“ Aaaaaa….”
“ Ya cukup.” Agung
menyudahi memeriksa mulut Phiand.
“ Trus? Aku kena
penyakit apa?”, tanya Phiand penasaran. Agung memasukkan senter kecil ke
kantung kemejanya, “ Emmm…penyakit malarindu tropikangen” jawab Agung asal.
“ Ha? Penyakit apa
itu?” Phiand melongo. Agung tertawa kecil, “ Tidak! Aku hanya bercanda-“ Agung
bersandar pada lemari kabinet yang berseberangan pada
tempat-tidur-periksa,”-tidak ada penyakit serius yang kutemui, kau hanya lelah
saja. Lagian kamu harusnya ke Dokter ”, jawabnya lagi.
"Aku takut ke
Dokter. Tapi serius nih?” Phiand masih tidak percaya. Agung mengangguk mantap,”
Sungguh. Kau tidak terkena penyakit serius.”
“ Tapi aku merasa
seperti kurang tenaga saat bertarung melawan Demon.” Phiand mencoba memberikan
penjelasan.
“ Hum..begitu ya?
Yaa..mungkin saja, kau’kan pernah cedera serius saat Eris menusukmu, mungkin
yang kau rasakan sekarang, efek dari serangan itu.” Phiand turun dari tempat
tidur dan beranjak ke kursi, “ Tapi waktu itu kan aku telah diberi ramuan oleh
Hermes? Masa iya ngga ampuh?”
Agung beranjak ke
meja kerjanya dan duduk di depan Phiand, “ Sudahlah, jangan menjadi beban
pikiranmu, Phi. Kau ini mungkin hanya lelah saja.”
“ Begitu ya?”
Phiand mencoba untuk mengerti dan mengangguk.
“ Oh iya-“ Agung
melirik jam tangannya,”-kau lapar? Sudah jam makan siang nih, bagaimana kalau
kita makan siang? Aku yang traktir.” ajak Agung.
“ Naahh..ini baru
namanya temen!” balas Phiand antusias, “ Kebetulan aku belum sarapan dari
pagi.”
Agung
menggelengkan kepala, “ Dasar kamu ini! Gimana gak lemes? Pagi gak sarapan,
hehehe..Ya sudah aku bilang suster dulu, aku mau keluar makan siang, kau tunggu
di luar, okey?” usul Agung kemudian sambil dia membereskan mejanya.
“ Siap, Boss!”
Phiand sambil mengenakan jaket birunya, dia beranjak menuju pintu.
Agung segera
mengangkat telepon dan menghubungi suster jaga, “ Sus, saya mau keluar makan
siang sebentar, belum ada pasien kan?”
“ Belum, Pak, dokter
Eddy sepertinya hari ini tidak ada jadwal.”, jawab sang suster di ujung
telepon.
“Baiklah kalau
begitu, tolong ya Suster.” Agung segera menutup teleponnya, dan bersiap
menghampiri Phiand yang sudah menunggu di luar.
Agung sudah berada
di luar rumah sakit Synergi. Dia segera mencari Phiand, “ Yo!” Phiand terlihat
melambaikan tangan sebagai memberikan tanda keberadaannya.
“ Sudah siap?”, tanya
Agung.
“ Sudah donk,
sudah lapar nih saya,hehehe.”
“ Ayo berangkat.”,
ajak Agung kemudian sambil beranjak ke parkiran motor.
“ Eh tunggu!”
Phiand menarik tangan Agung, “ Ada apa?” Tanya Agung heran.
“ Memang kita naek
apa?”
“ Naek motorlah!
Ayo keburu siang ntar penuh!” Agung segera beranjak menuju parkiran motor.
Begitu sampai di
parkiran, Phiand terlihat takjub melihat motor besar berwarna Violet terparkir,
“ Wuuuiih…ini motormu??” Phiand mengitari motor Agung. Motor besar berwarna
violet bermesin 1000cc terparkir diantara motor berkapasitas mesin lebih kecil.
“ Iyalah, siapa
lagi yang punya motor aneh bentuknya, dan warna nge-jreng ungu gini.”, balas
Agung sambil memakai helm, “ Nih pake helmnya. Pegangan ya..”
Akhirnya, Agung
dan Phiand beranjak meninggalkan parkiran menuju tempat makan siang.
Di tempat lain, di
sebuah pedalaman hutan lebat dalam sebuah planet yang letaknya agak jauh dari
gugus bintang jagat raya, Valvare masih berdiri memandangi peti mati kayu
dengan logo Kerajaan Anubis berwarna emas di atasnya, “ Inilah
saatnya…Kemenangan kita sudah di depan mata.” Valvare mengusap peti mati
tersebut.
“ Demon Army!
Angkat peti ini, dan bawa ke pesawat!” perintah Valvare kemudian.
“ Hou!!” 4 Demon
Army secara bersama mengangkat peti mati tersebut dan membawanya kembali ke
pesawat.
Pohon-pohon besar
di hutan tersebut, seakan memiliki mata-mata. Seperti saat itu, ada sesosok
bayangan yang memperhatikan kegiatan Demon Army yang membawa peti mati masuk
kedalam pesawat. Dia melihat Valvare dan mengikutinya dari belakang, “ Segera
kita pergi dan kembali ke Istana!”, perintah Valvare kemudian.
Pintu belakang
pesawat segera ditutup, begitu Valvare masuk. Mesin dinyalakan, jet booster
menyala dan membawa pesawat Valvare kembali mengudara kembali ke angkasa dan
pulang ke Istana.
“Ini gawat!” ujar
sang sosok misterius tersebut. Dia pun melompat dari pohon ke pohon dan segera
juga pergi meninggalkan planet tersebut.
“Gung! Aku punya
tempat makan enak.”, ujar Phiand sambil berteriak, karena dia dibonceng motor
dan suaranya hampir tidak terdengar.
“Oh ya? Dimana?
Aku kira kita akan ke tempat Ambar.”, balas Agung penasaran.
“Aah..Makan di
tempat Ambar bosen! Aku ada tempat enak, okelah pokoknya. Di depan belok kiri.”,
teriak Phiand lagi.
“ Begitu ya?
Baiklah.” Agung membelokkan motornya ke kiri tepat saat melewati perempatan
jalan.
“ Di depan belok
ke kiri, tapi belokan ke-2.”, ujar Phiand memberikan arah. Agung segera
menurutinya.
“ Stop kiri, naah ini
tempatnya.” Agung menepikan motornya.
Namun saat dia
melihat tempat makan yang dimaksud, dia seakan teringat sesuatu.
Sambil membuka
kaca helm, dia memandangi area tempat makan tersebut, “Narotama Cafe...? Lho..tempat
ini kan.”, bisik Agung pelan.
“ Disini enak,
Gung makanannya.” Phiand segera turun dan membuka helm.
Agung pun setelah
membuka standart motor, dia segera turun sambil membuka helm. Pandangannya
masih tertuju pada tempat ini.
“ Hei, Gung! Kok
bengong sih? Ada apa emangnya? Ayo masuk.”
“ Okeh.” Agung
mengikuti Phiand dari belakang.
Setelah mencari
tempat kosong, Phiand memanggil pelayan untuk meminta menu, “Mas, lihat menunya
donk. Sama sekalian es tehnya ya dua. Haus...hehehehe.”
Agung masih
melihat ke sekitar. Memorinya tentang tempat ini seakan teringat kembali
dirinya.
“ Kenapa sih,
kayak orang bingung gitu?”, tanya Phiand heran.
“ Aku pernah
kesini sebelumnya.”, jawab Agung, “ Di tempat ini, aku punya kenangan akan
seseorang.” Matanya menerawang jauh ke salah satu meja. Pikirannya kembali ke
masa lalu, saat bertemu orang tersebut.
Kejadiannya waktu
itu sekitar 2 tahun yang lalu, Agung masih praktik magang di sebuah rumah sakit
kecil tidak jauh dari rumah makan ini.
Saat itu, jam
makan siang. Agung sedang menunggu makan siang yang sudah di pesannya. Kemudian
ada seorang pemuda yang menghampiri dirinya. Karena waktu itu jam siang dan
meja dimana-mana sedang penuh. Kebetulan meja Agung isi 2 kursi, dan 1 kursi
kosong. Nah pemuda itu memilih untuk bisa duduk bersama di kursi Agung.
Agung pun
menyetujui untuk berbagi tempat duduk. Darisitu, akhirnya mereka mulai ngobrol
untuk mengakrabkan diri.
Namun sialnya,
Agung tidak pernah mendapatkan nama pemuda itu, karena saat itu, dia tampak
buru-buru sekali, bahkan makanan yang dipesannya tidak dimakannya. Agung pun
juga tak sempat menanyakan namanya sebelum dia pergi meninggalkan Agung.
“ Begitu
ceritanya.” Agung menutup ceritanya.
“ Oh begitu? Trus
memang kau tidak punya info atau apapun mengenai dia gitu?”, tanya Phiand lagi.
“ Entahlah, aku
aja gak sempet nanya nama dia, boro-boro aku nyari info.” Agung menghela nafas
panjang.
Kemudian, makanan
yang mereka pesan pun datang, “Naahh..makanannya datang. Ayo, sikat!
Hehehehe..” Mereka berdua bersiap untuk menyantap hidangan.
Saat mereka berdua
sedang asyik menyantap hidangan, ada seseorang yang datang menghampiri meja
mereka.
“Agung ya?” sapa
pria tersebut.
Agung menoleh ke
belakang mencari sumber suara, “ Apa kabar? Sudah lama ya, kita tidak bertemu.”,
tegur pria tersebut ramah.
“ Lho? Kamu’kan
yang waktu itu kan?” Agung mencoba untuk mengembalikan memori lamanya.
“ Iya, aku yang
waktu itu ketemu-“ jawabnya sambil tersenyum, “-apa kabar kamu, Gung?” Pria
tersebut menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Agung langsung menjabat tangan
sang pria tersebut, “ Baik! Kau apa kabar?”
“ Aku baik.”
“ Oh, iya! Aku
belum pernah tau namamu.” Phiand yang saat itu sedang asyik makan, akhirnya
ikut memperhatikan reuni Agung dengan pria yang dia ceritakan barusan.
Betapa terkejutnya
dia, saat melihat pria tersebut, “ Kau’kan..Rendi Akbar! Atlit Anggar nasional
itu kan?” Phiand terpana melihat ada seorang atlit terkenal di depan matanya.
Rendi terkekeh, “
Iya betul-“ dia menoleh Agung,”-maaf waktu itu aku belum sempat memberikan
namaku, sedangkan kau sudah memperkenalkan dirimu. Itu sungguh tidak sopan,
hehehe.”
“ Kau..Rendi
Akbar?” Agung juga ikut tidak percaya. Rendi tersenyum sambil mengangguk, “Apa
kabar dirimu, Gung? Bagaimana sekarang? Sudah jadi Perawat?”
“ Tentu saja, aku
sekarang bekerja di Synergi.”, jawab Agung.
Pertemuan yang
sungguh luar biasa. Orang yang dulu dia temui namun belum pernah dia mengetahui
namanya, kini muncul lagi di depan matanya, “ Kau sedang apa, Ren? Sibuk apa
sekarang?”, tanya Agung balik.
“ Aku sedang
mempersiapkan untuk kejuaraan nasional nanti di Surabaya. Kau datang ya
menonton pertandinganku.”, balas Rendi.
“ Oh pasti! Kalau
aku sedang tidak sibuk, aku pasti sempatkan untuk menonton.”
“ Hei, Gung!-“
kata Phiand,”-kau ini bagaimana? Kenapa tidak menyuruh dia duduk sih?”
“ Oh iya! Ya
ampun, saking senangnya bertemu dengan dia, aku sampai lupa! Ayo duduk makan
bareng kita.”, ajak Agung sambil menarik salah satu bangku dekat Phiand.
“ Tidak usah
makasih, Gung. Aku kebetulan lagi buru-buru.”, tolak Rendi secara halus.
“ Lho? Kau mau kemana?
Duduk dulu lah, kita ngobrol-ngobrol dulu.”
“ Hahaha..itu
gampang, sekarang aku benar-benar sedang buru-buru. Nanti kalau aku ada waktu
kosong, kita pasti ngobrol-ngobrol.”
“ Kalau begitu,
ini nomerku-“ Agung menyerahkan kartu namanya kepada Rendi,”-kalau ada waktu,
hubungi aku di nomer ini.” Rendi memperhatikan kartu nama pemberian Agung,
“Baiklah kalau begitu, aku pasti akan mengabarkanmu. Kalau begitu, aku permisi
dulu, sampai nanti ya.” Rendi kemudian pamit, dan meninggalkan Agung beserta
Phiand.
“ Hebat kau, Gung!
Punya kenalan Atlit!” seru Phiand antusias.
“ Ah, aku kan juga
gak tau kalau dia itu Atlit. Dulu mana dia pernah bilang kerjaan dia apaan,
nyebutin nama juga gak sempet.”, balas Agung.
“ Ya..setidaknya
kau sudah tau’kan kalau dia itu Atlit Anggar terkenal.”
“ Iya sih.
Setidaknya dia menjadi atlit yang jujur, dan bisa diandalkan.” Mereka berdua
pun, meneruskan makan siang mereka.
Eris masuk kedalam
sebuah ruangan. Di depannya terlihat Adramlech yang masih terbaring lemah akibat
insiden kemarin, “ Bagaimana keadaanmu, Adramlech?”
Adramlech menatap
dingin ke arah Eris, “ Sejak kapan, kau begitu perhatian kepadaku?” Adramlech
langsung membuang muka kearah kiri.
Mendengar hal
tersebut membuat Eris sedikit emosi, “ Dasar tidak tahu diri! Aku mencemaskan
keadaanmu, malah kau berkata demikian.”
“ Terserah kau
saja! Aku tidak peduli lagi denganmu.” Eris kesal dan menghentakkan kaki,
kemudian pergi meninggalkan Adramlech sendirian.
“ Tunggu Eris!”
Adramlech menghentikan langkah Eris.
“ Ada apa?” Eris
menatap sinis kearah Adramlech.
“ Kau melihat
Valvare kemana?” Eris tiba-tiba teringat dengan Valvare, “ Oh iya! Kemana ya
dia?”, tanya Eris pada dirinya sendiri.
“ Dasar bodoh!
Memang kau tidak lihat dia pergi?” Adramlech sedikit emosi.
“ Mana aku tahu!?!
Kemarin kan ada kejadian Golem-Demon mengamuk di Istana! Aku tidak
memperhatikan dia.” , jawab Eris sedikit kesal karena dibilang “bodoh”
Adramlech menatap
lurus ke depan, “ Pasti dia sedang mencari ‘itu’ “
“ Itu? Apa
maksudmu?” Eris menjadi penasaran.
Adramlech
melepaskan alat bantu yang menempel di badannya, dan mencoba untuk berdiri.
Eris sedikit terkejut yang melihat Adramlech beranjak dari tempat tidur, “ Hei!
Mau kau bangun dari tempat tidur?” perlahan-lahan, Adramlech berusaha bangun.
Walau rasa sakit
mendera tubuhnya, tapi dia tidak kenal menyerah. Saat bisa duduk di tepian
tempat tidur, dia mengambil sesuatu dari atas meja kecil, yang terletak di
samping tempat tidurnya, “ Cacing itu? Mau kau apakan cacing itu, Adramlech!”
Eris terlihat panik.
“ Diam! Dengan
cara ini aku bisa sembuh!” Adramlech mendorong Eris kesamping.
Cacing yang
dipegangnya, langsung di masukkan ke dalam mulut.
Adramlech bereaksi
seperti Demon-Army waktu itu. Merasakan kesakitan dan rasa panas yang menjalar
tubuh.
Punggung yang
patah di beberapa tempat, seakan membetulkan sendiri susunan tulang yang patah.
Dia berusaha untuk menahan rasa sakit tersebut, “ Adramlech!” teriak Eris.
“ Jangan cerewet!
Ini tidak apa-apa!! –aakkghh-“ Adramlech terjatuh dari tempat tidur sambil
berlutut seraya menahan rasa sakit dari efek menelan cacing Parademon Parasite.
Beberapa saat
kemudian, Adramlech sudah bisa menguasai keadaan. Dia sudah bisa tenang, rasa
sakit yang mejalar punggungnya berangsur menghilang.
Perlahan dia
mencoba untuk berdiri, “ Adramlech?” desis Eris pelan.
Sedikit gerakan
meluruskan pinggang dan belakangnya, Adramlech kini kembali pulih seperti sedia
kala, “ Tenang, Eris. Semuanya dalam kendali.”, jawab Adramlech sambil
tersenyum sinis.
“ Sekarang-“ kata
Adramlech sambil mencabut alat bantu yang masih menempel di punggungnya,”-kita
cari Valvare! Aku punya firasat buruk!” Adramlech berjalan meninggalkan
ruangan.
“ Firasat buruk?
Firasat apa?” Adramlech tidak menggubris pertanyaan Eris, dan menghilang di
tikungan. Eris kemudian mengikuti Adramlech.
Adramlech pun
masuk ke ruangan utama, diikuti Eris di belakangnya. Dihadapannya terpampang
sebuah peti mati yang Valvare bawa, “ Apa? Peti ini…” Adramlech mengitari peti
tersebut.
“ Selamat datang
kembali, Adramlech!” Valvare mengejutkan dari arah belakang.
“ Valvare! Apa
yang kau lakukan?! Apa ini?” Tanya Adramlech penasaran.
“ Tidak mungkin
kau tidak tahu benda apa ini-“ Valvare melirik Eris,”-ini adalah…peti dari Anak
Iblis Anubis!”
“ APA??” Adramlech
dan Eris seketika terperanjat mendengar ucapan Valvare.
“ Tidak perlu
terkejut seperti itu, Adramlech! Aku sudah tahu, kalau kau juga mengincar peti
ini kan?” Valvare duduk di kursi kebesarannya.
“ Hmph! Dasar
bodoh! Mana mungkin, aku mencari untuk kepentinganku sendiri!” Adramlech masih
memandangi sekeliling peti.
Tatapannya
tertumbuk pada logo Kerajaan Anubis berwarna emas.
Adramlech menoleh
ke arah Valvare, “ Apa kau yakin, ini peti matinya?” Tanya Adramlech masih
sangsi.
Valvare tertawa, “
Hahahahahahah! Dasar dungu! Memangnya aku bodoh?! Logo Kerajaan Anubis itu kan
sudah menandakan kalau ini adalah peti mati miliknya.”
Tangan Adramlech
menyusuri logo emas berbentuk bulat tersebut. Seketika dia menyeringai lebar.
“ Kau
sungguh-sungguh percaya ya, Valvare, kalau ini adalah peti mati miliknya?”
“ Huh, tentu
saja!” jawab Valvare agak sombong, sambil memainkan janggutnya.
“ Hahahahaha!
Haaahahahahaha..” Adramlech tiba-tiba saja tertawa keras, “ Kenapa kau tertawa
Adramlech?” Eris menjadi penasaran.
Adramlech
menghentikan tawanya, dan seketika raut mukanya menjadi serius, “ Karena si
bodoh ini-“ sambil menunjuk Valvare,”-yakin kalau dia baru saja menemukan peti
dari Anak Iblis Anubis!”
“ Kurang ajar! Apa
maksudmu? Ha??” Valvare menjadi emosi karena dibilang bodoh oleh Adramlech. Dia
berdiri dan langsung memegang kapak besarnya.
“ Kita buktikan
saja kalau kau tidak percaya!” usul Adramlech.
Kemudian Adramlech
meraba-raba logo tersebut. Ditemukannya sebuah switch untuk mengaktifkan bukaan
kunci peti tersebut.
Saat Adramlech
memutar kuncian tersebut, rantai-rantai tersebut seperti terhisap masuk kedalam
logo bulat besar itu, dan peti kini sudah bisa dibuka.
“ Baiklah! Kita
lihat, siapa yang ada di dalam sini..” Adramlech membuka peti tersebut. Valvare
berdebar karena dia tidak sabar apakah benar yang didalam peti tersebut adalah
yang berjuluk Anak Iblis Anubis.
Dari dalam peti
terlihat mayat Demon lengkap dengan pakaian kebesaran dengan mahkota menghiasi
kepalanya.
“ Kau lihat!-“
ujar Adramlech sambil mengambil kalung yang digunakan mayat Demon
tersebut,”-logo kalung ini, adalah logo Kementriaan Kerajaan!”
“ APA??” Valvare
terkejut, “ Apa maksudmu?”
“ Ini adalah peti
dari Perdana Mentri Kerajaan Anubis! Kau salah ambil peti, Valvare!” Adramlech
membanting kalung yang dipegangnya, “ Masih kau sebut dirimu pintar?”
“ Ini…ini…ini
pasti ada kekeliruan!” Valvare menghampiri mayat yang ada di dalam peti
tersebut. Sekejap dia langsung menyadari kesalahannya, “ Tidak!!! Kurang
ajar!!” Dia memukul peti tersebut hingga rusak sebagian, “ Lalu dimana Anak
itu?!”
Adramlech dengan
santai, duduk di kursi kebesarannya, “ Tidak akan ada yang tahu mengenai
keberadaan peti Anak itu. Bahkan Yang Mulia Agung Anubis sekalipun!” jelas
Adramlech.
Valvare menatap
kearah mayat tersebut. Mayat yang sudah rusak sejak ribuan bahkan jutaan tahun
yang lalu.
“ Peti tersebut-“
kata Adramlech sambil menunjuk peti didepannya, “-adalah peti pengecoh, supaya
tidak semua orang bisa dengan mudah menemukan peti tersebut!” jelasnya lagi.
“ Lalu, apakah
tidak ada cara lain, supaya kita bisa menemukan peti tersebut?” Eris ikut
penasaran.
Adramlech menatap
Eris lekat-lekat, dan kemudian menoleh kearah Valvare, “ Ada!” Valvare
teperanjat, “ Benarkah??” Adramlech mengangguk.
“ Ada 1 kelompok
dari golongan Priest yang berhasil melawan, membunuh, dan menyegel anak
tersebut.”
“ Kelompok Priest
katamu?” Kata Valvare lagi tidak yakin.
“ Ya! Mereka
adalah golongan Priest terpandang dari Planet…” ucapan Adramlech terhenti, dan
kemudian menatap Eris, “…Eris!”
Valvare dan juga
Eris mereka terpana mendengar ucapan Adramlech, “ Tidak mungkin.” Desis Eris.
Valvare langsung menatap Eris, tatapannya dingin dan jahat.
“ Tidak usah kaget
Eris! Merekalah bagian dari prajurit terpilih dari Planet asalmu, yang berhasil
dan mengetahui mengenai keberadaan peti Anak itu.”, jelas Adramlech lagi.
" Ini pasti
keliru, Adramlech!" Eris berkata seraya mendekati Adramlech, "Mereka
tidak mungkin yang membunuh, bahkan yang menyegel Anak itu! Aku tidak pernah
mendengar hal itu!"
"
Bohong!!", seru Valvare menimpali. Eris terkejut mendengar teriakan
Valvare, "Tidak mungkin kau tidak mengetahui hal ini, Eris!" Valvare
mencengkram leher Eris.
" Sungguh
Valvare -uhuk- aku tidak pernah mendengar hal itu." Eris berusaha
melepaskan cengkraman Valvare.
" Cukup
Valvare! Lepaskan dia." Adramlech berkata dengan bijak, " Mungkin
saja, apa yang dia katakan, benar adanya." Adramlech terlihat sibuk
membalik-balikkan halaman dari buku yang biasa dia pegang.
Valvare berbalik
arah ke Adramlech, " Apa maksudmu?"
" Memang
mereka yang menyegel Anak itu. Namun, golongan itu berasal dari.."
Adramlech menyodorkan buku pada halaman yang dibuka, "...Bumi."
Eris terlihat
bingung, " Bumi?"
" Ya! Bumi!
Karena diperkirakan Anak tersebut sempat mampir ke Bumi, dan bertemu dengan
golongan Priest tersebut." Jelas Adramlech.
" Para Priest
tersebut bertemu dengan Beast dari Planet tersebut, bekerja sama dalam menyegel
anak itu." Kata Eris kemudian, sambil terlihat berpikir.
"
Betul!", timpal Adramlech.
" Kalau
begitu, kita harus mencari para Priest tersebut!", seru Valvare berapi-api
" Agak susah
sepertinya untuk mencari mereka saat ini." Adramlech masih sibuk
membalik-balikkan halaman.
"
Kenapa?" Tanya Valvare kemudian.
" Karena itu
terjadi jutaan tahun yang lalu, dan kita tidak mengetahui apakah mereka
mewariskan tahtanya kepada generasi penerusnya."
Valvare terlihat
geram dan marah, " Kurang ajar!"
-------
Rendi berjalan
menyusuri loker-loker di sebuah tempat latihan anggar. Terlihat dia berhenti di
sebuah loker miliknya, dan segera dia membereskan barang bawaannya untuk
dimasukkan ke dalam loker, karena hari ini dia ada janji latihan.
Saat semua sudah
dimasukkan, dan bermaksud menutup pintu loker tersebut, dia dikejutkan oleh
sosok Serigala putih berdiri di depan, " Astaga!! Kitsune-Demon! Kau
mengagetkanku!"
"
Rendi...apakah kau sudah siap untuk tugasmu hari ini?", tanya
Kitsune-Demon.
"
Sekarang?" Rendi memeriksa keadaan sekitar, " Tapi aku ada janji
latihan!" Rendi sedikit menolak perintah Kitsune-Demon.
" Apa? Kau
sekarang sudah berani melawan?", nada bicara Kitsune-Demon terdengar sedikit
marah.
Rendi berpikir
sejenak, " Baiklah..aku turuti perintahmu." Rendi menyodorkan
tangannya.
"
Bagus..." Kitsune-Demon kemudian menyerahkan sebuah alat berbentuk seperti
suntikan kepada Rendi.
Lalu Rendi
menyuntikan ke tangan kanannya. Sekejap, seluruh badannya berubah menjadi
demon.
" Lakukan
tugasmu, Abaddon!" Perintah Kitsune-Demon.
" Baik."
Rendi kemudian memasangkan topeng ke wajahnya, untuk menyempurnakan tubuhnya.
Rendi yang sudah
berubah menjadi Abaddon Demon, langsung beranjak ke ruang sebelah.
Rendi Akbar,
sebagai Atlit Anggar, ternyata sempat dinyatakan tidak lulus saat audisi
seleksi penerimaan atlit baru. Dikarenakan dia tidak begitu kuat, dan badannya
sedikit kurus, kurang memenuhi kriteria pada saat itu.
Rendi yang pulang
dengan harapan pupus itu, diperjalanan bertemu dengan Kitsune-Demon.
Kitsune-Demon
adalah jenis Demon yang bertugas sebagai merchenary of death atau saudagar
kematian. Dia memperjual belikan peralatan perang demi kepentingan kejayaan
Kerajaan Anubis.
Suatu ketika dia
berada di Bumi, dan bertemu dengan Rendi yang sudah putus asa, karena tidak
lolos masuk tim anggar. Masuk tim anggar adalah impiannya sejak kecil, dia sangat
ingin mengikuti jejak kakaknya.
Kitsune-Demon
menawarkan bantuan, supaya Rendi bisa masuk kedalam TimNas Anggar. Tawaran
tersebut langsung di sambut positif oleh Rendi.
Kitsune-Demon
memberikan suntikan dan membuat tubuhnya berubah 180 derajat, begitu juga
kehebatan dan kekuatannya. Sehingga saat masuk seleksi selanjutnya dia lulus.
Namun bantuan
Kitsune-Demon ada imbalannya, dia meminta Rendi untuk membunuh setidak 1 orang
tiap bulannya, karena julukan Kitsune-Demon adalah Mercenary of Death.
Awalnya berat
untuk Rendi menyanggupi, karena dia bukan orang sekeji itu. Tetapi mengingat
segala sesuatu yang sudah dia dapatkan setimpal, akhirnya dia menyanggupi.
Pada awalnya, dia
hanya membunuh orang yang menjadi kompetitornya, namun lama-kelamaan, korbannya
semakin bertambah. Tidak hanya dari dalam kalangan TimNas, tetapi orang-orang
disekitarnya yang membenci dirinya, atau orang yang telah menyakiti dirinya.
Rendi yang sudah
berubah menjadi Abaddon-Demon, kini berada di ruang ganti sebelah. Incaranny
kali ini adalah seorang anak baru, laki-laki, berumur 19 tahun, yang dikabarkan
berpotensi untuk menggantikan dirinya.
Hal tersebut
membuat dia gusar. Kini dia bermaksud untuk membunuh anak tersebut.
Rendi masuk
kedalam ruang loker, dimana anak itu berada. Dia sedang merapihkan barang
bawaannya untuk dimasukkan kedalam loker.
Saat menutup pintu
loker, betapa terkejutnya, saat dia melihat Abaddon di depannya.
"
M-monster!" Anak tersebut terjerembap kebelakang ketakutan.
" Dylan!
Anggota baru Tim-Nas!", desis Abaddon.
Dylan masih
terlihat ketakutan, " M-mau apa k-kau?"
Abaddon berjalan
pelan menghampiri Dylan. Tangan kanannya, mengangkat tinggi-tinggi pedangnya,
" Selamat tinggal, Dylan! Mimpimu berakhir sampai disini!"
"
Tolooonggg!!!!", teriak Dylan membahana ke seluruh ruangan loker.
Satu tebasan, dan
tamat riwayat Dylan, " Hahahaha..tidak ada lagi yang menggantikan
diriku." Abaddon beranjak meninggalkan ruangan, dan meninggalkan mayat
Dylan terkapar di ujung ruangan.
Saat Abaddon-Demon
keluar meninggalkan ruangan, ada seorang wanita yang memergokinya. Seketika
wanita tersebut menjerit, " Monsteeerr!!!!" Wanita tersebut lari
menyelamatkan diri.
Suasana jadi
gaduh, karena orang-orang lain mengetahui ada monster disitu. Mereka lari
menyelamatkan diri.
" Kurang
ajar! Kalian tidak akan bisa lari!" Abaddon-Demon lari mengejar
orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri.
Sialnya bagi
mereka yang tertangkap oleh Abaddon-Demon, karena dia akan segera membunuh
orang buruannya, "Hahahahaha!! Ini benar-benar hebat!" Rendi merasa
puas dengan apa yang dia dapatkan. Hobby baru menghilangkan nyawa menjadi
sesuatu yang sangat menyenangkan baginya. Sudah hilang Rendi yang lemah,
penakut, dan penuh belas kasih, berganti Rendi yang kuat, tak terkalahkan, dan
suka membunuh.
Markas TimNas
Anggar, menjadi gaduh dan ramai. Orang-orang berlarian menyelamatkan diri.
Saat itu, Dhony
dan Eka yang sedang berjalan melewati daerah sekitar situ, terkejut melihat
orang berlarian.
Eka sempat
mencegat salah satu orang yang melarikan diri, "Kenapa lari-lari gini? Ada
apa mas?" Eka bertanya kepada orang tersebut.
Pemuda yang
ditanya oleh Eka, sambil terengah-engah menjawab pertanyaan Eka, " Di
dalem, ada makhluk aneh mas.."
" Makhluk
aneh? Makhluk aneh apa?" Dhony balik bertanya.
" Ada Monster!!",
jawab pemuda itu lagi sambil akhirnya dia berlari menyelamatkan diri.
"
Monster?" Eka dan Dhony terheran sambil saling tatapan. Lalu mereka
kemudian berlari kedalam gedung.
Ketika sudah
berada di dalam, mereka melihat Abaddon-Demon sedang mencekik salah satu
mangsanya, " Demon!!", teriak Dhony.
Abaddon-Demon melepaskan
korbannya yang sudah terkulai lemas, "Mau apa kalian!", tanya Abaddon
sambil mengacungkan pedangnya.
"
Wah...wah...wah! Bikin pesta disini ya?", ledek Eka.
" Jangan
banyak omong! Cepat katakan apa mau kaliam?!", hardik Abaddon.
“ Kami ingin
mengusir kalian para Demon dari muka Bumi ini, bersiaplah!” Dhony dan Eka
memasang kuda-kuda untuk bersiap berubah, “ Planet..”
“ Galaxy…CHANGE!!”
Orange Uranus dan
Yellow Moon bersiap dengan GalaxyBlade mereka, “ Hooo..ternyata kalian ksatria
Protonger! Aku tidak takut dengan kalian, hadapi aku!” Abaddon maju menyerang.
“ Yellow,
bersiaplah!”
“ SIAP!” Uranus
dan Moon pun meladeni pertarungan melawan Abaddon.
Disaat keadaan
sedang genting dan gaduh, Uranus dan Moon sedang bertempur melawan
Abaddon-Demon, di ruang loker, di dekat mayat Dylan, ada seseorang yang datang
menghampiri.
Dia sedikit
merendahkan tubuhnya. Genangan darah yang mengental yang berasal dari tubuhnya
Dylan, serta-merta seakan terhisap masuk ke dalam sepatu sosok tersebut.
Setelah menyerap
genangan darah Dylan, dia menyeringai lebar, lalu beranjak meninggalkan mayat
Dylan dan meninggalkan ruangan loker.
Pertarungan
Abaddon dengan Uranus dan Moon, berlanjut di luar, setelah Abaddon-Demon
mendorong keduanya dengan sekali dorongan hingga menjebol tembok. Abaddon-Demon
termasuk salah satu jenis Demon yang lumayan cukup kuat.
Uranus dan Moon di
hempaskan begitu saja ketika mereka berada di luar, “ Sial!” keluh Uranus
sambil membereskan kuda-kudanya yang berantakan, “ Kuat sekali dia!”
“ Kita bisa kalah,
bos! Kayaknya kita butuh panggil yang lain!” usul Moon.
“ Kenapa
Protonger? Mana kekuatan kalian yang hebat itu? Hanya segitu saja? Hahahaha!”
Dari arah
belakang, sebuah motor melaju cepat mengarah kearah mereka. Pengendara motor
tersebut menembakkan senapannya bertubi-tubi ke arah Abaddon, sampai pada
akhirnya, menabrakkan motornya ke arah Abaddon-Demon.
Motor tersebut
berhenti, “ Kurang ajar! Siapa kalian?!” Pengemudi motor berwarna ungu tersebut
turun bersama temannya di belakang, “ Cukup sudah Demon!” perintah sang
pengendara motor tersebut.
“ Pluto!” seru
Uranus setelah mengetahui pengendara motor itu.
“ Mercury! Kau
disini juga?” Moon menimpali.
“ Maaf kami
terlambat.”, kata Phiand.
Agung kemudian
membuka helmnya, Abaddon-Demon seketika terkejut setelah melihat sosok
pengendara motor tersebut adalah Agung, “ Kau!?!”
“ Phiand..saatnya
berubah!”
“ Oke!” Phiand dan
Aguung kemudian bersiap untuk berubah.
“
Galaxy…Planet…CHANGE!”
Phiand dan Agung
pun langsung berubah menjadi Blue Mercury dan Violet Pluto.
Abaddon-Demon
lagi-lagi terperanjat, setelah mengetahui kalau identitas Agung adalah salah
satu anggota Protonger, “ Ternyata kau..Protonger??”
“ Maju!”, teriak
Pluto kepada Mercury, “ Siap!” Mercury dengan Galaxy Blade nya, dan Pluto
dengan Scylla Spearnya maju menyerang Abaddon-Demon.
“ Hahahahahah! Ini
menarik, maju kalian!” Abaddon pun kini berbalik arah menyerang Mercury dan
Pluto.
Mercury lebih
mendominasi serangan atas Abaddon, karena mereka bertarung adu pedang.
Sedangkan Pluto lebih membantu dengan ayunan Schylla Spear.
Karena ayunan
Schylla Spear milik Pluto cukup menyusahkan, Abaddon sempat kewalahan, dan dia
lebih banyak diserang oleh Mercury, “ Kalian..tidak akan bisa..mengalahkanku!”
Abaddon-Demon, menangkap GalaxyBlade Mercury, membuangnya kesamping, dan
kemudian melayangkan tendangan. Membuat Mercury terpental kebelakang, “ Kurang
ajar!!” teriak Pluto.
“ Mercury!” Uranus
dan Moon menghampiri Mercury yang tersungkur.
Kini Pluto yang
bertarung melawan Abaddon-Demon. Ayunan tombak miliknya semakin membuat
Abaddon-Demon kewalahan. Sebuah ayunan membuat pedangnya terhempas kesamping.
Sambil menancapkan
tombaknya ke tanah, Pluto berpegangan pada tombak tersebut dan melayangkan drop
kick, sehingga Abaddon-Demon terhuyung-huyung kebelakang.
“ Mati kau DEMON!!!”
teriak Pluto penuh amarah sambil melompat.
Ayunan tombaknya
mengenai wajah Abaddon-Demon, sehingga topengnya sedikit rusak, dan terlihat
seperti mata manusia di dalamnya.
“ Apa?” Pluto
terkejut melihat ada mata manusia di balik wajah Demon.
Momen tersebut
digunakan Abaddon-Demon, untuk menyerang balik. Dengan sekuat tenaga, dia
memukul Pluto. Namun Pluto tidak kalah gesit, dia menangkis pukulan Abaddon
dengan tombaknya, “Demon ini...manusia? Apa ini maksudnya!?”, bisik Pluto
heran, “ Apa lagi yang di rencanakan Demon.”
“ Pluto!
Bertahanlah!” teriak Uranus. Menggunakan Cygnus Axe nya, Uranus membantu Pluto
dengan mengeluarkan jurusnya, “ Comet Rush!” Serbuan bola-bola energi yang
menyerupai komet, melesat menuju Abaddon.
Melihat serangan
dari Uranus, Pluto secepat kilat menghindar ke samping. Tanpa di duga, saat
bola-bola komet itu menuju Abaddon, ada sosok Kitsune-Demon muncul dari atas,
dan menghempaskan semua serangan Uranus, “ Tidak semudah itu Protonger!” ujar
Kitsune-Demon.
“ Rubah putih?
Apalagi ini?” seru Yellow Moon.
“ Abaddon-Demon
adalah prajurit yang sangat sempurna. Dari kemauan yang tinggi, dan dorongan
hati yang keras, dia menjadi seperti ini. Inilah maha-karya ku yang termasyur.”,
tutup Kitsune-Demon.
“ Jadi..sekarang
kalian menggunakan manusia, untuk menjalankan rencana jahat kalian!” seru
Uranus sambil menunjuk kearah Kitsune.
Kitsune-Demon
membalikkan badannya, sambil berkata, “ Manusia lemahlah yang akan kami
perdaya!” setelah itu dia menghilang bersama Abaddon.
“ Tunggu!!” teriak
Uranus.
“ Ini sudah
keterlaluan-“ kata Yellow Moon sambil menolong Mercury berdiri,”-mereka sudah
tidak bisa di tolerir. Kalau begini caranya, banyak umat manusia yang jatuh ke
tangan mereka.”
“ Kalau begitu,
ayo kita pergi dari sini.” Uranus mematikan kekuatan, dan membantu Yellow Moon
menolong Mercury. Tak lama, Yellow Moon dan Blue Mercury mematikan kekuatan
mereka.
Mereka akhirnya
meninggalkan tempat tersebut dan membawa Phiand kembali ke rumah. Dari arah
lantai 2 gedung tersebut, seperti biasa, ada yang memperhatikan pertarungan
mereka sedaritadi. Sambil sedikit menyeringai, dia menghilang dari tempat dia
berdiri.
Di sudut lain,
Kitsune-Demon membawa Abaddon-Demon untuk menyelamatkan diri sesaat.
Abaddon terkapar
bersadar pada sebuah dinding. Kitsune berdiri sambil menyilangkan tangannya, “
Kau sudah kehilangan kekuatanmu, Abaddon.”
Abaddon terkejut
sambil menoleh kearah Kitsune-Demon, “ Tidak! Aku belum kalah! Aku ingin
menghancurkan mereka, Kitsune!” Abaddon melepas topengnya, dan terlihat jelas
wajah Rendi. Pipi sebelah kirinya, tampak terdapat luka baret panjang sekitar 3
senti, “ Luka ini..bukan apa-apa! Aku akan buktikan padamu, Protonger bukan
apa-apa!” seru Rendi lagi.
Kitsune-Demon yang
membelakangi Rendi, dia berkata, “ Bagus..buktikan semua ucapanmu!” Kemudian,
Kitsune-Demon menghilang.
Saat menghilang,
Rendi menatap topengnya yang pecah di bagian mata. Sekejap topeng itu,
tiba-tiba seperti memperbaiki dengan sendirinya, “ Protonger..kalian akan
membayar mahal semua ini!” ujar Rendi geram.
Namun dia teringat
sesuatu. Dia teringat Agung yang dia temui tadi, “ Agung..tak kusangka…dia juga
anggota Protonger!” Rendi kemudian merubah tubuh Abaddon-Demonnya menjadi tubuh
manusia.
“ Apa yang harus
kulakukan.” Pandangannya lurus ke atas.
Lalu dia melirik
jam tangannya, “ Aku harus kembali ke markas tim-nas.” Rendi langsung bergegas
meninggalkan tempat tersebut.
Saat dia mematikan
kekuatan, Rendi tidak menyadari ada sosok yang memperhatikan dia dari belakang,
“Sekarang Demon sudah berani mengajak manusia, untuk melancarkan misi mereka.
Sungguh tidak bisa di percaya. Apakah ini awal mimpi buruk untuk Protonger. “,
bisik Hermes.
Hermes menggenggam
kalung yang di pakainya.
“ Dewa Eros, apa
yang harus hamba lakukan?” Kemudian Hermes segera pergi meninggalkan tempatnya
dia berdiri.
-bersambung-
Story by Krishna
Indraprasta
No comments:
Post a Comment