benar atlet, tunjukkan bahwa kau adalah atlet sejati, Rendi!” Pluto masih menganggap Abaddon-Demon itu adalah Rendi.

Serangan menggunakan Schylla-Spear kembali dilancarkan bertubi-tubi oleh Pluto, membuat Abaddon-Demon kembali tidak berdaya.
Satu ayunan keras membuat Abaddon-Demon terpental. Dia pun roboh.
“ Saatnya aku membebaskan dirimu, Rendi.” Pluto langsung mengambil ancang-ancang menyiapkan jurus serangan.
Schylla-Spear tampak bercahaya, dan Pluto memutarkan Spear tersebut pelan. Terlihat jelas, saat putaran tersebut terjadi, ada seberkas sinar cahaya jelas berbentuk panjang seperti pedang mengelilingi Pluto.
“ Maafkan aku…Rendi…Ini adalah jalan terakhir satu-satunya.” Dari arah depan, wajah Abaddon-Demon tampak lagi wajah Rendi yang sendu terlihat menggangguk.
“ Seven Sword…Slasher!!!” Pluto mengayunkan Schylla-Spear, dan sinar yang berbentuk pedang itu langsung mengarah kepada dirinya.
Serangan Seven Sword Slasher menghujam Abaddon-Demon bertubi-tubi.
“ HWWUUAAARRGHHH..” Abaddon-Demon terjatuh kebelakang, Pluto membalikkan badannya, dan saat itu juga saat Abaddon terjatuh, tubuh nya meledak.

Ada sesuatu yang terjadi saat itu. Dari arah depan, Pluto melihat seperti penampakkan bayangan Rendi, “ Rendi?”
Rendi yang terlihat sendu, tersenyum bahagia, “ Terima kasih, Gung. Kau sudah berhasil membebaskan ku.” Pluto seakan tidak percaya dengan penglihatannnya, lalu kemudian, dia melepaskan helm Pluto nya.
“ Terima kasih, kau sudah mau menjadi sahabat dekatku. Walau belum sepenuhnya, karena kita baru saja bertemu beberapa waktu saja. Tetapi aku sudah menganggap kau sahabatku.” Rendi tersenyum.
“ Kini, aku bisa bergabung dengan orang-orang yang aku sayangi. Terima kasih sekali lagi.” Agung tak mampu berkata apapun, selain hanya mengangguk. Matanya mulai tampak berkaca-kaca.
Saat itu juga, bayangan Rendi menghilang.

Protonger yang lain pun, langsung menghampirinya, “ Kau tidak apa-apa kawan?”, tanya Uranus.
Agung mengangguk, sambil menahan isak, “ Ya. Kau lihat Rendi tadi?” , tanya Agung kepada Uranus.
Uranus menggelengkan kepala, “ Tidak.....mungkin dia hanya ingin menyampaikan pesan terakhir hanya kepadamu.” Uranus menepuk pundak Agung.
“ Ya, mungkin.”, jawab Agung.
“ Baiklah, ayo kita pulang.” ajak Jupiter.
Mereka pun mematikan kekuatannya dan segera meninggalkan tempat tersebut.

Saat kendaraan yang mereka naiki, bergerak meninggalkan gudang, dari arah luar tampak terjadi kekacauan.
Demon-Army mendadak berubah menjadi besar, “ Apa? Demon-Army??” ujar Eka yang melihat Demon-Army berjenis Golem, mengacak-ngacak kota.
“ Mereka maunya apa sih???” keluh Eka lagi.
Tampak dari arah samping Phoenix, Griffin, dan Hippogrif, mulai menyerang Golem-Demon.
“ Teman-teman!” seru Eka.

“ Eka, Andri, Phiand, panggil Beast kalian, dan segera bergabung.”, perintah Red-Mars.
“ Siap bos!” kemudian mereka berubah lagi menjadi Protonger, setelah mereka tadi mematikan kekuatan, dan segera memanggil Beast mereka masing, “ Summon! Beast Guardian!!” Tak lama, datanglah Dragon, Pegasus, dan Unicorn.
“ Galaxy Combine!!” teriak Insider serempak.
Para Beast langsung bersatu membentuk ProtonKing, “ ProtonKing..Ready!”

Golem-Demon langsung mengamuk, setelah melihat ProtonKing muncul di depannya.
Saat Golem-Demon mengayunkan gada besarnya, secepat kilat, ProtonKing menghindar dengan cara terbang.
“ Kita habisi mereka!” perintah Red Mars.
“ Baik!” Sambil melayang di udara, Pegasus merentangkan sayapnya, dan tanduk Unicorn tampak menyala.

ProtonKing bersiap untuk melakukan jurus pamungkas, “ ProtonKing…Victory Arrow!!” sebuah sinar berbentuk panah melesat menghujam Golem-Demon.
Tetapi karena Golem-Demon termasuk Demon yang cukup kuat, serangan tersebut sudah pasti bisa di tepis, “ Dasar sial!!” ujar Silver Earth kesal.
“ Insider!” ada suara tiba-tiba dari arah belakang.
Ternyata itu adalah Uranus yang datang bersama Cygnus, “ Uranus!” teriak Yellow Moon bahagia.

“ Gabungkan Cygnus dengan ProtonKing!” lanjut Uranus.
“ Baik…semuanya! Cygnus! Galaxy Armament!” Unicorn segera melepaskan diri dari formasi ProtonKing dan bertukar tempat dengan Cygnus, “ProtonKing Claw!

Golem-Demon masih menahan panah dari Victory Arrow dari ProtonKing. Melihat hal tersebut, langsung membuat ProtonKing, kembali melancarkan serangannya untuk yang kedua kalinya.
Bola energi besar muncul dari arah dada ProtonKing, yang kemudian di tebaskan menggunakan Cygnus Claw yang sedari tadi sudah menyala, “ Heavenly…Slasher!”
Bola energi tersebut menerjang Golem-Demon yang sedang kewalahan menahan laju Victory Arrow, dan seketika dia langsung meledak. ProtonKing Claw langsung pose kemenangan.

Sore hari nya, Agung tampak berada di sebuah kawasan pemakaman. Didepannya tampak nisan putih bertuliskan nama Rendi Akbar, tepat di samping makam kakaknya, Randi Akbar.
Agung meletakkan karangan bunga berwarna ungu di atas makam Rendi, “ Semoga kau tenang disana, kawan.” Agung mengusap nisan putih tersebut.
Tampak dia mengenakan kacamata hitam dan langsung balik meninggalkan area pemakaman.

Sepeninggalan Agung dari area pemakaman, tampak ada sosok yang menghampiri nisan Rendi, “Mati satu..tumbuh seribu.” Ternyata sosok tersebut adalah Kitsune yang dalam wujud penyamarannya.
Dari arah belakang, dia melihat ada sosok anak muda yang masih lengkap mengenakan seragam sekolahnya, “ Kitsune..” panggil anak muda tersebut.
“ Oh tuan.” Kitsune menunduk sedikit.
“ Rupanya, berakhir seperti ini ya.” Pemuda itu sedikit merendahkan tubuhnya, dan menatap nisan Rendi.
“ Jangan khawatir Tuan! Saya akan mencari lagi manusia yang bisa kita jerat dan menjadi pengikut kita.”
“ Oke deh-“ Pemuda tersebut berdiri, “-tolong ya, Kitsune.” Pemuda tersebut meninggalkan Kitsune sendirian.

“ Baik….tuan BELIAL.”

-bersambung-

Story by : Krishna Indraprasta