Friday, June 14, 2013

Protonger : Universe 14 - Old Friend! Swordsman's Sacrifice!



“ Aaaaaa….”
“ Ya cukup.” Agung menyudahi memeriksa mulut Phiand.
“ Trus? Aku kena penyakit apa?”, tanya Phiand penasaran. Agung memasukkan senter kecil ke kantung kemejanya, “ Emmm…penyakit malarindu tropikangen” jawab Agung asal.
“ Ha? Penyakit apa itu?” Phiand melongo. Agung tertawa kecil, “ Tidak! Aku hanya bercanda-“ Agung bersandar pada lemari kabinet yang berseberangan pada tempat-tidur-periksa,”-tidak ada penyakit serius yang kutemui, kau hanya lelah saja. Lagian kamu harusnya ke Dokter ”, jawabnya lagi.

"Aku takut ke Dokter. Tapi serius nih?” Phiand masih tidak percaya. Agung mengangguk mantap,” Sungguh. Kau tidak terkena penyakit serius.”
“ Tapi aku merasa seperti kurang tenaga saat bertarung melawan Demon.” Phiand mencoba memberikan penjelasan.
“ Hum..begitu ya? Yaa..mungkin saja, kau’kan pernah cedera serius saat Eris menusukmu, mungkin yang kau rasakan sekarang, efek dari serangan itu.” Phiand turun dari tempat tidur dan beranjak ke kursi, “ Tapi waktu itu kan aku telah diberi ramuan oleh Hermes? Masa iya ngga ampuh?”
Agung beranjak ke meja kerjanya dan duduk di depan Phiand, “ Sudahlah, jangan menjadi beban pikiranmu, Phi. Kau ini mungkin hanya lelah saja.”
“ Begitu ya?” Phiand mencoba untuk mengerti dan mengangguk.

“ Oh iya-“ Agung melirik jam tangannya,”-kau lapar? Sudah jam makan siang nih, bagaimana kalau kita makan siang? Aku yang traktir.” ajak Agung.
“ Naahh..ini baru namanya temen!” balas Phiand antusias, “ Kebetulan aku belum sarapan dari pagi.”
Agung menggelengkan kepala, “ Dasar kamu ini! Gimana gak lemes? Pagi gak sarapan, hehehe..Ya sudah aku bilang suster dulu, aku mau keluar makan siang, kau tunggu di luar, okey?” usul Agung kemudian sambil dia membereskan mejanya.
“ Siap, Boss!” Phiand sambil mengenakan jaket birunya, dia beranjak menuju pintu.
Agung segera mengangkat telepon dan menghubungi suster jaga, “ Sus, saya mau keluar makan siang sebentar, belum ada pasien kan?”
“ Belum, Pak, dokter Eddy sepertinya hari ini tidak ada jadwal.”, jawab sang suster di ujung telepon.
“Baiklah kalau begitu, tolong ya Suster.” Agung segera menutup teleponnya, dan bersiap menghampiri Phiand yang sudah menunggu di luar.

Agung sudah berada di luar rumah sakit Synergi. Dia segera mencari Phiand, “ Yo!” Phiand terlihat melambaikan tangan sebagai memberikan tanda keberadaannya.
“ Sudah siap?”, tanya Agung.
“ Sudah donk, sudah lapar nih saya,hehehe.”
“ Ayo berangkat.”, ajak Agung kemudian sambil beranjak ke parkiran motor.
“ Eh tunggu!” Phiand menarik tangan Agung, “ Ada apa?” Tanya Agung heran.
“ Memang kita naek apa?”
“ Naek motorlah! Ayo keburu siang ntar penuh!” Agung segera beranjak menuju parkiran motor.
Begitu sampai di parkiran, Phiand terlihat takjub melihat motor besar berwarna Violet terparkir, “ Wuuuiih…ini motormu??” Phiand mengitari motor Agung. Motor besar berwarna violet bermesin 1000cc terparkir diantara motor berkapasitas mesin lebih kecil.
“ Iyalah, siapa lagi yang punya motor aneh bentuknya, dan warna nge-jreng ungu gini.”, balas Agung sambil memakai helm, “ Nih pake helmnya. Pegangan ya..”
Akhirnya, Agung dan Phiand beranjak meninggalkan parkiran menuju tempat makan siang.

Di tempat lain, di sebuah pedalaman hutan lebat dalam sebuah planet yang letaknya agak jauh dari gugus bintang jagat raya, Valvare masih berdiri memandangi peti mati kayu dengan logo Kerajaan Anubis berwarna emas di atasnya, “ Inilah saatnya…Kemenangan kita sudah di depan mata.” Valvare mengusap peti mati tersebut.
“ Demon Army! Angkat peti ini, dan bawa ke pesawat!” perintah Valvare kemudian.
“ Hou!!” 4 Demon Army secara bersama mengangkat peti mati tersebut dan membawanya kembali ke pesawat.

Pohon-pohon besar di hutan tersebut, seakan memiliki mata-mata. Seperti saat itu, ada sesosok bayangan yang memperhatikan kegiatan Demon Army yang membawa peti mati masuk kedalam pesawat. Dia melihat Valvare dan mengikutinya dari belakang, “ Segera kita pergi dan kembali ke Istana!”, perintah Valvare kemudian.
Pintu belakang pesawat segera ditutup, begitu Valvare masuk. Mesin dinyalakan, jet booster menyala dan membawa pesawat Valvare kembali mengudara kembali ke angkasa dan pulang ke Istana.
“Ini gawat!” ujar sang sosok misterius tersebut. Dia pun melompat dari pohon ke pohon dan segera juga pergi meninggalkan planet tersebut.

“Gung! Aku punya tempat makan enak.”, ujar Phiand sambil berteriak, karena dia dibonceng motor dan suaranya hampir tidak terdengar.
“Oh ya? Dimana? Aku kira kita akan ke tempat Ambar.”, balas Agung penasaran.
“Aah..Makan di tempat Ambar bosen! Aku ada tempat enak, okelah pokoknya. Di depan belok kiri.”, teriak Phiand lagi.
“ Begitu ya? Baiklah.” Agung membelokkan motornya ke kiri tepat saat melewati perempatan jalan.
“ Di depan belok ke kiri, tapi belokan ke-2.”, ujar Phiand memberikan arah. Agung segera menurutinya.

“ Stop kiri, naah ini tempatnya.” Agung menepikan motornya.
Namun saat dia melihat tempat makan yang dimaksud, dia seakan teringat sesuatu.
Sambil membuka kaca helm, dia memandangi area tempat makan tersebut, “Narotama Cafe...? Lho..tempat ini kan.”, bisik Agung pelan.
“ Disini enak, Gung makanannya.” Phiand segera turun dan membuka helm.
Agung pun setelah membuka standart motor, dia segera turun sambil membuka helm. Pandangannya masih tertuju pada tempat ini.
“ Hei, Gung! Kok bengong sih? Ada apa emangnya? Ayo masuk.”
“ Okeh.” Agung mengikuti Phiand dari belakang.

Setelah mencari tempat kosong, Phiand memanggil pelayan untuk meminta menu, “Mas, lihat menunya donk. Sama sekalian es tehnya ya dua. Haus...‎​​hehehehe.”
Agung masih melihat ke sekitar. Memorinya tentang tempat ini seakan teringat kembali dirinya.
“ Kenapa sih, kayak orang bingung gitu?”, tanya Phiand heran.
“ Aku pernah kesini sebelumnya.”, jawab Agung, “ Di tempat ini, aku punya kenangan akan seseorang.” Matanya menerawang jauh ke salah satu meja. Pikirannya kembali ke masa lalu, saat bertemu orang tersebut.

Kejadiannya waktu itu sekitar 2 tahun yang lalu, Agung masih praktik magang di sebuah rumah sakit kecil tidak jauh dari rumah makan ini.
Saat itu, jam makan siang. Agung sedang menunggu makan siang yang sudah di pesannya. Kemudian ada seorang pemuda yang menghampiri dirinya. Karena waktu itu jam siang dan meja dimana-mana sedang penuh. Kebetulan meja Agung isi 2 kursi, dan 1 kursi kosong. Nah pemuda itu memilih untuk bisa duduk bersama di kursi Agung.
Agung pun menyetujui untuk berbagi tempat duduk. Darisitu, akhirnya mereka mulai ngobrol untuk mengakrabkan diri.
Namun sialnya, Agung tidak pernah mendapatkan nama pemuda itu, karena saat itu, dia tampak buru-buru sekali, bahkan makanan yang dipesannya tidak dimakannya. Agung pun juga tak sempat menanyakan namanya sebelum dia pergi meninggalkan Agung.

“ Begitu ceritanya.” Agung menutup ceritanya.
“ Oh begitu? Trus memang kau tidak punya info atau apapun mengenai dia gitu?”, tanya Phiand lagi.
“ Entahlah, aku aja gak sempet nanya nama dia, boro-boro aku nyari info.” Agung menghela nafas panjang.
Kemudian, makanan yang mereka pesan pun datang, “Naahh..makanannya datang. Ayo, sikat! Hehehehe..” Mereka berdua bersiap untuk menyantap hidangan.

Saat mereka berdua sedang asyik menyantap hidangan, ada seseorang yang datang menghampiri meja mereka.
“Agung ya?” sapa pria tersebut.
Agung menoleh ke belakang mencari sumber suara, “ Apa kabar? Sudah lama ya, kita tidak bertemu.”, tegur pria tersebut ramah.
“ Lho? Kamu’kan yang waktu itu kan?” Agung mencoba untuk mengembalikan memori lamanya.
“ Iya, aku yang waktu itu ketemu-“ jawabnya sambil tersenyum, “-apa kabar kamu, Gung?” Pria tersebut menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Agung langsung menjabat tangan sang pria tersebut, “ Baik! Kau apa kabar?”
“ Aku baik.”
“ Oh, iya! Aku belum pernah tau namamu.” Phiand yang saat itu sedang asyik makan, akhirnya ikut memperhatikan reuni Agung dengan pria yang dia ceritakan barusan.
Betapa terkejutnya dia, saat melihat pria tersebut, “ Kau’kan..Rendi Akbar! Atlit Anggar nasional itu kan?” Phiand terpana melihat ada seorang atlit terkenal di depan matanya.

Rendi terkekeh, “ Iya betul-“ dia menoleh Agung,”-maaf waktu itu aku belum sempat memberikan namaku, sedangkan kau sudah memperkenalkan dirimu. Itu sungguh tidak sopan, hehehe.”
“ Kau..Rendi Akbar?” Agung juga ikut tidak percaya. Rendi tersenyum sambil mengangguk, “Apa kabar dirimu, Gung? Bagaimana sekarang? Sudah jadi Perawat?”
“ Tentu saja, aku sekarang bekerja di Synergi.”, jawab Agung.
Pertemuan yang sungguh luar biasa. Orang yang dulu dia temui namun belum pernah dia mengetahui namanya, kini muncul lagi di depan matanya, “ Kau sedang apa, Ren? Sibuk apa sekarang?”, tanya Agung balik.
“ Aku sedang mempersiapkan untuk kejuaraan nasional nanti di Surabaya. Kau datang ya menonton pertandinganku.”, balas Rendi.
“ Oh pasti! Kalau aku sedang tidak sibuk, aku pasti sempatkan untuk menonton.”

“ Hei, Gung!-“ kata Phiand,”-kau ini bagaimana? Kenapa tidak menyuruh dia duduk sih?”
“ Oh iya! Ya ampun, saking senangnya bertemu dengan dia, aku sampai lupa! Ayo duduk makan bareng kita.”, ajak Agung sambil menarik salah satu bangku dekat Phiand.
“ Tidak usah makasih, Gung. Aku kebetulan lagi buru-buru.”, tolak Rendi secara halus.
“ Lho? Kau mau kemana? Duduk dulu lah, kita ngobrol-ngobrol dulu.”
“ Hahaha..itu gampang, sekarang aku benar-benar sedang buru-buru. Nanti kalau aku ada waktu kosong, kita pasti ngobrol-ngobrol.”
“ Kalau begitu, ini nomerku-“ Agung menyerahkan kartu namanya kepada Rendi,”-kalau ada waktu, hubungi aku di nomer ini.” Rendi memperhatikan kartu nama pemberian Agung, “Baiklah kalau begitu, aku pasti akan mengabarkanmu. Kalau begitu, aku permisi dulu, sampai nanti ya.” Rendi kemudian pamit, dan meninggalkan Agung beserta Phiand.

“ Hebat kau, Gung! Punya kenalan Atlit!” seru Phiand antusias.
“ Ah, aku kan juga gak tau kalau dia itu Atlit. Dulu mana dia pernah bilang kerjaan dia apaan, nyebutin nama juga gak sempet.”, balas Agung.
“ Ya..setidaknya kau sudah tau’kan kalau dia itu Atlit Anggar terkenal.”
“ Iya sih. Setidaknya dia menjadi atlit yang jujur, dan bisa diandalkan.” Mereka berdua pun, meneruskan makan siang mereka.

Eris masuk kedalam sebuah ruangan. Di depannya terlihat Adramlech yang masih terbaring lemah akibat insiden kemarin, “ Bagaimana keadaanmu, Adramlech?”
Adramlech menatap dingin ke arah Eris, “ Sejak kapan, kau begitu perhatian kepadaku?” Adramlech langsung membuang muka kearah kiri.
Mendengar hal tersebut membuat Eris sedikit emosi, “ Dasar tidak tahu diri! Aku mencemaskan keadaanmu, malah kau berkata demikian.”
“ Terserah kau saja! Aku tidak peduli lagi denganmu.” Eris kesal dan menghentakkan kaki, kemudian pergi meninggalkan Adramlech sendirian.

“ Tunggu Eris!” Adramlech menghentikan langkah Eris.
“ Ada apa?” Eris menatap sinis kearah Adramlech.
“ Kau melihat Valvare kemana?” Eris tiba-tiba teringat dengan Valvare, “ Oh iya! Kemana ya dia?”, tanya Eris pada dirinya sendiri.
“ Dasar bodoh! Memang kau tidak lihat dia pergi?” Adramlech sedikit emosi.
“ Mana aku tahu!?! Kemarin kan ada kejadian Golem-Demon mengamuk di Istana! Aku tidak memperhatikan dia.” , jawab Eris sedikit kesal karena dibilang “bodoh”
Adramlech menatap lurus ke depan, “ Pasti dia sedang mencari ‘itu’ “
“ Itu? Apa maksudmu?” Eris menjadi penasaran.
Adramlech melepaskan alat bantu yang menempel di badannya, dan mencoba untuk berdiri. Eris sedikit terkejut yang melihat Adramlech beranjak dari tempat tidur, “ Hei! Mau kau bangun dari tempat tidur?” perlahan-lahan, Adramlech berusaha bangun.

Walau rasa sakit mendera tubuhnya, tapi dia tidak kenal menyerah. Saat bisa duduk di tepian tempat tidur, dia mengambil sesuatu dari atas meja kecil, yang terletak di samping tempat tidurnya, “ Cacing itu? Mau kau apakan cacing itu, Adramlech!” Eris terlihat panik.
“ Diam! Dengan cara ini aku bisa sembuh!” Adramlech mendorong Eris kesamping.
Cacing yang dipegangnya, langsung di masukkan ke dalam mulut.
Adramlech bereaksi seperti Demon-Army waktu itu. Merasakan kesakitan dan rasa panas yang menjalar tubuh.
Punggung yang patah di beberapa tempat, seakan membetulkan sendiri susunan tulang yang patah. Dia berusaha untuk menahan rasa sakit tersebut, “ Adramlech!” teriak Eris.
“ Jangan cerewet! Ini tidak apa-apa!! –aakkghh-“ Adramlech terjatuh dari tempat tidur sambil berlutut seraya menahan rasa sakit dari efek menelan cacing Parademon Parasite.

Beberapa saat kemudian, Adramlech sudah bisa menguasai keadaan. Dia sudah bisa tenang, rasa sakit yang mejalar punggungnya berangsur menghilang.
Perlahan dia mencoba untuk berdiri, “ Adramlech?” desis Eris pelan.
Sedikit gerakan meluruskan pinggang dan belakangnya, Adramlech kini kembali pulih seperti sedia kala, “ Tenang, Eris. Semuanya dalam kendali.”, jawab Adramlech sambil tersenyum sinis.
“ Sekarang-“ kata Adramlech sambil mencabut alat bantu yang masih menempel di punggungnya,”-kita cari Valvare! Aku punya firasat buruk!” Adramlech berjalan meninggalkan ruangan.
“ Firasat buruk? Firasat apa?” Adramlech tidak menggubris pertanyaan Eris, dan menghilang di tikungan. Eris kemudian mengikuti Adramlech.

Adramlech pun masuk ke ruangan utama, diikuti Eris di belakangnya. Dihadapannya terpampang sebuah peti mati yang Valvare bawa, “ Apa? Peti ini…” Adramlech mengitari peti tersebut.
“ Selamat datang kembali, Adramlech!” Valvare mengejutkan dari arah belakang.
“ Valvare! Apa yang kau lakukan?! Apa ini?” Tanya Adramlech penasaran.
“ Tidak mungkin kau tidak tahu benda apa ini-“ Valvare melirik Eris,”-ini adalah…peti dari Anak Iblis Anubis!”
“ APA??” Adramlech dan Eris seketika terperanjat mendengar ucapan Valvare.

“ Tidak perlu terkejut seperti itu, Adramlech! Aku sudah tahu, kalau kau juga mengincar peti ini kan?” Valvare duduk di kursi kebesarannya.
“ Hmph! Dasar bodoh! Mana mungkin, aku mencari untuk kepentinganku sendiri!” Adramlech masih memandangi sekeliling peti.
Tatapannya tertumbuk pada logo Kerajaan Anubis berwarna emas.
Adramlech menoleh ke arah Valvare, “ Apa kau yakin, ini peti matinya?” Tanya Adramlech masih sangsi.

Valvare tertawa, “ Hahahahahahah! Dasar dungu! Memangnya aku bodoh?! Logo Kerajaan Anubis itu kan sudah menandakan kalau ini adalah peti mati miliknya.”
Tangan Adramlech menyusuri logo emas berbentuk bulat tersebut. Seketika dia menyeringai lebar.
“ Kau sungguh-sungguh percaya ya, Valvare, kalau ini adalah peti mati miliknya?”
“ Huh, tentu saja!” jawab Valvare agak sombong, sambil memainkan janggutnya.
“ Hahahahaha! Haaahahahahaha..” Adramlech tiba-tiba saja tertawa keras, “ Kenapa kau tertawa Adramlech?” Eris menjadi penasaran.

Adramlech menghentikan tawanya, dan seketika raut mukanya menjadi serius, “ Karena si bodoh ini-“ sambil menunjuk Valvare,”-yakin kalau dia baru saja menemukan peti dari Anak Iblis Anubis!”
“ Kurang ajar! Apa maksudmu? Ha??” Valvare menjadi emosi karena dibilang bodoh oleh Adramlech. Dia berdiri dan langsung memegang kapak besarnya.
“ Kita buktikan saja kalau kau tidak percaya!” usul Adramlech.
Kemudian Adramlech meraba-raba logo tersebut. Ditemukannya sebuah switch untuk mengaktifkan bukaan kunci peti tersebut.

Saat Adramlech memutar kuncian tersebut, rantai-rantai tersebut seperti terhisap masuk kedalam logo bulat besar itu, dan peti kini sudah bisa dibuka.
“ Baiklah! Kita lihat, siapa yang ada di dalam sini..” Adramlech membuka peti tersebut. Valvare berdebar karena dia tidak sabar apakah benar yang didalam peti tersebut adalah yang berjuluk Anak Iblis Anubis.

Dari dalam peti terlihat mayat Demon lengkap dengan pakaian kebesaran dengan mahkota menghiasi kepalanya.
“ Kau lihat!-“ ujar Adramlech sambil mengambil kalung yang digunakan mayat Demon tersebut,”-logo kalung ini, adalah logo Kementriaan Kerajaan!”
“ APA??” Valvare terkejut, “ Apa maksudmu?”
“ Ini adalah peti dari Perdana Mentri Kerajaan Anubis! Kau salah ambil peti, Valvare!” Adramlech membanting kalung yang dipegangnya, “ Masih kau sebut dirimu pintar?”

“ Ini…ini…ini pasti ada kekeliruan!” Valvare menghampiri mayat yang ada di dalam peti tersebut. Sekejap dia langsung menyadari kesalahannya, “ Tidak!!! Kurang ajar!!” Dia memukul peti tersebut hingga rusak sebagian, “ Lalu dimana Anak itu?!”
Adramlech dengan santai, duduk di kursi kebesarannya, “ Tidak akan ada yang tahu mengenai keberadaan peti Anak itu. Bahkan Yang Mulia Agung Anubis sekalipun!” jelas Adramlech.
Valvare menatap kearah mayat tersebut. Mayat yang sudah rusak sejak ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu.
“ Peti tersebut-“ kata Adramlech sambil menunjuk peti didepannya, “-adalah peti pengecoh, supaya tidak semua orang bisa dengan mudah menemukan peti tersebut!” jelasnya lagi.

“ Lalu, apakah tidak ada cara lain, supaya kita bisa menemukan peti tersebut?” Eris ikut penasaran.
Adramlech menatap Eris lekat-lekat, dan kemudian menoleh kearah Valvare, “ Ada!” Valvare teperanjat, “ Benarkah??” Adramlech mengangguk.
“ Ada 1 kelompok dari golongan Priest yang berhasil melawan, membunuh, dan menyegel anak tersebut.”
“ Kelompok Priest katamu?” Kata Valvare lagi tidak yakin.
“ Ya! Mereka adalah golongan Priest terpandang dari Planet…” ucapan Adramlech terhenti, dan kemudian menatap Eris, “…Eris!”
Valvare dan juga Eris mereka terpana mendengar ucapan Adramlech, “ Tidak mungkin.” Desis Eris. Valvare langsung menatap Eris, tatapannya dingin dan jahat.

“ Tidak usah kaget Eris! Merekalah bagian dari prajurit terpilih dari Planet asalmu, yang berhasil dan mengetahui mengenai keberadaan peti Anak itu.”, jelas Adramlech lagi.
" Ini pasti keliru, Adramlech!" Eris berkata seraya mendekati Adramlech, "Mereka tidak mungkin yang membunuh, bahkan yang menyegel Anak itu! Aku tidak pernah mendengar hal itu!"
" Bohong!!", seru Valvare menimpali. Eris terkejut mendengar teriakan Valvare, "Tidak mungkin kau tidak mengetahui hal ini, Eris!" Valvare mencengkram leher Eris.
" Sungguh Valvare -uhuk- aku tidak pernah mendengar hal itu." Eris berusaha melepaskan cengkraman Valvare.

" Cukup Valvare! Lepaskan dia." Adramlech berkata dengan bijak, " Mungkin saja, apa yang dia katakan, benar adanya." Adramlech terlihat sibuk membalik-balikkan halaman dari buku yang biasa dia pegang.
Valvare berbalik arah ke Adramlech, " Apa maksudmu?"
" Memang mereka yang menyegel Anak itu. Namun, golongan itu berasal dari.." Adramlech menyodorkan buku pada halaman yang dibuka, "...Bumi."
Eris terlihat bingung, " Bumi?"
" Ya! Bumi! Karena diperkirakan Anak tersebut sempat mampir ke Bumi, dan bertemu dengan golongan Priest tersebut." Jelas Adramlech.
" Para Priest tersebut bertemu dengan Beast dari Planet tersebut, bekerja sama dalam menyegel anak itu." Kata Eris kemudian, sambil terlihat berpikir.
" Betul!", timpal Adramlech.

" Kalau begitu, kita harus mencari para Priest tersebut!", seru Valvare berapi-api
" Agak susah sepertinya untuk mencari mereka saat ini." Adramlech masih sibuk membalik-balikkan halaman.
" Kenapa?" Tanya Valvare kemudian.
" Karena itu terjadi jutaan tahun yang lalu, dan kita tidak mengetahui apakah mereka mewariskan tahtanya kepada generasi penerusnya."
Valvare terlihat geram dan marah, " Kurang ajar!"

-------

Rendi berjalan menyusuri loker-loker di sebuah tempat latihan anggar. Terlihat dia berhenti di sebuah loker miliknya, dan segera dia membereskan barang bawaannya untuk dimasukkan ke dalam loker, karena hari ini dia ada janji latihan.
Saat semua sudah dimasukkan, dan bermaksud menutup pintu loker tersebut, dia dikejutkan oleh sosok Serigala putih berdiri di depan, " Astaga!! Kitsune-Demon! Kau mengagetkanku!"

" Rendi...apakah kau sudah siap untuk tugasmu hari ini?", tanya Kitsune-Demon.
" Sekarang?" Rendi memeriksa keadaan sekitar, " Tapi aku ada janji latihan!" Rendi sedikit menolak perintah Kitsune-Demon.
" Apa? Kau sekarang sudah berani melawan?", nada bicara Kitsune-Demon terdengar sedikit marah.
Rendi berpikir sejenak, " Baiklah..aku turuti perintahmu." Rendi menyodorkan tangannya.
" Bagus..." Kitsune-Demon kemudian menyerahkan sebuah alat berbentuk seperti suntikan kepada Rendi.
Lalu Rendi menyuntikan ke tangan kanannya. Sekejap, seluruh badannya berubah menjadi demon.
" Lakukan tugasmu, Abaddon!" Perintah Kitsune-Demon.
" Baik." Rendi kemudian memasangkan topeng ke wajahnya, untuk menyempurnakan tubuhnya.
Rendi yang sudah berubah menjadi Abaddon Demon, langsung beranjak ke ruang sebelah.

Rendi Akbar, sebagai Atlit Anggar, ternyata sempat dinyatakan tidak lulus saat audisi seleksi penerimaan atlit baru. Dikarenakan dia tidak begitu kuat, dan badannya sedikit kurus, kurang memenuhi kriteria pada saat itu.
Rendi yang pulang dengan harapan pupus itu, diperjalanan bertemu dengan Kitsune-Demon.
Kitsune-Demon adalah jenis Demon yang bertugas sebagai merchenary of death atau saudagar kematian. Dia memperjual belikan peralatan perang demi kepentingan kejayaan Kerajaan Anubis.
Suatu ketika dia berada di Bumi, dan bertemu dengan Rendi yang sudah putus asa, karena tidak lolos masuk tim anggar. Masuk tim anggar adalah impiannya sejak kecil, dia sangat ingin mengikuti jejak kakaknya.
Kitsune-Demon menawarkan bantuan, supaya Rendi bisa masuk kedalam TimNas Anggar. Tawaran tersebut langsung di sambut positif oleh Rendi.
Kitsune-Demon memberikan suntikan dan membuat tubuhnya berubah 180 derajat, begitu juga kehebatan dan kekuatannya. Sehingga saat masuk seleksi selanjutnya dia lulus.
Namun bantuan Kitsune-Demon ada imbalannya, dia meminta Rendi untuk membunuh setidak 1 orang tiap bulannya, karena julukan Kitsune-Demon adalah Mercenary of Death.
Awalnya berat untuk Rendi menyanggupi, karena dia bukan orang sekeji itu. Tetapi mengingat segala sesuatu yang sudah dia dapatkan setimpal, akhirnya dia menyanggupi.
Pada awalnya, dia hanya membunuh orang yang menjadi kompetitornya, namun lama-kelamaan, korbannya semakin bertambah. Tidak hanya dari dalam kalangan TimNas, tetapi orang-orang disekitarnya yang membenci dirinya, atau orang yang telah menyakiti dirinya.

Rendi yang sudah berubah menjadi Abaddon-Demon, kini berada di ruang ganti sebelah. Incaranny kali ini adalah seorang anak baru, laki-laki, berumur 19 tahun, yang dikabarkan berpotensi untuk menggantikan dirinya.
Hal tersebut membuat dia gusar. Kini dia bermaksud untuk membunuh anak tersebut.

Rendi masuk kedalam ruang loker, dimana anak itu berada. Dia sedang merapihkan barang bawaannya untuk dimasukkan kedalam loker.
Saat menutup pintu loker, betapa terkejutnya, saat dia melihat Abaddon di depannya.
" M-monster!" Anak tersebut terjerembap kebelakang ketakutan.
" Dylan! Anggota baru Tim-Nas!", desis Abaddon.
Dylan masih terlihat ketakutan, " M-mau apa k-kau?"

Abaddon berjalan pelan menghampiri Dylan. Tangan kanannya, mengangkat tinggi-tinggi pedangnya, " Selamat tinggal, Dylan! Mimpimu berakhir sampai disini!"
" Tolooonggg!!!!", teriak Dylan membahana ke seluruh ruangan loker.
Satu tebasan, dan tamat riwayat Dylan, " Hahahaha..tidak ada lagi yang menggantikan diriku." Abaddon beranjak meninggalkan ruangan, dan meninggalkan mayat Dylan terkapar di ujung ruangan.

Saat Abaddon-Demon keluar meninggalkan ruangan, ada seorang wanita yang memergokinya. Seketika wanita tersebut menjerit, " Monsteeerr!!!!" Wanita tersebut lari menyelamatkan diri.
Suasana jadi gaduh, karena orang-orang lain mengetahui ada monster disitu. Mereka lari menyelamatkan diri.
" Kurang ajar! Kalian tidak akan bisa lari!" Abaddon-Demon lari mengejar orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri.

Sialnya bagi mereka yang tertangkap oleh Abaddon-Demon, karena dia akan segera membunuh orang buruannya, "Hahahahaha!! Ini benar-benar hebat!" Rendi merasa puas dengan apa yang dia dapatkan. Hobby baru menghilangkan nyawa menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan baginya. Sudah hilang Rendi yang lemah, penakut, dan penuh belas kasih, berganti Rendi yang kuat, tak terkalahkan, dan suka membunuh.

Markas TimNas Anggar, menjadi gaduh dan ramai. Orang-orang berlarian menyelamatkan diri.
Saat itu, Dhony dan Eka yang sedang berjalan melewati daerah sekitar situ, terkejut melihat orang berlarian.
Eka sempat mencegat salah satu orang yang melarikan diri, "Kenapa lari-lari gini? Ada apa mas?" Eka bertanya kepada orang tersebut.
Pemuda yang ditanya oleh Eka, sambil terengah-engah menjawab pertanyaan Eka, " Di dalem, ada makhluk aneh mas.."

" Makhluk aneh? Makhluk aneh apa?" Dhony balik bertanya.
" Ada Monster!!", jawab pemuda itu lagi sambil akhirnya dia berlari menyelamatkan diri.
" Monster?" Eka dan Dhony terheran sambil saling tatapan. Lalu mereka kemudian berlari kedalam gedung.
Ketika sudah berada di dalam, mereka melihat Abaddon-Demon sedang mencekik salah satu mangsanya, " Demon!!", teriak Dhony.

Abaddon-Demon melepaskan korbannya yang sudah terkulai lemas, "Mau apa kalian!", tanya Abaddon sambil mengacungkan pedangnya.
" Wah...wah...wah! Bikin pesta disini ya?", ledek Eka.
" Jangan banyak omong! Cepat katakan apa mau kaliam?!", hardik Abaddon.
“ Kami ingin mengusir kalian para Demon dari muka Bumi ini, bersiaplah!” Dhony dan Eka memasang kuda-kuda untuk bersiap berubah, “ Planet..”
“ Galaxy…CHANGE!!”
Orange Uranus dan Yellow Moon bersiap dengan GalaxyBlade mereka, “ Hooo..ternyata kalian ksatria Protonger! Aku tidak takut dengan kalian, hadapi aku!” Abaddon maju menyerang.
“ Yellow, bersiaplah!”
“ SIAP!” Uranus dan Moon pun meladeni pertarungan melawan Abaddon.

Disaat keadaan sedang genting dan gaduh, Uranus dan Moon sedang bertempur melawan Abaddon-Demon, di ruang loker, di dekat mayat Dylan, ada seseorang yang datang menghampiri.
Dia sedikit merendahkan tubuhnya. Genangan darah yang mengental yang berasal dari tubuhnya Dylan, serta-merta seakan terhisap masuk ke dalam sepatu sosok tersebut.
Setelah menyerap genangan darah Dylan, dia menyeringai lebar, lalu beranjak meninggalkan mayat Dylan dan meninggalkan ruangan loker.

Pertarungan Abaddon dengan Uranus dan Moon, berlanjut di luar, setelah Abaddon-Demon mendorong keduanya dengan sekali dorongan hingga menjebol tembok. Abaddon-Demon termasuk salah satu jenis Demon yang lumayan cukup kuat.
Uranus dan Moon di hempaskan begitu saja ketika mereka berada di luar, “ Sial!” keluh Uranus sambil membereskan kuda-kudanya yang berantakan, “ Kuat sekali dia!”
“ Kita bisa kalah, bos! Kayaknya kita butuh panggil yang lain!” usul Moon.
“ Kenapa Protonger? Mana kekuatan kalian yang hebat itu? Hanya segitu saja? Hahahaha!”

Dari arah belakang, sebuah motor melaju cepat mengarah kearah mereka. Pengendara motor tersebut menembakkan senapannya bertubi-tubi ke arah Abaddon, sampai pada akhirnya, menabrakkan motornya ke arah Abaddon-Demon.
Motor tersebut berhenti, “ Kurang ajar! Siapa kalian?!” Pengemudi motor berwarna ungu tersebut turun bersama temannya di belakang, “ Cukup sudah Demon!” perintah sang pengendara motor tersebut.
“ Pluto!” seru Uranus setelah mengetahui pengendara motor itu.
“ Mercury! Kau disini juga?” Moon menimpali.
“ Maaf kami terlambat.”, kata Phiand.

Agung kemudian membuka helmnya, Abaddon-Demon seketika terkejut setelah melihat sosok pengendara motor tersebut adalah Agung, “ Kau!?!”
“ Phiand..saatnya berubah!”
“ Oke!” Phiand dan Aguung kemudian bersiap untuk berubah.
“ Galaxy…Planet…CHANGE!”
Phiand dan Agung pun langsung berubah menjadi Blue Mercury dan Violet Pluto.
Abaddon-Demon lagi-lagi terperanjat, setelah mengetahui kalau identitas Agung adalah salah satu anggota Protonger, “ Ternyata kau..Protonger??”
“ Maju!”, teriak Pluto kepada Mercury, “ Siap!” Mercury dengan Galaxy Blade nya, dan Pluto dengan Scylla Spearnya maju menyerang Abaddon-Demon.
“ Hahahahahah! Ini menarik, maju kalian!” Abaddon pun kini berbalik arah menyerang Mercury dan Pluto.

Mercury lebih mendominasi serangan atas Abaddon, karena mereka bertarung adu pedang. Sedangkan Pluto lebih membantu dengan ayunan Schylla Spear.
Karena ayunan Schylla Spear milik Pluto cukup menyusahkan, Abaddon sempat kewalahan, dan dia lebih banyak diserang oleh Mercury, “ Kalian..tidak akan bisa..mengalahkanku!” Abaddon-Demon, menangkap GalaxyBlade Mercury, membuangnya kesamping, dan kemudian melayangkan tendangan. Membuat Mercury terpental kebelakang, “ Kurang ajar!!” teriak Pluto.
“ Mercury!” Uranus dan Moon menghampiri Mercury yang tersungkur.
Kini Pluto yang bertarung melawan Abaddon-Demon. Ayunan tombak miliknya semakin membuat Abaddon-Demon kewalahan. Sebuah ayunan membuat pedangnya terhempas kesamping.
Sambil menancapkan tombaknya ke tanah, Pluto berpegangan pada tombak tersebut dan melayangkan drop kick, sehingga Abaddon-Demon terhuyung-huyung kebelakang.
“ Mati kau DEMON!!!” teriak Pluto penuh amarah sambil melompat.
Ayunan tombaknya mengenai wajah Abaddon-Demon, sehingga topengnya sedikit rusak, dan terlihat seperti mata manusia di dalamnya.

“ Apa?” Pluto terkejut melihat ada mata manusia di balik wajah Demon.
Momen tersebut digunakan Abaddon-Demon, untuk menyerang balik. Dengan sekuat tenaga, dia memukul Pluto. Namun Pluto tidak kalah gesit, dia menangkis pukulan Abaddon dengan tombaknya, “Demon ini...manusia? Apa ini maksudnya!?”, bisik Pluto heran, “ Apa lagi yang di rencanakan Demon.”
“ Pluto! Bertahanlah!” teriak Uranus. Menggunakan Cygnus Axe nya, Uranus membantu Pluto dengan mengeluarkan jurusnya, “ Comet Rush!” Serbuan bola-bola energi yang menyerupai komet, melesat menuju Abaddon.
Melihat serangan dari Uranus, Pluto secepat kilat menghindar ke samping. Tanpa di duga, saat bola-bola komet itu menuju Abaddon, ada sosok Kitsune-Demon muncul dari atas, dan menghempaskan semua serangan Uranus, “ Tidak semudah itu Protonger!” ujar Kitsune-Demon.

“ Rubah putih? Apalagi ini?” seru Yellow Moon.
“ Abaddon-Demon adalah prajurit yang sangat sempurna. Dari kemauan yang tinggi, dan dorongan hati yang keras, dia menjadi seperti ini. Inilah maha-karya ku yang termasyur.”, tutup Kitsune-Demon.
“ Jadi..sekarang kalian menggunakan manusia, untuk menjalankan rencana jahat kalian!” seru Uranus sambil menunjuk kearah Kitsune.
Kitsune-Demon membalikkan badannya, sambil berkata, “ Manusia lemahlah yang akan kami perdaya!” setelah itu dia menghilang bersama Abaddon.
“ Tunggu!!” teriak Uranus.
“ Ini sudah keterlaluan-“ kata Yellow Moon sambil menolong Mercury berdiri,”-mereka sudah tidak bisa di tolerir. Kalau begini caranya, banyak umat manusia yang jatuh ke tangan mereka.”
“ Kalau begitu, ayo kita pergi dari sini.” Uranus mematikan kekuatan, dan membantu Yellow Moon menolong Mercury. Tak lama, Yellow Moon dan Blue Mercury mematikan kekuatan mereka.
Mereka akhirnya meninggalkan tempat tersebut dan membawa Phiand kembali ke rumah. Dari arah lantai 2 gedung tersebut, seperti biasa, ada yang memperhatikan pertarungan mereka sedaritadi. Sambil sedikit menyeringai, dia menghilang dari tempat dia berdiri.

Di sudut lain, Kitsune-Demon membawa Abaddon-Demon untuk menyelamatkan diri sesaat.
Abaddon terkapar bersadar pada sebuah dinding. Kitsune berdiri sambil menyilangkan tangannya, “ Kau sudah kehilangan kekuatanmu, Abaddon.”
Abaddon terkejut sambil menoleh kearah Kitsune-Demon, “ Tidak! Aku belum kalah! Aku ingin menghancurkan mereka, Kitsune!” Abaddon melepas topengnya, dan terlihat jelas wajah Rendi. Pipi sebelah kirinya, tampak terdapat luka baret panjang sekitar 3 senti, “ Luka ini..bukan apa-apa! Aku akan buktikan padamu, Protonger bukan apa-apa!” seru Rendi lagi.
Kitsune-Demon yang membelakangi Rendi, dia berkata, “ Bagus..buktikan semua ucapanmu!” Kemudian, Kitsune-Demon menghilang.
Saat menghilang, Rendi menatap topengnya yang pecah di bagian mata. Sekejap topeng itu, tiba-tiba seperti memperbaiki dengan sendirinya, “ Protonger..kalian akan membayar mahal semua ini!” ujar Rendi geram.

Namun dia teringat sesuatu. Dia teringat Agung yang dia temui tadi, “ Agung..tak kusangka…dia juga anggota Protonger!” Rendi kemudian merubah tubuh Abaddon-Demonnya menjadi tubuh manusia.
“ Apa yang harus kulakukan.” Pandangannya lurus ke atas.
Lalu dia melirik jam tangannya, “ Aku harus kembali ke markas tim-nas.” Rendi langsung bergegas meninggalkan tempat tersebut.
Saat dia mematikan kekuatan, Rendi tidak menyadari ada sosok yang memperhatikan dia dari belakang, “Sekarang Demon sudah berani mengajak manusia, untuk melancarkan misi mereka. Sungguh tidak bisa di percaya. Apakah ini awal mimpi buruk untuk Protonger. “, bisik Hermes.
Hermes menggenggam kalung yang di pakainya.
“ Dewa Eros, apa yang harus hamba lakukan?” Kemudian Hermes segera pergi meninggalkan tempatnya dia berdiri.

-bersambung-

Story by Krishna Indraprasta



 

No comments:

Post a Comment