=====================================================================
Pada episode
sebelumnya, Agung bersama Phiand ketika sedang
makan siang, bertemu dengan seseorang kenalan Agung yang sudah lama tidak
bertemu. Setelah 5 tahun tidak bertemu, kini keduanya bertemu lagi di tempat
yang sama.
Valvare yang saat
itu menemukan sebuah peti mati yang disinyalir adalah peti mati milik Anak
Iblis Anubis, ternyata keliru. Adramlech mengatakan kalau yang di temukan oleh
Valvare adalah peti mati milik Perdana Menterti Kerajaan Anubis, karena dari
kalung yang dikenakan jasad dalam peti tersebut. Hal tersebut sontak membuat Valvare marah, karena usahanya sia-sia belaka. Adramlech
mengatakan, kalau peti tersebut tidak akan pernah bisa ditemukan oleh siapapun bahkan oleh Anubis sendiri. Dan dia
mengatakan kalau peti tersebut adalah sebagai pengecoh agar peti itu tidak mudah di temukan oleh siapapun.
Rendi Akbar sosok
kenalan Agung yang sudah 2 tahun berpisah, ternyata
menjalin kerjasama dengan salah satuDemon yaitu Kitsune-Demon.
Sesosok Demon Rubah Putih yang dikenal dengan Saudagar Kematian, memberikan
kekuatan untuk Rendi supaya dia bisa masuk dalam timnas anggar.
Pada saat yang
bersamaan, Rendi yang diberi kekuatan oleh Kitsune-Demon berubah menjadi
Abaddon-Demon dan memangsa orang-orang di dalam gedung timnas anggar. Protonger
yang menjawab sinyal bahaya langsung melawannya. Violet Pluto yang melawan
Abaddon-Demon, terkejut saat Schylla Spearnya merobek topeng Abaddon, dan
menemukan wajah manusia di dalamnya. Demi menyelamatkan anak buahnya, Kitsune
akhirnya muncul dan menyelamatkan Abaddon-Demon.
Apakah Rendi akan
bertaubat menyesali perbuatannya, dan menyerahkan kekuatan Demon yang selama
ini di milikinya? Atau dia akan menerima ganjaran berat dan membayar harga
mahal atas semua perbuatannya?
=====================================================================
Rendi bergegas
kembali menuju markas timnas. Langkahnya terburu-buru, sesekali dia menoleh
kebelakang, seperti takut ada yang mengikuti dirinya.
Karena dia menoleh
kebelakang, tanpa disadari, dia bersinggungan dengan seseorang dari arah depan,
“M..maafkan saya. Saya tidak melihat.” Rendi meminta maaf kepada orang yang dia
tabrak itu.
Orang itu hanya
tersenyum saja, “ Maafkan saya, saya sedang terburu-buru.” Kemudian Rendi
berlari meninggalkan orang tersebut. Orang tersebut menatap punggung Rendi,
sambil menatap tajam, lalu melanjutkan
perjalanannya.
Saat berada dekat
dengan gedung timnas, Rendi menemukan sudah banyak mobil polisi di depan.
Ternyata polisi sedang melakukan investigasi atas penemuan mayat yang menjadi
korban pembunuhan, “Oh tidak! Kenapa jadi banyak polisi
gini?” Rendi memegang kepalanya dan tampak
kebingungan.
Dari arah samping
ada suara yang mengejutkannya, “ Disini kau rupanya? Cepat masuk kedalam.”
Orang itu menarik Rendi kedalam, “ Pak Mulyono?”
Rendi masih tampak kebingungan saat Pak Mulyono menarik Rendi masuk kedalam
gedung melalui pintu samping.
Pak Mulyono
membawa masuk Rendi ke sebuah ruangan, “ Kemana saja kamu? Kenapa baru nongol?”
Pak Mulyono melepaskan Rendi saat berada di dalam.
“
Anu..saya..tadi..” Rendi terbata-bata menjawab pertanyaan Pak Mulyono.
“ Dasar bodoh!
Kita harus menyelamatkan atlet-atlet terbaik kita, supaya tidak terjerumus dan
di nyatakan menjadi tersangka, aku tidak mau terjadi sesuatu pada mereka.” Pak
Mulyono menarik kursi yang berada di depannya lalu kemudian duduk.
“ Em..Apa yang
terjadi pak? Kenapa banyak polisi diluar?” Rendi berlagak seperti tidak
mengetahui apapun.
Pak Mulyono menoleh
tajam kearah Rendi, “ Dylan ditemukan mati di ruang loker. Polisi sedang
menyelidikinya.”
“ Mati??” Pak
Mulyono mengangguk, “ Tapi..siapa pelakunya?”
“ Tidak ada yang
mengetahui.”, jawab Pak Mulyono, “Tetapi..ada yang mencurigai kamu yang membunuhnya.”
Rendi terlihat terkejut, “
Saya?? Tidak mungkin pak! Saat kejadian saya kan tidak ada disana!”, kilahnya, “ Saya kan baru saja
tiba di sini.”
“ Ya, saya juga
tidak percaya kalau kamu yang membunuhnya.” Pak Mulyono menyadarkan tubuhnya di
sandaran kursi, “ Saya tidak mau nama timnas menjadi tercoreng akibat peristiwa
ini. Dan saya akan menyelamatkan anak didik saya.”
Pak Mulyono ini
adalah seorang mantan Atlet Anggar Nasional yang terkenal di era 80-an.
Menjelang umurnya yang beranjak senja, dia memutuskan untuk pensiun, dan kini mengabdikan dirinya pada dunia anggar,
sebagai pelatih atlet-atlet nasional. Dia sangat menyayangi dunia anggar yang
telah membesarkan namanya, dan sangat menyayangi anak-anak didiknya.
“ Lalu, apa yang
akan kita lakukan pak?”, tanya Rendi cemas.
Pak Mulyono
beranjak dari kursi. Sambil menepuk pundak Rendi, dia berkata, “ Untuk
sementara, kau bersembunyi saja dulu dari hadapan polisi dan juga media.” Rendi
menatap Pak Mulyono, “ Karena saya tidak mau nama timnas kita tercoreng.”.
Rendi mengangguk.
“ Baik pak! Saya
pasti akan mengikuti perintah bapak!”. “
Bagus!” Lalu Pak Mulyono beranjak menuju pintu, “ Saya akan mengurus mereka
dulu. Kau pulanglah, ambil semua barang bawaanmu di ruangan loker. Ingat! Jangan
sampai ketahuan siapa-siapa.”, perintahPak Mulyono,
sebelum dia beranjak keluar ruangan, dan meninggalkan Rendi sendirian di
ruangan tersebut.
Suatu sore di
Lovely Wind, Dhony, Eka, dan Phiand ditemani Andri yang
saat itu baru saja pulang bekerja,
sedang asik berkumpul sambil makan-makan disana.
Mereka mengambil
tempat agak di pojok sambil lesehan dan tertutup oleh sekat seperti ruang
pemisah yang lazim di temukan di rumah-rumah jepang.
Phiand bersandar
di dinding badannya di balut oleh perban. Dia terluka saat melawan
Abaddon-Demon. Dhony yang merawat luka Phiand, “ Nah..beres.” kata Dhony yang
baru saja membalut badan Phiand dengan perban sekaligus merapihkan kotak
obat-obatan, “ Kalau begini lukamu semakin tidak bisa membaik. Kau kan habis
ditusuk Eris, dan kini dipukul oleh Abaddon. Kau tidak boleh banyak bergerak
dulu.”
“ Tenang saja-“
jawab Phiand sambil mengenakan jaketnya kembali, “-serangan segini, gak ada
apa-apanya. Udah, gak usah khawatir.”
“ Jangan sombong
dulu, Mas, nanti kalo makin
parah, malah berabe.”, ujar Andri, sambil sibuk
dengan menu set makan siangnya.
“ Ah, kamu ini, Dek, malah ikut-ikutan. Dibilangin gak apa-apa kok! Udah
gak usah jadi kepikiran.”, balas Phiand sambil
membuka botol bir dan menuangkan ke gelas. Dhony langsung merebut botol
tersebut, “ Hei~!” Phiand terkejut saat botolnya direbut.
“ Jangan minum
ini. Minumlah ini.” Dhony menyodorkan segelas orange juice.
Phiand
mengenyeritkan dahi, “ Orange juice? Emangnya aku anak kecil? Kemarikan
botolnya.” Phiand berusaha merebut kembali botol birnya.
“ Nurut kata orang
tua kenapa sih, Mas?” sumbar Andri, sambil
merebut botol dari tangan Dhony, dan langsung meminumnya.
Phiand terperanjat
melihat Andri meminum birnya, “ Yeee..malah diminum sih Dek!” ujar Phiand kesal. Seketika tawa riuh memenuhi
ruangan tersebut.
Di
tempat lain, Agung sedang mengendarai motor besarnya,
tiba-tiba teringat akan kejadian saat bertempur dengan Abaddon-Demon.
Ingatannya kembali
kepada sosok Abaddon-Demon. Saat topeng tersebut pecah dihancurkan oleh dirinya
menggunakan Scylla-Spear, Nampak mata seperti manusia di dalamnya, “ Apa yang
di rencanakan, Demon? Kenapa mereka sekarang merekrut manusia untuk memenuhi
hasrat jahat mereka.”, pikir Agung dalam
perjalanan mengendarai sepeda motornya.
“ Tetapi…sorot
mata itu…kenapa aku seperti familiar ya?” pikirnya lagi. Tanpa sadar, ada
seekor hewan melintas, seekor anak anjing yang menyebrang jalan, “ Oh tidak!”
dengan gerakan reflek, dia membanting stang ke kanan. Karena dia dalam keadaan
agak ngebut, Agung langsung terjatuh dari motornya.
Dia terseret
beberapa senti, dan motornya berhenti setelah menabrak pembatas jalan,
“Aaakh..sial!” Agung mencoba bangun, namun sebelumnya, dia melihat si anak
anjing yang tiba-tiba melintas itu.
Setelah berhasil
bangun, dan membuka helm, dia menghampiri anak anjing tersebut, “ Hei kawan,
bahaya sekali kau berada disini. Kau bisa membahayakan dirimu, dan orang lain.”
Ditatapnya anak anjing itu. Seekor anak anjing berjenis Labrador berwarna
coklat yang mungil.
“ Hehehe..kau ini
lucu sekali. Tapi-“ Agung memperhatikan sekelilingnya, memang sih keadaan
disitu terlihat agak sepi.”-di mana rumahmu kawan?” dilihatnya leher anak
anjing itu. Ada sebuah kalung dan disitu ada tulisannya. Tertulis nama
pemiliknya, “ Rendi Akbar?” Agung membaca tulisan yang ada di kalung tersebut.
Agung pun kemudian
membawa anak anjing tersebut ke pinggir, “ Jadi kau ini kepunyaan Rendi? Kenapa
kau bermain jauh sekali?”
Ketika sedang
asyik mengajak anak anjing itu ngobrol, ada seseorang yang menegurnya, “ Kau
tidak apa-apa, anak muda?” Agung menoleh kearah suara tersebut. Seorang
kakek-kakek umur 70 tahun agak kurus, mengenakan kemeja hijau kotak dan memakai
celana panjang warna gelap, “ Apakah kau terluka? Aku mendengar suara tabrakan
keras dari dalam rumahku.”, ujar sang Kakek
tersebut.
“ Aku tidak
apa-apa, Kek. Hanya lecet sedikit.”, jawab Agung tersenyum.
Lalu kakek-kakek
tersebut melihat anak anjing yang dibawa oleh Agung, “ Lho? Ini kan Timmy?
Kenapa dia bisa ada di sini?”, tanya sang kakek heran.
“ Timmy? Jadi ini
milikmu kek? Tadi dia menyebrang jalan, trus saat aku mengendarai motor, hampir
saja aku menabraknya. Itulah mengapa aku bisa terjatuh.”, jelas Agung sambil
menyerahkan Timmy kepada sang kakek.
“ Ya Tuhan,
kasihan sekali dirimu, masuklah kedalam, biar ku obati lukamu. Rumahku disitu.”
, kata sang kakek sambil menunjuk rumah
bergaya eropa bercat putih di belakangnya.
Agung mengamati
rumah tersebut, “ Baiklah kalau begitu. Aku akan mengambil motorku dulu.”
“ Baik, aku tunggu
didalam.” Kakek tersebut pun masuk kedalam rumah, dan Agung mengambil motornya
yang masih tergeletak di jalan.
“ Huh..maafkan aku
ya teman. Kau jadi lecet-lecet begini.”, kata
Agung kepada motor kesayangannya. Kemudian Agung membawa motornya masuk kedalam
pekarangan rumah sang kakek.
“ Mari masuk,
jangan sungkan. Biar aku masuk membawa Timmy ke dalam dan membawa kotak obat.”
“ Terima kasih, Kek.
Maaf aku jadi merepotkan.”, balas Agung ramah.
Agung memarkirkan
motornya dan langsung masuk kedalam ruang tamu.
Saat didalam, dia
melihat banyak foto-foto keluarga terpampang di dalamnya. Ada sebuah foto yang
menggugah dirinya, “ Ini kan..Rendi..Aku ingat sekali wajahnya saat dulu
ketemu.”, bisik Agung sambil memperhatikan foto Agung
yang sedang bersama seorang pria yang disinyalir sebagai kakaknya.
“ Itu foto Rendi
saat berumur 18 tahun. Masih muda sekali dia.” Ujar kakek mengagetkan Agung
dari belakang. Agung reflek menoleh ke belakang.
“ Maaf aku
mengagetkanmu. Ini kotak obatnya.” Kakek menaruh kotak obat di atas meja,
“Terima kasih kek.” Agung kemudian duduk di sofa panjang dan segera membuka
jaketnya.
Dilihatnya jaket
Outsider yang bolong di bagian siku, “ Haduh, Vebby bisa marah nih.”, keluh Agung pelan, sambil menatap lubang besar panjang
di sekitar lengan kiri, dan lubang yang agak lebih kecil ukurannya di lengan
kanan.
“ Mari kubersihkan
lukamu.” Kata kakek sambil bersiap untuk membersihkan lukanya Agung, “Tidak
usah, kek. Aku bisa sendiri kok. Aku ini perawat.” , tolak Agung secara halus.
“ Oh ya? Wah
syukurlah. Tapi, aku minta maaf kepada dirimu, karena Timmy, kau jadi seperti
ini.”
“ Ah, ngga apa-apa
kok, Kek.”, balas Agung sambil mulai bersiap
membersihkan lukanya.
“ Timmy adalah
kesayangan Rendi.”,
kata Kakek memulai cerita,
sambil Agung tetap membersihkan luka,”-semenjak Rendi di tinggal oleh Ibunya ke
luar negeri untuk menetap, satu-satunya yang dia sayangi adalah kakek dan si
Timmy itu.”
Mendengar cerita
kakek, Agung menjadi tergugah, wajahnya seketika berubah serius “ Ditinggal
Ibunya ke luar negeri? Memangnya kenapa, Kek?”
Kakek menghela
nafas panjang, dan tampak dia akan bercerita banyak tentang masa lalu Rendi,
“Rendi adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara. Ayah Rendi sudah lama meninggal saat
Rendi berumur 12 tahun, karena kecelakaan sepeda motor. Ibunya meninggalkan
dirinya ke Inggris untuk menikah lagi dengan pria lain dan menetap disana. Hal
tersebut membuat dirinya sangat terpukul. Orang yang sangat di cintainya malah
pergi dari hadapannya. Kini dia hanya memiliki Aku dan kakak lelakinya
tercinta, juga Timmy. Timmy adalah pemberian sang Ibunya sebelum Ibunya
meninggalkan mereka.”
“ Jadi yang di
foto itu, kakaknya Rendi?” Agung menunjuk kearah pigura foto yang tadi dia
lihat.
Kakek mengangguk,
“ Dia adalah Randi, kakak tertua Rendi. Orang yang dia paling sayangi adalah Randi.”
“Lalu? Kemana
Randi sekarang, Kek? Agung mengambil segulung perban dari dalam kotak obat.
Raut wajah Kakek
seketika berubah drastis. Sedih menggelayut pada wajah Kakek, “ Kenapa Kek?”
“ Randi meninggal
dunia, saat bis yang di tumpanginya, terperosok ke dalam jurang.” Persendian
Agung tiba-tiba kaku, mendengar kabar Randi dari mulut Kakek, “ Me..ninggal?”
Kakek kembali
mengangguk, “ Saat itu, Randi dalam perjalanan kemari. Karena dia lama tinggal
di Sleman, untuk mengurusi bisnis almarhum ayahnya. Namun dalam perjalanan
dalam ke rumah ini.”.
Agung tampak
memikirkan sesuatu, “ Kecelakaan bis masuk jurang dari Sleman?” pikirnya dalam
hati, “ Anu kek, kalau boleh tahu, kejadiannya kapan ya?”, tanya Agung kepada Kakek.
“ Kakek tidak akan
melupakannya, saat itu hari rabu, siang hari, 2 tahun lalu.”.
Agung teperanjat,
dia terkejut bukan kepalang, “ 2 tahun lalu?” Kakek mengangguk.
“ Jadi, pertemuan
waktu itu, yang membuat dia terburu-buru pergi, jadi karena..” batin Agung.
Kakek menangkap
gelagat bingung dari wajah Agung, “ Kenapa, nak? Ada sesuatu?”, tanya Kakek penasaran.
“ Oh, ngga..itu..”
Agung menatap kapas yang digunakannya untuk membersihkan lukanya yang
tergeletak di atas meja.
“ Sebenarnya..saya
sudah pernah bertemu dengan Rendi sebelumnya, Kek.”, ujar Agung dengan tatapan serius, “ Oh ya?” balas sang
Kakek terkejut.
“ Iya. Saat itu, 2
tahun yang lalu, saat saya sedang makan siang di sebuah kedai makan tak jauh
dari tempat saya bekerja. Ada seorang pemuda yang menghampiri meja saya, karena
dia tidak menemukan tempat untuk makan. Pemuda itu adalah Rendi.”
“ Saya pun mau
untuk berbagi tempat duduk tersebut. Saat itu kami mulai mengobrol untuk mengakrabkan
diri. Saya pun segera memesan minuman untuknya. Namun saat itu saya, pergi
untuk mencuci tangan, lalu saat kembali ke meja, saya sudah menemukan Rendi
tidak ada di meja tersebut. Seperti sedang terburu-buru sekali. Mungkin
kejadian itulah yang membuat dia, maksudnya, membuat kami berpisah.”, cerita Agung kemudian. Dia pun segera merampungkan
mengobati lukanya.
“ Begitu ya.”, jawab Kakek.
“ Rendi sangat
menyayangi kakaknya. Olahraga yang dia geluti adalah anggar, dan dia berjanji
kepada kakaknya untuk bisa menjadi atlet yang bisa membanggakan keluarga ini.
Namun..dia..” air mata turun dari pipi Kakek.
“ Sudahlah,
Kek..Jangan terlalu dipikirkan, dia baik-baik saja kok.” Agung mencoba
menenangkan Kakek.
“ Benarkah? Apakah
kau sudah bertemu dia lagi?” Mendengar hal tersebut membuat Agung kembali
terheran, “ Mm..ya dia baik-baik saja, memangnya kenapa?”
“ Dia sudah lama
meninggalkan rumah ini, sejak kejadian kakaknya meninggal. Yang aku tahu, dia pergi untuk mengikuti pelatihan di timnas
anggar, dia sempat mengirimkan surat kepadaku. Tetapi dia sempat dinyatakan
tidak lolos masuk seleksi timnas.” Agung mengangguk, “ Aku yakin, dia pergi
meninggalkan rumah ini, karena sangat terpukul ditinggalkan orang yang
dicintainya untuk yang ke-2 kalinya.”, lanjut
Kakek lagi.
“ Mungkin dia
hanya butuh waktu untuk sendiri.” Kata Agung kemudian, “ Tetapi saat tadi
siang, aku bertemu dengannya lagi setelah 2 tahun kami berpisah. Saat itu pun,dia keburu pergi.”
“ Begitu ya?”
Kakek menghapus air mata yang mengalir di pipinya, dan kemudian mempersilahkan
Agung meminum teh yang sedianya dihidangkan untuk Agung, “ Ini, minumlah dulu,
nak..”
“ Agung..nama saya
Agung, Kek.”,jawab Agung sambil meminum teh yang
disodorkan oleh Kakek.
“ Terima kasih,
nak Agung, sudah mau menjadi teman Rendi. Dia sudah terlalu lama menyendiri
memikirkan perasaannya. Dia butuh teman.”
“ Tenang saja,
Kek. Dia akan baik-baik saja” jawab Agung lagi.
“ Baiklah kalau
begitu, Kek-“ Agung memakai jaketnya, “-saya permisi dulu, terima kasih atas
jamuannya, dan obat-obatanya.”
“ Justru saya yang
senang, nak Agung mau mampir kemari dan cerita banyak soal Rendi. Sekali lagi,
saya minta maaf atas kejadian tadi.”
“ Ahh..Jangan
dipikirkan, Kek! Ini tidak ada apa-apanya kok, saya masih bisa menahan, hehe..”
Agung berdiri sambil mengambil helm yang ada di sebelahnya, “ Kalau begitu,
saya pulang dulu, Kek, permisi.” Agung pamit minta diri, dan beranjak keluar
rumah menuju motornya.
“ Baiklah, hati-hati
dijalan, nak Agung.” Agung menyalakan mesin motornya, dan pergi meninggalkan
pekarangan rumah sang Kakek.
Tetapi saat agak
jauh, dia merasa setang motornya agak bengkok. Sambil melihat kebelakang, dia
memastikan keadaan aman, “ Maaf ya kawan, ini akan terasa sakit” Dengan
kekuatan super
Protonger yang dimiliki, dia
membetulkan posisi setang yang sedikit bengkok itu, dan langsung tancap gas
meninggalkan area tersebut.
------------
Rendi tampak
sedang duduk-duduk di kursi sebuah taman di tengah kota. Dia tampak termenung memikirkan
kejadian tadi, saat dia membunuh Dylan dengan tangan dinginnya.
Di dalam hatinya,
dia tidak ingin menyakiti siapapun. Rendi adalah masih sosok Rendi yang dulu.
Membunuh itu adalah kehendak dari wujud Demonnya,
“ Ini tidak benar! Aku tidak bermaksud membunuh anak itu.” Dia menatap telapak
tangannya.
Tiba-tiba saja,
disampingnya, ada seseorang yang duduk di sebelahnya, “ Haaii..”,sapa pemuda misterius berumur 17 tahun itu ramah sambil tersenyum.
“ Ha? Siapa kau?”
Orang tersebut tersenyum pada Rendi, sambil menyodorkan popcorn.
Rendi lalu
langsung mengenali pemuda tersebut, “ Lho? Kau’kan yang…”
“ Mau? Ambillah.”
Rendi tampak ragu akan tawaran pemuda tersebut, “ Tidak, terima kasih.” Rendi menggeleng,
“ Sedang apa kau disini? Bagaimana kau bisa tahu aku disini?”
“ Tidak sedang
apa-apa, aku hanya kebetulan lewat saja.”, jawab
pemuda tersebut sambil asyik memakan popcorn miliknya.
“ Sepertinya kau
sedang ada masalah ya?”
“ Begitulah..”
Rendi kembali termenung.
“ Masalah apa?
Cerita donk padaku.” , pinta pemuda tersebut.
Rendi merasa mulai
terganggu dengan pemuda ini, “ Tidak. Biar masalah ini menjadi tanggung
jawabku!” Rendi memandang sinis kepada pemuda yang umurnya tidak jauh darinya.
“
Hahahahaha…segitunya! Galak banget kau ya?” Diambilnya 1 popcorn dan
dimasukkannya kedalam mulut, “ Kalau punya masalah, jangan dipendam sendiri
aja. Nanti jadi jerawat lho, kalo kata anak-anak sekarang, hehehe..”
“ Apa masalahmu
ha? Kenapa kau seperti ingin mengetahui urusanku! Lebih baik kau pergi dari
sini!” Rendi tampak kesal, dia bangkit dan segera ingin mengusir pemuda
tersebut.
“
Tck..ck..ck..Sifat seperti itu harus kau hilangkan bila berbicara dengan ku.”
Lalu dia menjentikkan jarinya.
Dari arah belakang
ada pria paruh baya, berbaju rapih, dengan kacamata frame-less menghiasi
wajahnya, menghampiri kursi tempat Rendi dan pria itu duduk, “ Rendi Akbar-“, ujar pria berkacamata tersebut.
“ Siapa lagi kau?”
Rendi menatap pria yang berjalan menghampiri dirinya.
“ Tidak perlu
risau. Kau sudah tahu siapa diriku.”, jawab pria tersebut. Sambil membuka kacamatanya, lalu
kemudian, di dahi nya tampak muncul kristal merah dan
beberapa garis muncul yang disertai bulu putih.
Rendi terkejut, “
Kau? Tuan Kitsune?” Kitsune yang saat itu sedang menyamar langsung
menganggukkan kepala, “ Benar! Ini aku.”
“ Sedang apa kau
disini?”, tanya Rendi heran.
“ Aku ingin kau
segera menghabisi Protonger!” Kitsune berjalan melewati Rendi, “ Aku merasakan
firasat buruk.”
Rendi menoleh ke
arah Kitsune, “ Firasat buruk? Firasat apa?” Kitsune terdiam.
“ Aku tidak ingin
membunuh lagi. Kau tahu? Tadi polisi sudah mengepung markas timnas! Salah satu
Atlet timnas anggar terbunuh oleh monster. Aku tidak merasa membunuhnya!”
“ Itu menurutmu,
Rendi. Tapi kenyataannya, kau yang memang membunuh anak itu.” Kitsune yang
masih menyamar menjadi manusia, mengenakan kembali kacamatanya.
“ Kau sudah
mengadakan perjanjian denganku, Rendi-“ Kitsune membalikkan badannya, “ Kau
ingin kekuatan, aku berikan. Tetapi harus ada balasannya.”
“ Tapi tidak
membunuh manusia!” Rendi sedikit merasa kesal hingga tidak sadar sampai teriak.
Kitsune tersenyum
lebar, “ Itu bukan urusanku. Naluri Demonmu lah yang membunuh manusia, bukan
dirimu.”
“ Apa??!!” Rendi
terperanjat. Persendiannya lemas, dia duduk di bangku taman, “ Jadi..selama
ini, yang menjadi korban dari diriku adalah..naluri Demon yang ada di dalam
tubuhku?”
“ Benar.”, jawab Kitsune.
“ Tidak mungkin!
Aku tidak mau berbuat hal ini lagi! Keluarkan monster itu dari dalam tubuhku!” Rendi bangkit dari bangku, dan menarik kerah Kitsune.
Perbuatan Rendi,
membuat pemuda misterius yang sedari tadi menikmati popcorn, menjadi
tercengang.
“ Sudah terlambat
Rendi!” jawab Kitsune, “ Selesaikan apa yang menjadi tugasmu.” Mata Kitsune
berubah menjadi merah, dan seketika tubuh Rendi terhempas ke belakang.
“ Kau adalah
budakku! Aku tidak akan menuruti semua perkataanmu!” teriak Kitsune dengan
suara sedikit berat.
“ Wah..wah..wah..”
Pemuda misterius itu bangkit dari bangku taman, dan menepuk pundak Kitsune, “
Santai saja, tidak perlu kasar begitu dengan anak baru ini, Kitsune.” Tiba-tiba
saja, Kitsune yang tadinya terlihat memucak emosinya, dengan sedikit
memperlihatkan wujud aslinya, mendengar perkataan pemuda tersebut, Kitsune
langsung menurunkan emosinya, “ Maafkan aku.”
“ Ya sudah, aku
pergi dulu ya..Kau urus itu anak buahmu…Pak Guru.” Pemuda tersebut mencengkram
keras pundak Kitsune, hingga dia merasa kesakitan. Lalu pria tersebut, pergi
meninggalkan Kitsune dan Rendi.
“ Pak Guru?” Rendi
terkejut mendengar Kitsune dipanggil Pak Guru.
“ Tidak ada waktu
lagi, Rendi! Cepat habisi Protonger!” Kitsune segera bergegas meninggalkan
Rendi.
Rendi menatap
kepergian Kitsune dari belakang, “ Apa yang harus aku lakukan? ”
Agung sudah tiba
kembali di Synergi. Setelah memarkirkan motornya, dia langsung menuju ke
ruangannya.
Disana dia
langsung membuka komputer, dan mengakses info tentang kecelakaan bis yang
terjadi Sleman, sekitar 2 tahun yang lalu.
“ Hum..mana ya
tentang kecelakaan bis situ?” matanya tidak lepas dari layar monitor.
Tak lama, dia
menemukan sebuah info yang sedang dia cari. Gambar sebuah bis, terlihat sudah
rusak berat, dan habis terbakar. Kuat dugaan, bis tersebut meledak setelah
masuk ke dalam jurang. Namun walaupun keadaan bis rusak karena terbakar, masih
terlihat warnanya.
Bis itu berwarna
putih dengan garis merah dan biru di sisi kiri-kanan badan bis.
“ Ini dia. ‘Sebuah
bis yang melaju dari arah Sleman, mengalami kecelakaan masuk jurang dan
terbakar. Sampai saat ini, pihak yang berwenang tidak mengetahui penyebab bis
tersebut masuk jurang.’ Lho? Kok aneh ya?” Agung mengangkat sebelah alisnya, “
Kenapa belum diketahui penyebabnya? Aku akan mencari penyebab lainnya.” Agung
kemudian mencari lagi info lain yang terkait dengan berita tersebut.
Pencariannya
terhenti pada sebuah kolom berita online yang di keluarkan sebulan setelah
kejadian tersebut terjadi.
Di situs berita
tersebut, mengabarkan pengakuan dari saksi yang melihat bis tersebut bisa masuk
ke dalam jurang.
“ Ini yang aku
cari! Wah, berita video lagi, lumayan.” Agung menggerakkan kursor kearah tombol
‘play’ dan langsung memutarkan video wawancara dengan saksi.
Saksi tersebut
adalah seorang pengendara mobil yang kebetulan melintas di sekitar kejadian.
“ ‘Bisa bapak
ceritakan, bagaimana bis tersebut bisa masuk ke dalam jurang? Menurut berita
yang beredar, masih belum jelas penyebabnya?’ “ Sang wartawan mulai menanyai
saksi.
“ ‘Baik mas,
begini ceritanya, waktu itu keadaannya malam hari...keadaan yang kurang
penerangan sekitar kejadian, memang menuntut pengendara untuk tetap waspada.’ “
“ ‘Lalu? Apakah
bapak melihat penyebab bis tersebut mengalami kecelakaan?’ , tanya sang wartawan lagi.
“ ‘Saat itu saya
sedang menuju ke Sleman mas. Kebetulan bis tersebut dari arah depan mobil saya.
Namun saat itu saya melihat ada sosok aneh mas.’ “
“ ‘Sosok aneh?
Sosok seperti apa yang bapak lihat?’ “
“ ‘Seperti sosok
manusia, karena dia berdiri tegap, tapi karena dia membelakangi mobil saya,
yang saya lihat cuman siluet ekor putih dan seluruh tubuhnya ditutupi bulu
mas.’ “
“ ‘Sosok di penuhi
bulu putih disekujur tubuh? Wah itu aneh sekali pak? Apakah bapak tahu itu
sosok apa?’ “
“ ‘Wah saya kurang
tahu, mas. Wong, datengnya tiba-tiba. Mungkin itu penunggu sekitar situ kali
mas? Dan menurut saya dialah yang bisa dikatakan sebagai penyebab kecelakaan
ini.’ “ Tutup sang saksi.
“ Sosok berekor
dan berbulu putih???” Agung tampak berpikir keras, “ Jangan-jangan…” Ingatannya
tertuju saat pertempuran sebelumnya. Dia teringat
pada sosok Kitsune-Demon.
“ Kurang ajar! Jadi
dia yang menyebabkan kecelakaan itu!” Agung seketika menggebrak meja.
Tak lama,
handphone nya berbunyi, “ Ya halo?”
“ Agung?”
terdengar suara di seberang sana.
“ Iya betul. Ini
siapa ya?”, banya Agung.
“ Ini aku..”
“ Ya siapa? Ada
apa ya mas?”
“ Ini
aku..Rendi..”.
“ Kamu toh, Ren?
Ada apa?” jawab Agung antusias.
“ Em..anu..em..”
Rendi tampak ragu-ragu menjawab di seberang sana.
“ Kenapa Ren?
Perlu bantuan?”, tanya Agung lagi, sambil terus mencari
informasi tentang kecelakaan bis yang merenggut nyawa Randi, kakak dari Rendi.
“ Kamu bisa ke
sini gak? Sama temen kamu itu.”
“ Oh bisa..bisa.
Ada apa memang? Mau traktir makan ya? Hehehe..” canda Agung.
“ Ah, kamu bisa
aja.” Rendi tersenyum mafhum. “ Aku pengen ketemu kamu aja, ada yang mau
diomongin, sama temen kamu yang kemaren itu ya? Aku tunggu lho.”
“ Oke..oke..bisa.
Dimana nih ketemuannya?”
“ Di bekas gudang
pabrik besi yang di daerah utara situ. Kamu tau kan?”
“ Jauh bener
ketemuannya disitu? Tapi gak apa-apa, sebentar lagi aku kesana. Cepet kok.”
“ Oke deh. Makasih
ya, Gung. Aku tunggu lho ya? Oiya jangan lupa bawa temanmu itu.” Rendi menutup
pembicaraan.
“ Siap. Sekitar 1
jam aku sudah sampai di sana.” Agung kemudian menutup telepon.
Tak sengaja, dia
menemukan sebuah situs video amatir yang di buat oleh sekelompok orang
tertentu, dan tidak semua orang bisa mengakses.
Agung adalah seorang peretas yang cukup handal, dan berhasil
masuk kedalam situs tersebut.
Di dalam situs
tersebut, kebanyakan menyajikan video-video dari kamera amatir yang di ambil
menggunakan handycam, dan di barisan kanan layar ada daftar video hasil rekaman
kamera CCTV..
Agung menemukan
sebuah video yang terjadi di tempat kecelakaan itu terjadi, dan ditulis video
tersebut di unggah pada waktu 1 bulan lewat seminggu dari kejadian kecelakaan
bis tersebut, “ Kok ada CCTV- nya? Bukankah disitu
daerah hutan ya? Ah, mungkin sengaja untuk mengawasi lalu-lintas disana.” Agung
pun kemudian memutar video tersebut.
Benar saja, video
yang berdurasi sekita 45 detik tersebut, memperlihatkan rekaman yang di ambil
dari sudut yang sangat bagus. Jadi semuanya terlihat jelas saat kejadian
tersebut berlangsung.
Sebuah bis putih
yang menjadi korban melaju dari arah atas monitor. Saat bis tersebut dekat dengan
tikungan, yang menjadi titik letak dari kamera tersebut, tiba-tiba saja dari
arah depan ada sekelebat cahaya putih yang datang dari arah kanan layar.
Sekelebatan cahaya
putih tersebut nampak jelas, berdiri menantang di depan bis. Dan seketika dia
terlihat seperti memukul atau mengarahkan bis itu, supaya bis berbelok dan
masuk ke dalam jurang.
Mobil yang dari
arah bawah layar, yang diduga sebagai mobil saksi, langsung terlihat membanting
stir ke kiri karena terkejut melihat sosok yang tiba-tiba saja muncul itu.
Bis masuk kedalam
jurang, dan terbakar. Sosok aneh itu memutar badan, dan kamera melihat jelas
sosok tersebut.
Sebuah sosok yang
tidak asing lagi bagi Agung. Sosok rubah putih dengan ekor putih nya yang
menjuntai panjang. Setelah dia melihat kearah kamera, dia langsung menghilang
dengan cepat.
“ Demon…kalian
memang laknat!” geram Agung kesal.
Kemudian Agung
teringat pada janji dengan Rendi, “ Oh iya, aku harus menemui Rendi. Aku harus
menghubungi Phiand.” Lalu Agung mengeluarkan Planet Brace dari balik kantung
jaketnya, “ Phiand? Kau dengar aku?”
“ Yo~! Ada apa?”
jawab Phiand.
“ Rendi ngajakin
ketemuan, dia minta aku supaya kamu juga ikut.”
“ Rendi?”, tanya Phiand curiga, “ Kok tumben? Kalian kan yang udah
lama gak ketemu, kenapa mesti ama aku juga?”
“ Ya, aku juga
ngga ngerti. Kamu bisa kan dateng?” , tanya
Agung lagi, dia beranjak dari kursi setelah mematikan komputernya.
“ Bisa
bisa..jemput aku di kafenya Ambar aja ya? Disini ada Andri, Dhony, ama Eka.”
“ Yo wes, aku
jemput ya? 15 Menit aku sampai disana.”
“ Oke..” Kemudian
Agung bergegas menuju pintu.
Namun saat di
ujung pintu, dia seperti terusik sesuatu, “ Apakah aku harus memberitahu dia
ya? Soal penyebab kecelakaan yang menimpa bis kakaknya?”
“ Ah, sebaiknya
aku pikirkan nanti saja.” Agung langsung bergegas keluar ruangan.
Motor Agung sudah
sampai di depan Lovely Wind. Phiand dan yang lain, sudah berada di depan, “
Lho? Kalian mau ikut juga tah?” , tanya
Agung heran, sambil membuka kaca helm.
“ Mereka yang mau,
gak apa-apa kan?” jelas Phiand sambil menerima helm pemberian Agung, dan
langsung mengenakannya.
“ Aku punya
firasat gak enak soalnya, Gung-“ ujar Dhony kemudian, “-makanya mendingan aku ikut aja.”
“ Aku juga..”
serobot Eka
“ Ya udah, tapi
kalian naek apa?”, tanya Agung lagi.
“ Naek mobil.” , jawab Dhony cepat.
“ Mobil? Emang
kamu punya mobil? Kamu kan gak pernah bilang kamu pernah punya mobil?” Agung
terlihat keheranan, dia melihat ke segala arah.
“ Mobil nya emang
gak disini. –suiiiittt!!!- “ Dhony tampak terlihat bersiul seperti memanggil
sesuatu, dan kemudian dari arah belakang Agung, tampak Cygnus terbang kearah
mereka, “ Cygnus?” Agung terheran melihat Cygnus datang.
Cygnus kemudian
merubah dirinya menjadi mobil SUV berwarna orange.
Andri orang
pertama yang keheranan setelah Cygnus berubah menjadi mobil SUV, “ Lho..mobil
ini kan?” Andri mengitari perlahan SUV orange tersebut.
Ingatannya kembali
teringat pada dulu saat dia memiliki mobil ini, “ Oh iyaa! Aku pernah punya
mobil ini. Dan aku baru sadar, ternyata memang mobil ini jelmaan Cygnus. Aku
rindu sekali pada mobil ini.” Andri mengelus body mobil tersebut.
Cygnus yang sudah
berubah menjadi SUV, bereaksi karena sentuhan Andri. Mobil membunyikan klakson
cukup keras, “ Upss..sorry buddy~!” Andri menyengir lebar.
“ Kalau begitu ayo
segera lekas pergi, nanti terlambat.”, ajak
Dhony. Dia langsung masuk ke dalam SUV.
Iring-iringan
sepeda motor berwarna ungu dan SUV
orange bergerak menuju utara Jakarta untuk menemui Rendi.
Rendi duduk dengan
cemas diatas tumpukan besi yang sudah terlihat tua dan usang. Dia menunggu
kedatangan Agung dan Phiand, “ Kenapa mereka lama sekali?” Rendi memainkan
sebatang besi tua yang dia pungut di tanah.
Tak lama kemudian,
motor ungu dan SUV Orange memasuki area gudang. Rendi langsung turun dari
tumpukan besi usang.
“ Maaf kami
terlambat, maklum Jakarta, macet.” Agung langsung membuka helm dan segera turun
dari motor.
“ Ah tidak apa-apa kok, aku juga belum lama disini.” Rendi melemparkan ke samping besi yang sedari tadi dia pegang.
“ Ada apa
memangnya, Ren? Kayaknya penting banget?” , tanya Agung keheranan.
Dari dalam SUV
orange, tampak Andri, Eka, dan terakhir Dhony turun, “ Lho? Siapa mereka Gung?”
Tanya Rendi keheranan sambil menunjuk Dhony, Eka dan Andri.
“ Oh ini,
temen-temen aku.” Andri, Dhony, dan Eka menghampiri Agung, “ Halo..”,sapa Eka sambil melambaikan tangan. Sementara itu Dhony
memperhatikan keadaan sekeliling.
“ Kamu manggil ada
perlu apa, Ren?” , tanya Agung, “ Kamu perlu bantuan, atau
perlu sesuatu?” Rendi ditanya Agung malah diam menunduk, “ Anu..aku ingin..”
Kitsune tiba-tiba
muncul disitu, dia berjalan dari arah depan. Andri yang pertama kali menyadari
hal itu, “ DEMON!” Andri langsung membentuk formasi pertahananan melindungi
Rendi, diikuti oleh Eka dan Phiand.
Melihat Kitsune
muncul tiba tiba disini, membuat Agung teringat saat dia melihat video
kecelakaan itu, “ Dasar kurang ajar! Kau benar-benar pembunuh!” seru Agung
kesal.
“ Kalian akhirnya
berkumpul, Protonger! Apakah kalian sudah siap menerima ajal kalian?”
“ Protonger?”
Rendi terperanjat, “ Jadi, mereka semua ini Protonger? Kukira hanya Agung dan
Phiand saja.”, ujarnya dalam hati.
“ Rendi, pergi
dari sini, biar dia yang kami hadapi.”, perintah
Agung.
“ Hahahahaha..”
Tiba-tiba saja Kitsune tertawa.
“ Kenapa kau
tertawa? Tidak ada yang lucu.” , kata Phiand heran sambil
menyiapkan kuda-kuda.
“ Kau memangnya
tidak tahu? Bahwa orang yang kau bilang ingin kau selamatkan itu.” Kitsune
menunjuk kearah Rendi, “ Adalah bawahanku!” Sontak semua orang terperanjat dan
menoleh kearah Rendi.
“ Rendi? Apakah
itu benar?” , tanya Agung, “ Katakan..ini bohong kan?”
Rendi diam menunduk, tidak berani menjawab.
“ Sudah kuduga-“
kata Dhony, “-ada yang tidak beres dengan pertemuan ini.”
“ Rendi? Kenapa?
Kenapa kau berbuat sejauh ini?” ujar Agung lagi.
Agung teringat
mata manusia yang muncul dari balik topeng Abaddon-Demon, “ Jadi..Abaddon-Demon
itu adalah..” Tanpa disadari, Rendi mendorong Agung hingga terjerembap
kebelakang, dan dia berlari menuju Kitsune.
“ APA???” teriak
Protonger serempak seraya tidak percaya.
“ Rendi..tidak
mungkin..” Phiand menolong Agung untuk berdiri.
“ Maafkan aku,
Gung..Aku berbuat senekat ini, demi untuk masuk timnas anggar. Aku sempat tidak
diterima, karena aku tidak masuk klasifikasi.”, lanjutnya.
“ Tapi..kenapa mesti
Demon??”, tanya Agung.
“ Aku bertemu
dengan dia-“ Rendi menoleh kebelakang, “-dan dia menjanjikan supaya aku bisa
masuk kedalam timnas anggar..tidak hanya itu, aku mendapatkan lebih dari yang
aku harapkan.”.
“ Cukup bicaranya,
Rendi! Sekarang..” Kitsune memberikan suntikan kepada Rendi, “-habisi mereka
semua.”
Rendi menatap
suntikan yang di berikan oleh Kitsune. Ada kebimbangan pada diri Rendi saat
itu.
“ Jangan Rendi!”
teriak Agung, “ Kau ini kebanggaan orang tuamu! Kau adalah kebanggaan kakek dan
juga kakakmu!” Rendi terperanjat mendengar hal itu keluar dari mulut Agung.
“ Apa? Darimana
kau tahu itu semua??”
“ Aku bertemu
dengan kakekmu, dan dia cerita banyak tentang dirimu.”, seru Agung, sambil berjalan beberapa langkah kedepan, “
Semenjak kepergian Ayahmu tercinta, kau menjadi putus asa, dan sedih, ditambah
Ibumu pergi meninggalkan kau dan kakakmu. Terlebih setelah kakakmu juga
meninggal dalam kecelakaan sebuah bis dari Sleman.”
“ Cukup! Jangan
diteruskan.”, teriak Rendi.
“ Aku mengerti perasaanmu
Rendi, ditinggalkan oleh orang-orang yang kau cintai. Kau berjuang keras untuk
bisa masuk kedalam timnas anggar demi menjadi seorang atlet anggar, seperti
kakakmu.” Protonger yang lain mendengar hal itu, menjadi terkejut.
“ Tapi aku
sekarang sudah berhasil masuk kedalam timnas!” kata Rendi
“ Ya, tapi bukan
seperti itu caranya, Ren.” Rendi menatap lurus kearah Agung
“ Apalagi, Demon
yang dibelakangmu itu-“ Agung menunjuk kearah Kitsune, “-adalah sosok yang
menyebab bis yang ditumpangi kakakmu masuk jurang!!!” teriak Agung. Protonger
juga tidak kalah terkejutnya.
Rendi terperanjat,
seluruh persendiannya seakan lemas, “ A..apa?” Rendi menoleh kearah Kitsune, “
Benarkah?” Kitsune berdiri diam.
“ Benarkah
itu!!?!!!” Kitsune mengguncangkan tubuh Kitsune, “ Katakan!!! Benarkah itu?!!!”
tubuh Rendi terguncang. Air mata turun di pipinya, “ Kenapa Kitsune? Kenapa?”
Rendi berlutut.
“ Kau kira
pertemuan kita tempo dulu itu adalah pertemuan yang tidak sengaja?” Kitsune
akhirnya angkat bicara.
“ Sebelum kau, Kakakmu
sudah lebih dulu menjadi bawahanku!” Rendi kembali terperanjat seraya menatap
Kitsune.
“ Dia aku bunuh,
karena sebelumnya, dia sempat membangkang tidak mau menuruti perintahku.
Kemudian dalam perjalanannya dari Sleman menuju Jakarta, aku yang membuat bis
nya jatuh ke jurang.”, kata Kitsune lagi,
sambil berdiri menyilangkan tangan.
“ Tidak! Ini tidak
mungkin!” Rendi menutup kedua telinganya
“ Aku juga
telusuri dia, dan dia ternyata mempunyai adik. Dan aku lalu mencari dirimu. Jadi, jangan kau anggap kita bertemu
secara tidak sengaja. Aku ingin kau menyelesaikan apa yang sudah kakakmu mulai,
Rendi!”
“
Tidaaaakkkk!!!!!” teriak Rendi pilu. Dalam teriakannya terselip isak tangis
penyesalan.
“ Dasar kurang
ajaaarr!!” teriak Agung kesal. Tiba-tiba saja dari arah kiri dan kanan Kitsune
muncul Demon Army.
“ Cih, dasar
payah! Beraninya maen kroyokan. “ kata Phiand sambil menatap satu per satu
Demon Army yang tiba tiba saja muncul itu.
“ Jangan menunda
waktu lagi Rendi-“ Kitsune membangunkan Rendi dengan cara menarik lengan Rendi,
“-cepat, habisi Protonger!” Kitsune langsung menyuntikan alat tersebut ke
tangan Rendi. Seketika, tubuh Rendi tertutupi oleh tubuh dan armor
Abaddon-Demon.
Melihat tersebut
membuat Protonger, terperanjat, “ Ini tidak mungkin!” seru Eka.
Walau tubuhnya
sudah berubah menjadi Demon, namun tatapan Rendi masih kosong. Jiwa nya masih
terguncang setelah mendengar semua sudah dia dengar.
“ Dasar pecundang!
Tunggu apalagi? Kakak dan Adik, sama saja!” ujar Kitsune kesal.
Kemudian Rendi menatap Kitsune, “ Tidak…aku
tidak ingin lagi menerima perintah dari mu..” Rendi mencabut alat suntik yang
telah merubah dirinya, dan tubuh Demon langsung hilang berganti tubuh dirinya.
Melihat hal itu,
membuat Kitsune terkejut, “ Apa? Jadi kau sudah berani membangkang?” Kitsune
menarik kerah jaket Rendi, “ Baiklah..kalau itu maumu.” Kitsune menatap tajam
Rendi.
Lalu Kitsune,
menjetikkan jari. Dari belakang 2 Demon Army datang membawa sosok yang sangat
Rendi kenal, “ Kakek!!” teriak Rendi.
“ Rendii..”
“ Apa yang ingin
kau lakukan kepada kakekku, Kitsune?” Rendi membalas menatap tajam kearah
Kitsune, “ Lepaskan Kakekku!”
“ Akan kulepaskan
Kakekmu, tetapi..Kau habisi dulu Protonger!”
“ Tidak! Tidak
akan! Aku tidak akan lagi menerima perintah dari mu!” seru Rendi, sambil
melepaskan cengkraman Kitsune.
Rendi berlari
menuju kakeknya, namun Demon Army bersiap menahan lajunya, “ Kakek! Cepat lari!
Mereka orang-orang jahaaatt!!” Rendi berusaha melepaskan cengkraman Demon-Army.
“ Cukup sudah aku
berurusan dengan kakak-beradik ini.” Kitsune berjalan ke depan Rendi, “Kalau
kau tidak ingin menuruti perintahku..”
“ Tidak akan!
Dasar iblis! Aku tidak akan menuruti kemauan kalian” timpal Rendi cepat.
“
Huhuhuhu..baiklah.” Kemudian Kitsune memberi kode kepada dua Demon-Army yang memegang
Kakek.
Sekejap mata,
Demon-Army menghabisi nyawa Kakek Rendi, tepat di depan mata Rendi.
Kakek langsung
terkapar di tanah. Rendi terbelalak melihat sang Kakek tersungkur, “ Tidak!
Kakeeeeekkkkk!!!!!!” teriak Rendi.
“ Apa??” Protonger
juga tidak kalah terkejut dibuatnya.
“ Itulah balasan
bagi yang berani menolak perintah Demon.”
Rendi kembali
terguncang. Air mata yang tadinya sempat kering, kini kembali membasahi
pipinya. Demon Army yang memegang Rendi, melepaskan Rendi begitu saja.
“ Dasar.. Kurang
ajaaar!!!” teriak amarah Rendi meledak.
Amarah tersebut
rupanya, memicu gen Demon yang tersisa di dalam tubuhnya, selama dia
menggunakan suntikan itu. Dan Gen itu lah yang menutup tubuh Rendi menjadi
Abaddon-Demon. Kalau selama ini, Rendi menggunakan suntikan tersebut, Rendi
seperti memakai jubah atau armor, kini Rendi benar-benar berubah menjadi
monster.
“ Rendi??!” seru
Agung yang terkejut setelah melihat Rendi berubah menjadi Demon.
“
Hrruwwaaahhh!!!!” Abaddon-Demon marah dan menjadi tidak terkendali.
“ Ini yang
kuharapkan.” Kitsune terlihat senang dengan rencana yang sudah disusunnya telah
berhasil.
“ Abaddon-Demon,
habisi mereka!” Kitsune langsung menghilang dari situ, karena dia melihat
Abaddon menjadi tak terkendali dan mulai menyerang Demon-Army.
Para Demon-Army
tidak berdaya diserang Abaddon-Demon yang mengamuk. Mereka langsung hancur tak
bersisa,
“ Hati-hati kawan,
dia bukan Rendi yang kita kenal, ini sudah Demon seutuhnya yang menguasai
tubuhnya. “ ujar Dhony.
Abaddon-Demon
berlari menghampiri Protonger, sambil mengayunkan pedang besarnya. Protonger
dengan sigap menghindar serangan Abaddon-Demon, “ Rendi! Sadarlah!” Phiand
berusaha untuk menyadarkan sisi manusianya Abaddon yaitu Rendi.
“ Percuma, mas-“
kata Andri yang sibuk menghindar ayunan pedang Abaddon, “-dia sudah sepenuhnya
Demon. Sisi Rendi sudah hilang tertelan.”
Agung melihat
sosok Abaddon-Demon yang berada di depannya, dan langsung teringat pada
pertemuan saat pertama kali dia bertemu 2 tahun lalu, dan pertemuan terakhir
saat bersama Phiand.
Agung tiba-tiba
berlari menuju Abaddon-Demon, yang saat itu sedang menyerang Dhony.
Dhony bersusah
payah menahan terjangan pedang besar milik Abaddon.
Agung dengan
sekuat tenaga, mendorong jauh Abaddon dari Dhony, “ Ha? Agung?”
Abaddon yang
tubuhnya sedikit lebih besar, tidak menyurutkan nyali Agung untuk saling
berhadapan beradu pandang, “ Abaddon, tidak..RENDI! Hentikan semua ini!!” Agung
menatap mata Abaddon yang berwarna putih.
“ Sadarlah,
Rendi!! Ini bukan dirimu yang sebenarnya!” Abaddon mencoba sekuat tenaga untuk
mendorong Agung ke belakang dengan sekali hentakan, namun Agung masih bisa
menahannya.
“ Kau adalah Rendi
Akbar, orang yang penuh belas kasih dan rasa sayang terhadap sesama, bukan
anggota Demon!”
“ Agung, sudah
hentikan! Percuma saja!”, ujar Dhony mengingatkan.
“ Rendi Akbar,
sadarlaaaaahhh!!! Heaaaaatttt!!!!” Sebuah drop kick melayang ke tubuh
Abaddon-Demon, dan dia terjungkal kebelakang.
Abaddon-Demon
langsung mencoba untuk berdiri, dan secepat itu pula itu langsung mengayunkan pedangnya.
“ Baiklah, kalau
itu memang maumu..maafkan aku Rendi..” Agung berusaha menahan pedang Abaddon
dengan sebelah tangannya, dan kemudian, “ Planet Change..” Soul Schylla
menyerang Abaddon Demon hingga mundur beberapa langkah dan langsung menyelimuti
tubuh Agung menjadi sosok Violet Pluto.
Pluto berjalan
pelan menghampiri Abaddon-Demon, dengan Schylla-Spear di tangan kanannya.
Abaddon-Demon pun
tanpa berpikir panjang, langsung menyerang lagi dengan pedang besarnya.
Pedangnya pun mendarat di tubuh Pluto, namun Pluto tidak bergeming sedikitpun.
Violet Pluto
mengangkat pedang tersebut dengan tangan kirinya, dan langsung meremukkan
hingga hancur sebagian. Abaddon-Demon pun terkejut.
“ Aku mengerti-“
Pluto berjalan terus sehingga Abaddon berjalan mundur, “-kau bukanlah lagi
Rendi Akbar yang aku kenal dulu..kau adalah..Abaddon-Demon!!!” Schylla-Spear
diayunkan kearah Abaddon-Demon.
Pluto seakan kalap
menyerang Abaddon-Demon dengan Schylla Spear secara membabi-buta.
Abaddon-Demon
tidak berdaya, dan tidak mampu untuk menyerang balik serangan Pluto.
Di saat serangan
terakhir, saat Pluto ingin mengayunkan Schylla Spear, tiba-tiba saja dia
melihat sekelebatan bayangan wajah Rendi di muka Abaddon-Demon, dan itu membuat
dia terhenti sejenak, “ Rendi?”
“ Hei? Kenapa dia?”, tanya Eka heran, “ Kenapa dia berhenti?”
Melihat Pluto yang
tertegun, dimanfaatkan oleh Abaddon-Demon untuk menyerang balik.
Violet Pluto
terpental ke belakang, “ Aarrgghh..”
“ Pluto!!!”
Protonger yang lain segera berhamburan menghampiri Pluto.
“ Kau tidak
apa-apa?” , tanya Dhony cemas.
“ Ya, aku tidak
apa-apa *ukkh*” Pluto berusaha bangkit sambil berpegangan pada Schylla-Spear.
Andri dan Phiand turut membantunya.
“ Semuanya-“ Dhony
mengambil posisi di depan, “-saatnya berubah!”
“ Baik!” jawab
Andri, Eka, dan Phiand serempak. Mereka pun mengambil posisi dan menyiapkan
Galaxy dan Planet Brace mereka masing-masing.
“ Galaxy..”
“ Planet..”
“ CHANGE!!!”
Abaddon-Demon emosinya semakin memuncak saat melihat Protonger yang lain muncul
di hadapannya.
“ Maju semua!”, perintah Orange Uranus sambil mengacungkan Cygnus Axe
nya. Violet Pluto masih diam dibelakang, karena tubuhnya masih kesakitan
setelah di serang Abaddon-Pluto.
Pluto menyaksikan
pertempuran antara Protonger dengan Abaddon-Demon dari belakang. Saat itu juga,
memorynya tentang pertemuan dirinya dengan Rendi kembali terulang. Dia masih
tidak menyangka, bahwa Rendi akan menjadi seperti ini.
“ Aku sedang
mempersiapkan untuk kejuaraan nasional nanti di Surabaya. Kau datang ya
menonton pertandinganku.”, balas Rendi.
“ Oh pasti! Kalau
aku sedang tidak sibuk, aku pasti sempatkan untuk menonton.” Kalimat itu
terulang di ingatannya, dan bayangan kejadian saat kalimat tersebut di ucapkan.
Dia juga teringat
ucapan dirinya kepada Phiand saat itu, “ Iya sih. Setidaknya dia menjadi atlit
yang jujur, dan bisa diandalkan.”
Pluto menggenggam
erat Schylla-Spear, dan langsung serentak dia bergerak maju.
Ayunan
Schylla-Spear, langsung mengarah ke Abaddon-Demon. Saat itu Abaddon-Demon yang
sedang melawan Yellow Moon, menyadari kedatangan Violet Pluto, dan langsung
bisa menghindarinya.
“ Kalau kau memang
benar atlet, tunjukkan bahwa kau adalah atlet sejati, Rendi!” Pluto masih
menganggap Abaddon-Demon itu adalah Rendi.
Serangan
menggunakan Schylla-Spear kembali dilancarkan bertubi-tubi oleh Pluto, membuat
Abaddon-Demon kembali tidak berdaya.
Satu ayunan keras
membuat Abaddon-Demon terpental. Dia pun roboh.
“ Saatnya aku
membebaskan dirimu, Rendi.” Pluto langsung mengambil ancang-ancang menyiapkan
jurus serangan.
Schylla-Spear
tampak bercahaya, dan Pluto memutarkan Spear tersebut pelan. Terlihat jelas,
saat putaran tersebut terjadi, ada seberkas sinar cahaya jelas berbentuk
panjang seperti pedang mengelilingi Pluto.
“ Maafkan
aku…Rendi…Ini adalah jalan terakhir satu-satunya.” Dari arah depan, wajah Abaddon-Demon
tampak lagi wajah Rendi yang sendu terlihat menggangguk.
“ Seven
Sword…Slasher!!!” Pluto mengayunkan Schylla-Spear, dan sinar yang berbentuk
pedang itu langsung mengarah kepada dirinya.
Serangan Seven
Sword Slasher menghujam Abaddon-Demon bertubi-tubi.
“
HWWUUAAARRGHHH..” Abaddon-Demon terjatuh kebelakang, Pluto membalikkan
badannya, dan saat itu juga saat Abaddon terjatuh, tubuh nya meledak.
Ada sesuatu yang
terjadi saat itu. Dari arah depan, Pluto melihat seperti penampakkan bayangan
Rendi, “ Rendi?”
Rendi yang
terlihat sendu, tersenyum bahagia, “ Terima kasih, Gung. Kau sudah berhasil
membebaskan ku.” Pluto seakan tidak percaya dengan penglihatannnya, lalu
kemudian, dia melepaskan helm Pluto nya.
“ Terima kasih,
kau sudah mau menjadi sahabat dekatku. Walau belum sepenuhnya, karena kita baru
saja bertemu beberapa waktu saja. Tetapi aku sudah menganggap kau sahabatku.”
Rendi tersenyum.
“ Kini, aku bisa
bergabung dengan orang-orang yang aku sayangi. Terima kasih sekali lagi.” Agung
tak mampu berkata apapun, selain hanya mengangguk. Matanya mulai tampak
berkaca-kaca.
Saat itu juga,
bayangan Rendi menghilang.
Protonger yang
lain pun, langsung menghampirinya, “ Kau tidak apa-apa kawan?”, tanya Uranus.
Agung mengangguk,
sambil menahan isak, “ Ya. Kau lihat Rendi tadi?” , tanya Agung kepada Uranus.
Uranus
menggelengkan kepala, “ Tidak.....mungkin dia hanya
ingin menyampaikan pesan terakhir hanya kepadamu.” Uranus menepuk pundak Agung.
“ Ya, mungkin.”, jawab Agung.
“ Baiklah, ayo kita
pulang.” ajak Jupiter.
Mereka pun mematikan kekuatannya dan segera meninggalkan tempat tersebut.
Saat kendaraan
yang mereka naiki, bergerak meninggalkan gudang, dari arah luar tampak terjadi
kekacauan.
Demon-Army
mendadak berubah menjadi besar, “ Apa? Demon-Army??” ujar Eka yang melihat
Demon-Army berjenis Golem, mengacak-ngacak kota.
“ Mereka maunya
apa sih???” keluh Eka lagi.
Tampak dari arah
samping Phoenix, Griffin, dan Hippogrif, mulai menyerang Golem-Demon.
“ Teman-teman!”
seru Eka.
“ Eka, Andri,
Phiand, panggil Beast kalian, dan segera bergabung.”, perintah Red-Mars.
“ Siap bos!”
kemudian mereka berubah lagi menjadi Protonger, setelah mereka tadi mematikan
kekuatan, dan segera memanggil Beast mereka masing, “ Summon! Beast Guardian!!”
Tak lama, datanglah Dragon, Pegasus, dan Unicorn.
“ Galaxy
Combine!!” teriak Insider serempak.
Para Beast
langsung bersatu membentuk ProtonKing, “ ProtonKing..Ready!”
Golem-Demon
langsung mengamuk, setelah melihat ProtonKing muncul di depannya.
Saat Golem-Demon
mengayunkan gada besarnya, secepat kilat, ProtonKing menghindar dengan cara
terbang.
“ Kita habisi
mereka!” perintah Red Mars.
“ Baik!” Sambil
melayang di udara, Pegasus merentangkan sayapnya, dan tanduk Unicorn tampak
menyala.
ProtonKing bersiap
untuk melakukan jurus pamungkas, “ ProtonKing…Victory Arrow!!” sebuah sinar
berbentuk panah melesat menghujam Golem-Demon.
Tetapi karena
Golem-Demon termasuk Demon yang cukup kuat, serangan tersebut sudah pasti bisa
di tepis, “ Dasar sial!!” ujar Silver Earth kesal.
“ Insider!” ada
suara tiba-tiba dari arah belakang.
Ternyata itu
adalah Uranus yang datang bersama Cygnus, “ Uranus!” teriak Yellow Moon
bahagia.
“ Gabungkan Cygnus
dengan ProtonKing!” lanjut Uranus.
“ Baik…semuanya! Cygnus! Galaxy Armament!”
Unicorn segera melepaskan diri dari formasi ProtonKing dan bertukar tempat
dengan Cygnus, “ProtonKing Claw!
Golem-Demon masih
menahan panah dari Victory Arrow dari ProtonKing. Melihat hal tersebut,
langsung membuat ProtonKing, kembali melancarkan serangannya untuk yang kedua
kalinya.
Bola energi besar
muncul dari arah dada ProtonKing, yang kemudian di tebaskan menggunakan Cygnus
Claw yang sedari tadi sudah menyala, “ Heavenly…Slasher!”
Bola energi
tersebut menerjang Golem-Demon yang sedang kewalahan menahan laju Victory
Arrow, dan seketika dia langsung meledak. ProtonKing Claw langsung pose
kemenangan.
Sore hari nya,
Agung tampak berada di sebuah kawasan pemakaman. Didepannya tampak nisan putih
bertuliskan nama Rendi Akbar, tepat di samping makam kakaknya, Randi Akbar.
Agung meletakkan
karangan bunga berwarna ungu di atas makam Rendi, “ Semoga kau tenang disana,
kawan.” Agung mengusap nisan putih tersebut.
Tampak dia
mengenakan kacamata hitam dan langsung balik meninggalkan area pemakaman.
Sepeninggalan Agung
dari area pemakaman, tampak ada sosok yang menghampiri nisan Rendi, “Mati
satu..tumbuh seribu.” Ternyata sosok tersebut adalah Kitsune yang dalam wujud
penyamarannya.
Dari arah
belakang, dia melihat ada sosok anak muda yang masih lengkap mengenakan seragam
sekolahnya, “ Kitsune..” panggil anak muda tersebut.
“ Oh tuan.”
Kitsune menunduk sedikit.
“ Rupanya,
berakhir seperti ini ya.” Pemuda itu sedikit merendahkan tubuhnya, dan menatap
nisan Rendi.
“ Jangan khawatir
Tuan! Saya akan mencari lagi manusia yang bisa kita jerat dan menjadi pengikut
kita.”
“ Oke deh-“ Pemuda
tersebut berdiri, “-tolong ya, Kitsune.” Pemuda tersebut meninggalkan Kitsune
sendirian.
“ Baik….tuan
BELIAL.”
-bersambung-
Story by : Krishna
Indraprasta
No comments:
Post a Comment