Tuesday, May 21, 2013

Protonger : Universe 11 - Scream! Reach for Your Courage!



Pagi hari di rumah dr.Eddy, masih terlihat sepi belum ada aktifitas di rumah tersebut, semuanya masih terbuai mimpi.
Kecuali dari arah belakang rumah. Terdengar suara berisik. Suara orang yang sedang latihan dengan target sasaran.
Phiand, terlihat sedang berlatih dengan target sasaran yang biasa dia pakai untuk latihan.
Luka-luka dan cedera yang dialaminya dari pertempuran sebelumnya sudah mulai membaik, Phiand sudah bisa bergerak bebas, dan bisa kembali bertarung bersama para Protonger.

Target sasaran terlihat sedikit remuk di sana-sini. Ini akibat pukulan keras yang dilayangkan oleh Phiand. Sepertinya kesehatan Phiand sudah kembali pulih.
Dari dalam rumah, terlihat seseorang keluar dan memergoki Phiand yang sedang berlatih. Orang itu berjalan agak sempoyongan, terlihat dia masih setengah sadar karena baru saja bangun tidur.
"Hei, pagi-pagi udah mukul2 target." Orang itu buka suara menyapa Phiand.
Phiand menghentikan latihannya, "Eh, kamu toh? Sudah bangun, tumben, Ka?" Lalu Phiand menyadari sesuatu, "Ah, pasti karena aku sudah membuat suara berisik ya? Maaf ya aku sudah membangunkanmu." Phiand meminta maaf kepada Eka.

" Ah, tidak apa-apa! Bukan karena itu juga aku jadi bangun. Memang aku lagi bisa bangun pagi aja." Eka nyengir lebar. Kemudian Phiand menghampiri Eka, dan duduk disebelahnya. Dibukanya plester yang membungkus tangannya, "Bagaimana lukamu? Sudah sembuh?", tanya Eka.
"Yah lumayan! Aku sudah bisa bergerak bebas. Kini aku bisa bergabung dengan kalian, dan Protonger bisa bertarung full team! Hehe."
" Hebat! Tidak terbayangkan kita akan semakin kuat, kalau kau bisa bergabung kembali dengan kita." Eka menguap lebar, membuat Phiand menengok ke arah leher Eka. Ada sebuah kalung dengan bandul Unicorn berwarna perak, "Kalungmu bagus, baru lihat kamu pake kalung itu?", tanya Phiand heran.
"Oh, ini?" Eka membuka kalung itu dan mengangkatnya tinggi," Ini kalung pemberian almarhum Mamaku. Bentuknya Unicorn. Dulu mama sangat menyukai Unicorn, mama menganggap Unicorn adalah hewan mulia. Unicorn bisa melindungi mimpi dan harapan kita, serta mendorong jauh sifat jahat." Mata Eka menerawang ke arah kalung Unicorn yang dipegangnya.

Phiand menatap wajah Eka, ada setitik air terbit di ujung matanya, "Pasti kalung itu sangat berharga sekali untukmu." Eka menyadari Phiand menatap wajahnya, dan buru-buru menghapus air mata yang muncul di ujung matanya, "Aduh, kenapa pagi-pagi jadi mellow gini, heheheh.." Eka pun mengenakan kembali kalung tersebut, "Hahahaha.." Tawa renyah pecah diantara keduanya.
"Ya sudah, bentar lagi yang lain akan bangun, aku mau menyiapkan sarapan dulu.", kata Phiand kemudian, "Aku ikut! Biar aku membantumu. Tapi lebih baik kau mandi saja dulu, nanti sarapan biar urusanku!", timpal Eka.
"Baiklah kalo begitu" balas Phiand kemudian, sambil menepuk pundak Eka, " Aku mandi dulu, ya."
" Sip bos!" Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah.

Di istana Anibis, Eris sedang berjalan menyusuri lorong istana menuju ruang utama. Diperjalanan dia dikejutkan oleh Adramlech yang berdiri di depannya, "Adramlech! Mau apa kau?", tanya Eris matanya menatap erat Adramlech.
"Aku sudah mendengar tentang Pappilon yang kau bebaskan tempo hari, dan aku sudah mengetahui hasilnya.", jawab Adramlech dingin.
"Ya, itu memang aku yang membebaskan, seperti biasa aku tidak mengerti mengapa dia masih juga bisa kalah dari Protonger!" Eris menjelaskan. Adramlech masih berdiri di depan Eris, "Lalu mau apa kau disini?" Eris memandang Adramlech curiga.
Adramlech tersenyum licik. Tanpa diduga, dari arah depan Eris muncul sesosok Demon menyeramkan berteriak tepat di depan wajahnya. Sesaat Eris terpaku, terdiam, tatapannya kosong, setelah monster tersebut berteriak didepannya.

Demon itu lalu mengulurkan tangannya ke hadapan Adramlech. Sebuah bola kristal putih bercahaya berada dalam telapak tangan Demon itu, "Perkenalkan Eris, ini adalah Banshee. Demon yang baru saja aku bangkitkan." Dalam keadaan masih belum sepenuhnya sadar, Eris menoleh perlahan kearah Banshee yang berdiri di sampingnya, "Apa yang dilakukan olehnya, adalah mengambil memory indahmu, karena kemampuan Banshee adalah menghisap memori seseorang, terutama memori indah, dan meninggalkan mangsanya kosong tanpa memori indah dalam ingatannya.", jelas Adramlech kemudian. Eris dalam keadaannya yang kosong, cuma bisa terperanjat sambil melihat kearah Adramlech.
"Tidak perlu terkejut Eris." Adramlech tersenyum, "Aku hanya akan meneliti memorimu.", lanjutnya. Adramlech berjalan meninggalkan Eris sendirian dengan diikuti oleh Demon Banshee di belakangnya. Tak jauh berjalan, Adramlech membalikkan badan lagi, " Oh iya, efek yang kau derita itu hanya sesaat, dan kau akan segera kembali ke sedia kala.", jelas Adramlech lagi.
Eris berdiri kaku tidak bisa menggerakan anggota badannya untuk sesaat. Apa yang sedang direncanakan oleh Adramlech saat ini, pikirnya

Siang itu di kantor pos. Eka sedang sibuk memasukkan beberapa surat dan dokumen ke dalam tas coklat besar. Hari ini dia bertugas mengirimkan surat-surat.
Dhony yang bertindak sebagai Pimpinan di departement Eka, datang menghampiri, Eka sedang sibuk merapikan tas besarnya, " Hari ini kau yang bertugas ya?", tegur Dhony.
"Oh iya pak! Hari ini saya yang bertugas mengantar surat.", jawab Eka ramah.
"Baiklah kalau begitu, hati-hati kamu dijalan." Dhony memperhatikan sekelilingnya, "Beritahu kami, kalau kau bertemu dengan Demon.", bisik Dhony pelan.
"Beres bos!" Eka melanjutkan kegiatannya, dan Dhony pun beranjak meninggalkan Eka sendirian.
Dirasanya sudah siap, Eka meraih jaket yang dia taruh di kursi kerjanya dan beranjak pergi keluar ruangan. Sesaat dia meraih kalung yang dia kenakan. Eka memandang sejenak kalung Unicorn peraknya, "Ma, doakan saya ya!" Eka mencium kalung tersebut, memasukan kembali kedalam bajunya, dan beranjak keluar ruangan.

Di dalam perjalanan menuju tempat pertama, tanpa diduga hujan turun dengan derasnya, "Yah hujan!", keluh Eka. Kemudian Eka membelokkan motornya ke pinggir. Eka menepikan sepeda motornya untuk berteduh sebentar. Dia berteduh di sebuah rumah besar yang terlihat sudah kosong tidak berpenghuni, "Sepertinya hujannya akan berlangsung lama. Deras pula, mana aku lupa membawa jas hujan.", katanya sambil menatap ke langit.
Eka memperhatikan rumah yang ada dibelakangnya. Sebuah rumah bergaya lama tahun 70an, sudah terlihat usang, karena lama tidak dihuni.
Seketika Eka menyadari sesuatu, "Lho? Rumah ini kan..." Eka mencoba membuka pagar rumah tersebut. Pagar besar berwarna hijau, "Hmm..tidak dikunci." Eka berusaha membuka pagar, "Jelas saja, siapa yang mau mencuri di rumah kosong? Ada-ada saja aku ini." Eka masuk ke dalam perkarangan rumah tersebut.

Eka berlari menyusuri garasi rumah yang tidak beratap sambil menutupi dirinya dengan jaket yang dia kenakan menuju teras rumah. Dia pun melongok kearah dalam rumah melalui jendela yang sudah terlihat bolong tidak ada kacanya, " Gelap sekali. Jangan-jangan didalam ada...hiii.." Sifat penakutnya Eka muncul. Tetapi akhirnya dia memberanikan diri untuk masuk. Pintu depan juga tidak terkunci, terlihat sedikit terbuka, "Permisi! Saya numpang masuk." Eka perlahan memasuki ruang tamu rumah tersebut.
"Suasana ini, tidak pernah aku lupakan. Tak kusangka, aku kembali ke rumah." Matanya menyapu keseluruh ruangan.

Ternyata rumah besar itu, adalah rumah dahulu Eka tinggal semasa kecil. Eka dibesarkan dirumah ini. Dahulu, Eka kecil pernah tinggal disini bersama Ibu, Ayah dan Kakeknya.
Eka adalah anak tunggal di keluarganya, dan merupakan sosok anak ceria, rajin belajar, dan patuh terhadap orang tuanya. Namun ada 1 sifat yang tidak pernah bisa hilang dari diri Eka, yaitu penakut.
Dulu Eka sering diganggu oleh teman-teman sebayanya, karena penakut dia sering kalah dengan sebayanya yang kerap menganggunya. Sehingga tak jarang dia sering kali dipukuli, dan orang tuanya sering mendapati Eka pulang ke rumah dengan wajah lebam.
Orang tuanya sering mengingatkan Eka, untuk lebih berani, " Kamu ini laki-laki! Jangan jadi pengecut!" Kata-kata itu yang selalu terngiang dikepalanya, dikala dia dimarahi oleh kedua orang tuanya.
Beberapa tahun silam, Ibu Eka mengidap sakit keras, sehingga dokter memvonis hidupnya tidak bisa bertahan lama. Ayah Eka sudah lebih dulu meninggal sehingga orang yang ia sayangi hanya tinggal Mamanya, hingga membuat Eka berusaha merawat ibunya hingga akhir hayat tiba. Sang bunda, sempat memberikan kenang-kenangan berupa kalung perak dengan bandul berbentuk kuda Unicorn. Ibunya berpesan kepadanya, untuk menjadi anak yang kuat, dan tegar menghadapi masalah di kemudian hari, dan juga sang bunda jugalah yang memberikan cincin bertahtakan batu berwarna kuning, yang nanti kemudian menjadi sumber kekuatan Yellow Moon.
Di suatu ketika, hari terberat Eka pun tiba. Sang Ibunda tercinta dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Eka berusaha untuk tegar dan tabah saat mengetahui sang bunda kembali kepada Sang Pencipta.
Sepeninggal Ibunya, Eka ikut bersama sang kakek untuk tinggal di luar Jakarta. Karena sang Kakek, membuka usaha di sana. Sampai suatu saat dia pun mendapatkan tawaran pekerjaan di Jakarta, ditempat Eka sekarang bekerja.

Eka berjalan menyusuri ruang tamu kosong dan kumuh. Seketika memory masa lalu nya muncul, di ruangan itu. Memory saat dia pulang kerumah dalam keadaan babak-belur dan menangis di hadapan kedua orang tuanya. Eka kecil menangis di pelukan sang Kakek, sedangkan orang tuanya memarahinya karena sifat penakutnya yang tidak pernah bisa hilang. Saat itu masih ingat terbayang ucapan sang Bunda yang selalu diucapkan ketika memarahi dirinya, " Kamu ini laki-laki! Jangan jadi pengecut!" Eka kecil lebih memilih di pelukan sang Kakek.
" Benar-benar rindu rasanya." Eka tersenyum, tak terasa air matanya terbit disudut matanya. Nostalgia masa kecilnya, menghapus rasa takut saat dia berusaha menginjakkan kaki kerumah ini.
Di luar hujan masih lebat, disertai dengan petir. Eka beberapa saat sempat terkejut mendengar kerasnya suara petir tersebut. Eka melangkahkan kaki lebih ke dalam.
Dia berbelok dan mendapati ruangan yang dulunya merupakan kamar Ibunya. Disana masih terdapat tempat tidur tanpa kasur diatasnya, dan seketika terlintas bayangan saat dulu Ibunya terbaring lemah karena mengidap  penyakit. Dia melihat sang Bunda memberikan kalung Unicorn perak yang selama ini selalu dia pakai, dan cincin Protonger. Eka memandang kalung yang dipakainya, " Aku merindukanmu, Ma." Eka kembali mencium kalung tersebut.

Di luar rumah, terlihat sebuah mobil sedan perak, melintas dan berhenti dirumah itu. Mobil itu berhenti saat melihat motor Eka di luar, " Lho? Ini kan motornya Eka?", ujar sang pengemudi. Lalu dia melihat ke arah rumah tersebut, "Apa yang sedang dia lakukan dirumah ini? Sebaiknya aku memeriksa kedalam." Pengemudi tersebut mematikan mesin, dan meraih payung yang terletak di kursi belakang. Dia keluar dari dalam mobil, sambil membuka payung, dan masuk kedalam rumah tersebut.
Pria tersebut masuk kedalam setelah melewati pagar yang terlihat terbuka, dan berjalan menyusuri garasi rumah menuju teras, "Permisi? Ada orang disini? Eka?" Pria itu menaruh payungnya diluar, serta masuk kedalam, "Permisi? Ada orang disini? Halo? Eka?"
Eka yang berada di bekas kamar Ibunya, tidak mendengar panggilan tersebut, karena letaknya yang agak kedalam, dan tertutup oleh suara hujan yang lebat.

Di dalam kamar tersebut, Eka menarik kursi yang terletak di samping tempat tidur. Dibersihkan kursi kayu tanpa senderan itu dari debu dan kemudian dia duduk. Eka merenung di depan bekas tempat tidur orang tuanya. Dia ingin mengenang masa lalu, sambil menunggu hujan yang masih lebat diluar.
"Ma, seandainya Mama masih ada. Aku hanya ingin mengatakan terima kasih atas jasa Mama selama ini." Eka mulai berbicara sendiri di depan tempat tidur reot, "Mama adalah seseorang yang sangat berharga dalam hidupku. Aku sangat bersyukur bisa memiliki Mama, sehebat dan sebaik diri Mama. Walau Mama sering memarahiku sewaktu kecil karena diriku yang sangat penakut, tetapi aku yakin, Mama sangatlah menyayangi diriku." Mata Eka menerawang jauh. Tanpa sadar, airmatanya jatuh membasahi pipinya, " Saat Mama jatuh sakit, aku merasa tidak bisa memaafkan diriku. Aku merasa menjadi beban Mama selama ini, dengan sifat penakutku ini. Aku ingin sekali menjadi kebanggaan Mama, tetapi dengan sifatku ini, aku merasa tak termaafkan." Airmata Eka mengalir semakin deras. Emosinya menjadi labil.
Dia berusaha menguasai kembali emosinya, "Saat ini, aku sudah mempunyai banyak teman. Mereka sangat menyayangiku. Mereka sangat membantuku disegala suasana. Mereka adalah teman-teman yang sangat hebat. Jika Mama masih ada, ingin rasanya aku memperkenalkan mereka kepadamu, Ma."

" Eka? Sedang apa kau disini?" Pria tadi memergoki Eka sendirian di kamar, dan Eka terkejut bukan kepalang, sehingga dia terhempas hingga terjatuh.
"Eddy? Haduuhh aku kira siapa! Kau mengejutkanku!" Eka berdiri dari mengambil membetulkan kursinya yang terbalik.
"Hahahah.... Maafkan aku sudah mengagetkanmu.", Eddy tertawa melihat Eka terjatuh dari kursinya..
"Ya tidak apa-apa. Lagipula bagaimana kau bisa tahu aku ada disini?"
Eddy berjalan menghampiri Eka, " Aku tadi pulang dari Synergi mau menuju rumah untuk makan siang. Kebetulan aku lewat sini, dan melihat motormu didepan. Jadi ya aku memeriksa kedalam dan mencarimu. Ternyata kau ada disini."
"Oh begitu. Ya, tadi aku dalam perjalanan mengantar surat, namun diperjalanan hujan, dan aku lupa membawa jas hujan." Eka terlihat menyapu air mata di pipinya.

Eddy memergokinya, "Lah? Kamu nangis? Kenapa kau menangis?"
"Ah tidak apa-apa, hanya kelilipan debu." Eddy mengenal Eka semenjak bergabung menjadi Protonger, dan Eka bukan tipe orang yang pandai berbohong, "Ayolah, tidak usah berbohong, katakan padaku, apa yang terjadi?" Eddy tersenyum ke arah Eka.
"Baiklah, aku baru saja merenung mengenang almarhum Mamaku." Eddy terkejut mendengar pengakuan Eka, "Mengenang almarhum Mamamu? Jadi ini rumah..."
"Ya, ini rumah masa kecilku dulu." Eddy melihat ke sekeliling ruangan, " Ya, ampun! Benarkah itu? Kebetulan bener!" Pandangan Eddy tertuju pada tempat tidur reyot di depan Eka, "Dan ini..adalah bekas tempat tidur Mamamu?" Eka mengangguk pelan. Terlihat lagi Eka mengusap air mata yang mengalir di atas pipinya.
Melihat adegan itu, membuat Eddy terenyuh. Dia meremas pundak Eka, "Be strong, buddy! Kau adalah kebanggaan Mamamu. Jangan kecewakan dia yang sudah berada di Surga." Eka menoleh Eddy, dan Eddy tampak tersenyum sekaligus mengangguk, "Kami semua akan selalu membantumu, dalam susah maupun senang. Kami adalah keluargamu."
Seakan bebannya hilang, karena memiliki teman sebaik dan sehebat Eddy, " Terima kasih, Ed! Kau memang sahabat sejatiku."
"Sama-sama, Ka. Kau juga sahabatku juga, kita semua Protonger Insider dan Outsider adalah sahabat sejati." Eka mengangguk, seakan meraih semangat yang sempat pudar.
Hujan diluar sudah terlihat reda. Sambil mengusap air matanya, Eka bangun dari kursi, " Kalau begitu, aku pergi dulu, tugasku masih banyak, aku harus mengantarkan surat-surat. Terima kasih sekali lagi ya, Ed!" Eka tersenyum lebar.
"Sama-sama, Ka." Eka keluar dari kamar tersebut diikuti oleh Eddy dibelakangnya. Setelah saling berpamitan mereka berdua bergegas meninggalkan rumah tersebut.

Adramlech sedang berada diruangan pribadinya. Depannya ada sebuah kristal putih yang berasal dari memori Eris, "Sekarang kita lihat, sumber kekuatan Protonger!" Adramlech mulai meneliti memori Eris, dan dia mulai memejamkan matanya. Adramlech menyentuh bola kristal, dan bola kristal pun berpendar terang.
Ketika Adramlech membuka matanya, dia sudah berada dalam memory Eris. Adramlech mendapati dirinya di sebuah tempat yang sangat asing baginya. Sebuah taman tampaknya, bunga-bunga terlihat sedang bermekaran. Adramlech menyusuri jalan setapak sampai dia berdiri diatas bukit dengan padang rumput berwarna putih. Adramlech melemparkan pandangan ke segala arah, "Dimana ini?" Dari atas bukit, sejauh mata memandang hanya ada hamparan padang rumput berwarna putih, "Apakah ini...planet Eris?" Adramlech kembali berjalan menyusuri jalan ke arah Utara.
Saat berjalan cukup jauh, didepannya terlihat ada sebuah pohon besar. Pohon dengan daun berwarna putih dengan batang berwarna abu-abu.
Di bawah pohon tersebut, ada 2 orang yang sedang melakukan sesuatu. Adramlech penasaran dan menghampiri kedua orang tersebut.
Karena ini hanya memori, maka apa yang dilihat Adramlech hanyalah ilusi rekaman masa lalu Eris. Adramlech berdiri sangat dekat dengan kedua orang tersebut. Mereka sepasang pria dan wanita, terlihat sepertinya mereka guru dan murid yang sedang berlatih bela diri..
Saat Adramlech memperhatikan sosok wanita itu, dia terkejut. Sosok itu sangat dia kenali, “ Itu’kan…Eris?!” Adramlech terperanjat bukan kepalang.
Sosok itu adalah Eris yang dahulu sebelum dia membelot dari Planet Eris.
“Lalu, siapa orang yang bersamanya?”, selidik Adramlech. Dia memperhatikan pemuda yang sedang berlatih pedang. Umurnya terlihat lebih muda dari Eris beberapa tahun.

“Cukup, Io. Kau semakin menunjukkan kemajuanmu.” Pemuda yang dipanggil Io oleh Eris menghentikan ayunan pedangnya. Dia menyarungkan kembali pedangnya, “Guru Eris, aku sangat berterima kasih, guru sudah menjadi Guru yang mau bersabar membimbingku.” Io menunduk di depan Eris.
Eris tersenyum di hadapan Io, “Kau memang murid yang bisa diandalkan. Aku yakin, kau akan bisa mendapatkan kekuatan Dewa dan menggantikan Dewa di planet ini.” Io mendongakkan sedikit kepalanya, “Termasuk menggantikan diriku.”, lanjut Eris.
Io tampak terkejut, “ Tidak, Guru! Aku tidak ingin bertindak sejauh itu. Engkau tidak bisa tergantikan oleh siapa pun.” Io berdiri dan mundur beberapa langkah kebelakang.
“ Tidak, Io! Suatu saat harus ada yang menggantikanku.”
Io seperti tidak menerima perkataan Gurunya, “ Tidak! Aku tidak mau! Kau lebih pantas memimpin Planet ini, Guru.” Mendengar kenaifan Io, rupanya membuat Eris cukup emosi, “Cukup Io! Suka atau tidak, akan ada orang yang menggantikan diriku!”
“Tidak Guru! Walau aku harus membunuhmu.” Mendengar ucapan Io, membuat Eris menarik pedangnya, “Baiklah! Lawan aku Io!” Eris bergerak maju mengayunkan pedangnya. Dengan gerak reflek, Io sekejap menarik pedang miliknya, dan meladeni pertarungan adu pedang dengan Gurunya, “Guru! Apa yang kau lakukan??!!!” Eris tersenyum sinis, “ Ini adalah ujian, Io! Kalau kau bisa mengalahkanku, kau akan menjadi Dewa di Planet ini!”
“Apa?” mata Io terbelalak. Eris pun lebih intense menyerang Io dengan permainan pedangnya. Mau tidak mau, Io meladeni pertarungan dengan gurunya.

Adramlech yang memperhatikan  sungguh terkejut mendengarnya, “Jadi mereka adalah Guru dan Murid???” Adramlech memperhatikan pertarungan antara keduanya, “Eris tidak pernah menyebutkan kalau dia mempunyai murid.”
Io yang hanyalah seorang murid, tidak kuasa melawan guru yang sangat dia hormati. Terlihat Eris lebih bisa mendominasi pertarungan. Sebetulnya, Io bisa saja mengungguli pertarungan ini, namun dia tidak mau melukai Gurunya sendiri.
“Ada apa Io? Kau pasti bisa mengalahkanku! *heaaat!*” Eris melompat, dan menebaskan pedangnya. Io menghindari dengan berguling kesamping.
“Tidak, Guru! Aku tidak mau melukaimu!” Io berusaha menahan serangan pedang Eris.
Lama kelamaan, Io sudah tidak bisa menahan serangan Gurunya, dia pun akhirnya sekuat tenaga melawan Eris, “ Bagus, Io! Ini yang kuharapkan! Ayo! Kalahkan aku!!!”
“Heaaaatt!!!” Tak disangka, Io mengeluarkan jurus, yang membuat Eris sempat terpental kebelakang.

Io terperanjat dengan apa yang dia lakukan, “Oh tidak! Guru! Maafkan aku!” Io berlari ke arah gurunya yang terkapar di ujung sana. Namun saat dia berlari menghampiri Eris, sebuah keanehan terjadi. Disekeliling Eris, tampak ada aura berwarna merah. Bersamaan dengan itu, Eris berusaha bangkit.
Adramlech yang memperhatikan mereka, juga tidak kalah terkejut dibuatnya, “Apa itu?” Eris akhirnya bisa berdiri. Aura merah itu semakin kuat, dan menyebar semakin kuat. Aura tersebut membentuk sosok besar berwarna merah, “Guru? Apa…yang terjadi?” Io menatap erat sosok merah yang semakin membesar dan perlahan membentuk sosok mahluk. Mata kuningnya terlihat jelas.
“Makhluk apa itu?!?” seru Adramlech.
Eris menatap tajam ke arah Io, “Guru?” Io terlihat gentar.
Eris berjalan menghampiri Io. Langkahnya seakan berat. Permukaan yang dia injak, seakan amblas, melebihi ukuran kakinya. Hal tersebut semakin membuat Adramlech terperanjat, “Eris! Kekuatan apa yang kau sembunyikan?” Adramlech semakin tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depan matanya.

Tak lama, Eris menyerang dengan sekali sapuan tangan ke arah Io, “ Tunggu, Guru! Kendalikan dirimu!” Terlambat untuk itu, Eris menggunakan kekuatan nya dan membuat Io terpental ke belakang, “Aaaaghh~~!!!!” terlihat sesosok makhluk berkaki 4, yang menerkam Io. Makhluk besar berwarna merah.
Setelah melancarkan serangan tersebut, Eris tampak sadarkan diri. Dan dia merasa tidak menyadari tentang kejadian yang baru saja terjadi.
Eris melihat Io sudah terkapar tak sadarkan diri, “Oh tidak! Io!!!” Eris berlari menghampiri Io, “Io! Sadarlah, Io!!”
Dari belakang Adramlech, muncul sosok yang berlari menghampiri mereka, “Ya ampun! Eris!” sosok itu menghampiri Eris yang sedang memeluk Io.
Eris menatap sosok itu, “Maafkan aku, Hermes! Aku tidak sengaja melakukan hal ini!” Eris tampak panik dengan kondisi tersebut.
“Sudahlah, tidak apa-apa! Serahkan saja dia kepadaku.” Hermes mengambil Io dari pelukan Eris, dan membawanya  untuk segera diobati, “Aku akan mengobati dia, semoga tidak parah!” Eris tampak meneteskan airmatanya, “ Maafkan aku. Aku tidak sengaja…” ujar Eris dengan nada lirih.
“Sudah tidak apa-apa! Tenangkan saja dirimu, Eris.” Hermes pun beranjak meninggalkan Eris sendiri.
Adramlech yang memantau dari kejauhan seakan tidak percaya dengan yang dilihat oleh kedua matanya, “Tak kusangka…Eris, mempunyai kekuatan sebesar itu.” Seketika itu kejadian aneh menimpa Adramlech. Dia seperti tertarik oleh medan energi dari belakang, “Ada apa ini? Tidaaakkkk!!!!” Adramlech tertarik oleh energi itu, dan mendapati dirinya telah kembali ke ruang kerjanya.
Dia menatap ke seluruh ruangan,” Aku…kembali.” Lalu pandangannya, tertuju pada bola Kristal putih didepannya, “Eris..” Adramlech pun keluar dari ruangan pribadinya, dengan membawa bola kristal tersebut.

Saat berjalan menyusuri lorong, dia bertemu dengan Eris, “Adramlech! Apa yang kau lakukan kepadaku?” Adramlech menatap bola kristal yang dia pegang, dan kemudian menatap erat Eris, “Tidak apa-apa, aku akan mengirimkan Banshee!” Adramlech berjalan melewati Eris sambil mengembalikan bola tersebut kembali ke badan Eris.
Eris tampak tersentak saat bola itu masuk kembali ke badannya. Tatapannya seperti orang ling-lung, “ He? Apa yang terjadi?” Dia pun segera menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa. Adramlech sudah lebih dulu menghilang.
Di tikungan lorong, Adramlech bersandar di tembok, “Aku harus bisa menggali potensi Eris! Dia mempunyai kekuatan yang sangat besar, untuk bisa digunakan.” Disaat lamunannya itu, Banshee datang memergoki Adramlech, “Tuanku, dari tadi aku mencarimu” Banshee menunduk.
“Oh, baiklah! Segera tebar teror di Bumi! Bawa juga Demon Army!” perintah Adramlech kepada Banshee, “ Baik, tuanku! Laksanakan!” Banshee pun meninggalkan Adramlech.
Diluar Istana, kapal perang Kerajaan Anubis bergerak meninggalkan Istana menuju Bumi.

Di pusat kota,  Vebby dan Ambar sedang menikmati waktu sore mereka. Mereka berjalan menyusuri toko-toko yang ada di sebuah pusat perbelanjaan. Dibelakang mereka, tampak TJ, dan  Victor yang kesusahan membawa kantung belanjaan. Tampaknya Vebby dan Ambar habis berbelanja banyak baju, dan aksesoris wanita. Maklum wanita tidak bisa menghentikan hasrat untuk berbelanja. "Duh, tau gini aku gak mau ikut tadi", keluh Victor. "Iya, kita jadi tukang angkat barang", TJ menimpali.
Mereka berhenti di sebuah toko yang menjual perhiasan perak, “Hei lihat, lucu ya perhiasannnya.”, jerit Ambar ke Vebby sambil menunjuk ke sebuah kalung perak berbentuk kepada singa.
“Iya, kita lihat kedalam yuk! Hei kalian ayo masuk.”, ajak Vebby kepada ke-2 cowo-cowo yang sudah kelihatan kecapekan membawa barang belanjaan mereka.
“Haduuh, kalian ini mau belanja apa lagi sih? Kalian ngga cape ya?” keluh Victor sambil bersusah payah membawa kantung belanjaan yang hampir jatuh dari gendongannya.
“Iya nih! Aku sudah lapar nih! Bagaimana kalau kita makan dulu, ya?” TJ juga tidak kalah mengeluh, “Iya bener!” Victor menimpali.
“Ah! Kalian ini bawel bener, ya! Ayo masuk dulu, abis ini baru kita makan!” Ambar menarik jaket TJ, dan mereka berempat masuk kedalam toko tersebut.

Tak jauh dari toko tersebut, ada pasangan muda-mudi yang sedang berjalan berdua, sambil melihat ke dalam toko etalase, “Sayang.”, kata sang gadis, “Aku mau hiasan itu, belikan aku ya.” Karena mereka pasangan yang dimabuk asmara, sang pria pun mengiyakan permintaan pacarnya, "Baiklah, ayo kita lihat-lihat kedalam.”
Saat mereka akan masuk, tiba-tiba dari belakang mereka muncul Demon Banshee, “Sungguh manis sekali kalian berdua!” Pasangan tersebut kaget bukan main, “Mon..Monster!” Banshee pun berteriak di depan mereka. Dari dalam tubuh mereka keluar masing-masing sebuah bola kristal, Banshee pun mengambil bola-bola kristal yang merupakan memori indah milik mereka berdua, “Hahahaha! Permisiii... Aku akan mengambil ini dari kalian.. Hahahah....” Banshee pun terbang meninggalkan pasangan muda-mudi tersebut yang tekapar, dengan tatapan kosong akibat memori mereka diambil oleh Banshee.
Banshee yang terbang kearah kerumunan pengunjung pusat perbelanjaan itu, membuat panik para pengunjung. Para pengunjung pun seketika berhamburan menyelamatkan diri.
Banshee terbang ke salah satu pengunjung. Seorang wanita muda yang berkacamata dan berambut pendek menjadi korban Banshee, “ Aku akan mengambil memori milikmu!” Banshee pun berteriak, dan bola kristal keluar dari tubuh wanita itu. Banshee terbang kembali meninggalkan wanita tersebut yang tatapannya kosong, “Hahahaha! Jangan lari kalian! Aku akan mengambil memory indah kalian!”

Saat sedang terbang melintasi orang-orang yang panik menyelamatkan diri, dia tidak menyadari dari arah atas, tepatnya jembatan penghubung ada 5 orang yang bejejer sambil mengacungkan pistol berwarna merah. Mereka kemudian dengan membabi buta menembakkan pistol ke arah Banshee. Banshee pun terjatuh, “Kurang ajar! Siapa kalian!?!”
“Hai, Demon! Ketemu lagi kita! Hehehe…” tegur salah satu dari mereka.
“Kalian? Protonger!” Banshee langsung mengenali dari jaket yang mereka kenakan. Ya pemuda itu adalah Dodo, Dhony, Agung, Andri, dan Phiand.
“Siang-siang bikin teror di bumi, kalian ini gak ada kerjaan lain ya?” ledek Dodo kemudian. Mereka melompat dari atas jembatan penhubung Mall dan mendarat didepan Banshee berdiri.
“Mau apa kalian?! Kalian tak’kan bisa menghalangi rencana kami! Demon!” Dari arah kiri dan kanan Banshee muncul para Demon Army, “Serang mereka!”
“Bersiaplah teman!” seru Dodo. Mereka mengacungkan Galaxy Brace.
“Sudah lama aku tidak berolah raga seperti ini! Aku bersemangat!! Semuanya, saatnya berubah!” perintah Phiand, “Baik!”
“Planet..” seru Dodo, Dhony, Agung
“Galaxy…” seru Andri dan Phiand
“CHANGE!!!” teriak mereka serempak. Soul dari beast pun menyelimuti tubuh mereka. Saat transformasi selesai, Protonger mengeluarkan Galaxy Blade, “Menyerah bukanlah pilihan, semuanya, ayo!!” Gold Sun memberikan perintah kepada Protonger yang lain, dan mereka maju menghadapi Demon Army.
“Jangan harap kalian bisa menghalangi rencanaku!” Banshee terbang menuju sekumpulan pengunjung yang berusaha menyelamatkan diri untuk menghisap memory mereka. Para pengunjung pun menjerit ketakutan.

Saat Banshee akan terbang ke arah para pengunjung, tiba-tiba Banshee mendapat tendangan keras dari arah samping kiri. Banshee pun lagi-lagi terpental dibuatnya, “Aduuuuhh!! Kurang ajar! Siapa lagi itu!?!”, jerit Banshee kesal sambil berusaha bangkit.
Tampak Eddy yang berdiri disamping, dan langsung menghajar Demon Army yang menyerang dirinya, “Rupanya Protonger yang lain muncul!”
“Tidak hanya satu!” sebuah pukulan melayang di wajah Banshee. Ternyata TJ dan ketiga Protonger yang tadi muncul juga disitu. “Kalian lagi!” teriak Banshee kesal.
Eddy menghampiri TJ, Ambar, Vebby, dan Victor, “Kalian siap?” Dari arah belakang datang Protonger yang lain, yaitu Eka, “ Maaf aku terlambat!”
“Tidak apa-apa! Baiklah, saatnya berubah!” Eddy memberi perintah kemudian, “Siap!” balas mereka serempak.
“ Galaxy..”
“Planet.. CHANGE!” Mereka pun berubah, dan  langsung menyerang Banshee.
“Kalian beraninya keroyokan! Demon! Maju!” Demon Army kembali muncul  dan melawan mereka. Pertarungan antara Protonger dan Demon pun pecah di tempat tersebut.

Tanpa diduga, Yellow Moon maju menyerang Banshee menggunakan Unicorn Rod, “Kalian memang serangga pengganggu, Demon! Ksatria Planet Eris tidak akan kalah melawan kalian!” ujar Yellow Moon kesal.
Saat menghindari ayunan Unicorn Rod, Banshee yang menggunakan radar memory di kedua matanya, melihat potensi bola kristal memori dalam diri Yellow Moon, “ Sungguh menarik si kuning ini!” Pikirnya dalam hati. Banshee membalikkan keadaan. Dia  menjatuhkan Unicorn Rod, dan langsung menyekap kedua tangan Yellow Moon.
Yellow Moon kaget saat keadaan berbalik, “Apa? Tunggu!!” teriak Yellow Moon panik.
Banshee segera mendekatkan wajahnya ke arah Yellow Moon, “Saatnya kuambil memori mu, Yellow!” Muka nya sedikit menyeramkan saat dia ingin meneriakkan energinya di depan wajah Yellow Moon.
“Huaaa!! Setaaaannn…!!! Tidaaakkk!!!” Red Mars yang kebetulan berada agak jauh di belakang Yellow Moon, melihatnya, “Oh tidak, Yellow!!” teriak Red Mars kemudian.
Banshee pun berteriak, dan dari dalam tubuh Yellow Moon, keluar bola kristal memori miliknya.
“Hahahahaha!! Aku akan mengambil ini! Sana kau!!” Banshee menendang keras Yellow Moon, sehingga dia terpental kebelakang.

Yellow Moon pun tumbang ke belakang. Silver Earth dan Pink Venus melihat Yellow Moon terkapar, “ Yellow!!!!” teriak keduanya. Mereka pun menghampiri Yellow.
Saat ingin menghampiri Yellow, Demon Army menghalangi dari arah depan. Dengan sigap, Silver Earth menembakkan Galaxy GunBlade ke arah salah satu dari mereka di bagian kiri, dan Pink Venus yang berada di depan Silver Earth, langsung menunduk sambil menebaskan di bagian kanan.
“Yellow! Bertahanlah, Yellow!!!!” pekik Pink Venus sambil berusaha menyadarkan Yellow Moon yang berada di dekapannya. Demon Army tak hentinya menghalangi keduanya. Silver Earth siaga dengan Galaxy Blade nya menebas mereka yang datang.
Dibalik visor helmnya, tatapan Eka kosong sesaat. Memori indahnya kini berada di tangan Banshee, “Yellow! Sadarlah! Yellow!” teriak Venus lagi. Kemudian Yellow Moon pun menunjukkan kesadarannya, Yellow Moon berusaha bangkit, namun kesadarannya belum sepenuhnya kembali. “Syukurlah, kau tidak apa-apa.”

Red Mars mencium ada sesuatu yang tidak beres. Pandangannya tertuju kepada bola kristal yang ada di dalam genggaman Banshee.

“Ayo teman!” ujar Silver Earth kepada Yellow Moon yang sudah mulai menguasai keadaan, “Pekerjaan kita belum usai.” Silver Earth lalu mengeluarkan Griffon Blade.
Yellow Moon melihat ke arah sekelilingnya. Protonger masih mati-matian menghadapi Demon Army.
Melihat pemandangan tersebut, membuat Yellow Moon tampak takut dan gentar, “Tidak! Kita tidak mungkin menang melawan mereka!” ujar Yellow Moon sambil menutup kedua kupingnya.
Pink Venus terkejut melihat Yellow Moon, “Yellow?”
“Hei, Yellow! Kau tidak boleh gentar! Kita harus melawan mereka sampai habis!” Silver menarik lengan Yellow Moon, yang langsung ditepis olehnya, “ Tidak!! Aku tidak sanggup!” Yellow Moon berdiri, berbalik dan berlari, “ Hei Yellow tunggu! Mau kemana kau?!” teriak Silver Earth.
“Hahahaha..dasar lemah! Dengan ini, dia tidak bisa berbuat apa-apa!” Banshee mengangkat tinggi-tinggi memori milik Yellow Moon.
“Itu pasti yang membuat Yellow Moon seperti itu!” pikir Red Mars. Dia pun maju menyerang Banshee.
Banshee sangat terkejut saat Red Mars maju menyerang dirinya, “ Kembalikan itu, Demon!”
“Kalau kau ingin ini, ambil lah sendiri!” setelah berhasil lolos dari serangan Red Mars, Banshee pun terbang ke angkasa.

Melihat Banshee terbang, Gold Sun langsung membantu Red Mars, “ Mencoba kabur ya? Tak’kan kubiarkan! *heeeaaattt!!*” Gold Sun melompat tinggi mengikuti Banshee.
Saat berada dekat dengan Banshee, Gold Sun menebaskan Garuda Katana nya yang disudah dialiri dengan Elemen Magic Light, milik Gold Sun, “ SPARK....CAULDRON!!” Banshee pun tumbang mendapat serangan itu.
Saat terkapar, bola kristal memori Yellow Moon, terlepas dari genggaman Banshee. Gold Sun meraihnya, “ Mars! Ini tangkap!” Gold Sun melemparnya kepada Red Mars.
“Terima kasih, Gold!” Red Mars menangkap bola yang kristal itu. Pandangannya tertuju ke arah Yellow Moon yang masih melarikan diri, “ Yellow Moon tunggu!” Red Mars berlari mencegah Yellow Moon.
“Tidak Red Mars, aku tidak berani!” Mendengar ucapan Yellow Moon, dia menjadi teringat cerita masa kecil Eka dulu, “Tidak Yellow Moon, tunggu!” Yellow Moon tidak menghiraukan panggilan Red Mars.
“Eka tunggu!” Red Mars tidak sengaja memanggil dengan nama asli, “Red!” ujar Jupiter.

Saat genting begini, Red Mars melakukan tindakan terakhir, “ EKA TUNGGU!! KAU INI LAKI-LAKI! JANGAN JADI PENGECUT!!” Red Mars berteriak lantang. Yellow Moon menghentikan langkahnya. Walaupun memorinya sudah diambil, namun dia masih bisa merasakan memori dahulu saat dia kecil, “Mama…”
“Kembali kesini! Kau ini laki-laki! Hadapi dengan jantan!” Red Mars masih berusaha membangkitkan keberanian Yellow Moon. Protonger yang lain pun terpana dengan apa yang di lakukan Red Mars.
Yellow Moon pun membalikkan tubuhnya. Dilihatnya Red Mars di depannya, menggenggam bola kristal di tangan kirinya, dan Galaxy Blade di tangan kanannya.
“Kau ini kebanggaan almarhum Mamamu! Jangan membuat dia kecewa!” Red Mars kemudian melempar bola itu keatas, dan dengan Galaxy Blade sebagai pemukul, dia ingin mengembalikan bola kristal memori itu kembali ke tubuh Yellow Moon, “ Semangat, Yellow Moon!!!” saat bola kristal jatuh, langsung Red Mars memukul dan bola kristal melayang cepat kearah Yellow Moon.
Bola kristal itu melayang cepat diikuti oleh bola api dibelakangnya, efek dari energy dari Red Mars.
Yellow Moon langsung tersentak saat bola itu masuk kedalam tubuhnya. Seperti orang ling-lung, dia melihat kearah teman-temannya, “Semuanya...”, ujarnya pelan. Gold Sun langsung mengacungkan jempolnya, “Selamat datang kembali kawan!” balas Gold Sun.
“Yellow Moon!” panggil yang lain.

“Eka! Apakah kau ingat kau ini siapa?”, tanya Red Mars semangat.
“Ya..aku Yellow Moon..” jawabnya pelan.
“Aku tidak mendengar! Siapa kau ini Eka?!?!”, teriak Red Mars. Seakan mendapat energi dan keberanian Yellow Moon kembali ke sedia kala, “Aku…aku adalah Yellow Moon!”, seru Yellow Moon sambil menggenggam Unicorn Rodnya. Yellow Moon melesat terbang kearah Banshee yang masih sempoyongan akibat menerima serangan Gold Sun.
Beberapa tebasan membuat Banshee cukup kewalahan.
“Ingatlah ini Demon!” Yellow Moon menebas ke arah kiri, “ Selama ada kami, kalian tidak akan bisa menguasai planet indah ini!” kemudian ditutup dengan tebasan kearah kanan, “ Karena aku..tidak..karena kami adalah Ksatria dari Planet Eris yang diutus untuk menjaga Bumi ini!”, seru Yellow Moon.
Tiba-tiba saja, dia melihat bayangan ibunya di depan Banshee, “Eka..kau adalah kebanggaan Mama.” Yellow Moon terkejut bukan kepalang, “Mama?”
“Jadilah pria pemberani…untuk bisa melindungi keluarga serta planet ini.” Bayangan Ibu Eka tersenyum kepadanya.
“Ma..” tanpa disadari, dari dalam helmnya, Eka meneteskan airmata, “Aku akan menjadi pria pemberani, dan menjadi kebanggaan Mama!” Ibu Eka terlihat mengangguk.
“Semuanya! Kita habisi perempuan Demon ini!”, teriak Yellow Moon kepada Protonger yang lain.
“Itu baru Yellow Moon yang aku kenal!” balas Blue Mercury. Protonger bersama bejejer membentuk barisan.
“Outsider!” seru Yellow Moon, “ Gunakan serangan berurutan, gunakan senjata kalian.”
“Baik!” jawab Outsider serempak.
“Dan Red Mars, kita gunakan Dragon Cannon!” Red Mars mengangguk mantap. “Baiklah semua, kalian dengar’kan?” Outsider semuanya mengangguk.
“Insider! Summon Dragon Cannon!” Dragon Cannon pun muncul dari atas, dan Insider langsung mengambil posisi sambil menahan Dragon Cannon.
“Silver, aku butuh kekuatanmu!” pinta Yellow Moon.
“Siap!” balas Silver mantap. Silver dan Yellow kemudian menyalurkan energi ke dalam Dragon Cannon,
"Moon Earth!"
"Earth Gravity!" Energi disalurkan ke Dragon Cannon, dan terdengar suara  dari canon " Yellow Earth, Silver Gravity."

“Semuanya! Bersiaplah!” teriak Gold Sun memberi aba-aba. Outsider sudah bersiap dengan Garuda Katana, Peacock Scythe, Dolphin Trident, Schylla Spear, dan Cygnus Axe.
Kemudian setelah mengaliri dengan elemen masing-masing, Outsider maju menebaskan senjata mereka kearah Banshee satu persatu.
“Tidak!!!”, jerit Banshee. Saat Outsider minggir, Dragon Cannon seketika menebakkan energi kearah Banshee, “ HYPER QUAKE!!!” teriak Insider bersama. Bola energy Hyper Quake pun menghantam tubuh Banshee, dan membuatnya meledak  berkeping-keping. Bola kristal yang sudah dikumpulkan pun terbang kembali ke pemiliknya.
Dugaan Protonger kala itu sudah pasti terjawab, dari arah atas gedung ada sebuah sinar putih kehijauan yang menhujam mayat Banshee. Seketika itu juga Banshee berubah menjadi raksasa, “Habis riwayat kalian, Protonger!” amuk Banshee lalu dia menghancurkan gedung menggunakan suara kerasnya.
“Summon All Beast Guardian!” Red Mars memanggil para Beast. Tak butuh lama, para Beast pun datang dan langsung menyerbu Banshee.

“1 lawan 11 tidak adil, semuanya, Galaxy Combine!” perintah Red Mars.
“Outsider, Planet Combine!” Gold Sun juga turut memberikan perintah. Dan ke-11 beast itu menggabungkan diri sesuai dengan timnya masing-masing. ProtonKing dan Space Commander pun muncul, dan langsung menghajar Banshee tanpa ampun. Namun Banshee masih bisa mengimbangi perlawanan dari ProtonKing dan Space Commander, sehingga keadaan berbalik.
Yellow Moon datang dengan sebuah ide baru, “ Outsider! Aku punya ide.” Seru Yellow Moon.
“Apa itu, Yellow Moon?”, tanya Gold Sun penasaran.
“Lepaskan Cygnus, dan gabungkan dengan Unicorn, aku rasa kekuatannya akan lebih luar biasa.” Jelas Yellow Moon kemudian.
Gold Sun mengangguk, “ Patut dicoba! Uranus, lepaskan Cygnus, dan gabungkan dengan Unicorn.”
“ siap!” balas Uranus, “ Yellow Moon, bersiaplah!” kemudian Space Commander melepaskan Cygnus, dan begitu juga ProtonKing melepaskan Unicorn. Kini Unicorn menggabungkan diri dengan Space Commander.

Kini terlihat Space Commander dengan tangan kanan menggunakan Sword Unicorn, dan Yellow Moon berpindah kokpit di Space Commander “Space Commander Sword!” teriak mereka bersama.
Tanpa banyak omong, Banshee pun melancarkan serangan balasan. Awalnya Space Commander sempat kewalahan dibuatnya. Namun akhirnya mereka bisa menguasai keadaan.
Space Commander menebas menggunakan Peacock Fanblade, dan kemudian ditutup oleh tebasan Unicorn Sword.
“Semuanya, kita habisi dia!” Aliran energi dari arah dada Space Commander yang berasal dari Dolphin, memusat di tengah. Kemudian energy tersebut terbang setelah diayunkan menggunakan Peacock Fanblade, lalu kemudian merangsek ke tubuh Banshee membuat dia tidak bisa bergerak. Space Commander langsung menebasnya menggunakan Unicorn Sword, “Victory Judgement Break!!!!” Banshee pun seketika itu langsung meledak, “Tidaaaakkk!!!!” Space Commander langsung melakukan pose kemenangan.

            Sore harinya, Eka berjalan menyusuri bukit padang rumput. Di tangannya membawa seikat bunga mawar kuning. Langkahnya terhenti di sebuah nisan. Eka merendahkan badannya, dan menaruh rangkaian bunga mawar kuning yang dibawanya, “Ma, ini aku datang menengokmu.” Eka mengusap nisan makam ibunya, “Tak terasa sudah beberapa tahun kita berpisah. Aku harap Mama tenang disana. Mama sudah sembuh sekarang, tidak perlu sakit lagi”
Eka mengeluarkan kalung dari balik kaosnya, dan melepaskan kalung tersebut, “Kalung ini sudah setia menemaniku, dan berkat ini, aku menjadi seseorang yang pemberani seperti yang kau inginkan, Ma.” Tak terasa airmata mengalir di pipinya.
Eka kemudian menaruh kalung tersebut di atas nisan makam ibunya, “ Selamat ulang tahun Ma, aku selalu menyayangimu.” Eka mengecup tangannya, dan menempelkannya di nisan makam Ibunya.
Dia pun bersiap untuk pulang. Saat berbalik, dia menemukan teman-temannya berdiri di belakangnya. Dodo seperti biasa dia mengacungkan jempol. Seketika sedihnya hilang saat melihat keberadaan temannya, lalu dia menghapus air matanya, dan berlari menghampiri teman-temannya.
Protonger yang lain pun langsung mengerubungi Eka. Kemudian mereka pun beranjak pulang.

Jadilah anak pemberani dan menjadi kebanggaan Ibumu, Yellow Moon…

Maju terus Galaxy Forces Protonger!

-bersambung-

*this story, dedicated to our warrior Eka Prasetya. We are really love you, brother.  – from Protonger-


No comments:

Post a Comment