Pagi hari di rumah dr.Eddy, masih terlihat
sepi belum ada aktifitas di rumah tersebut, semuanya masih terbuai mimpi.
Kecuali dari arah belakang rumah. Terdengar suara
berisik. Suara orang yang sedang latihan dengan target sasaran.
Phiand, terlihat sedang berlatih dengan target sasaran
yang biasa dia pakai untuk latihan.
Luka-luka dan cedera yang dialaminya dari pertempuran
sebelumnya sudah mulai membaik, Phiand sudah bisa bergerak bebas, dan bisa
kembali bertarung bersama para Protonger.
Target sasaran terlihat sedikit remuk di
sana-sini. Ini akibat pukulan keras yang dilayangkan oleh Phiand. Sepertinya
kesehatan Phiand sudah kembali pulih.
Dari dalam rumah, terlihat seseorang keluar dan
memergoki Phiand yang sedang berlatih. Orang itu berjalan agak sempoyongan,
terlihat dia masih setengah sadar karena baru saja bangun tidur.
"Hei, pagi-pagi udah mukul2 target." Orang
itu buka suara menyapa Phiand.
Phiand menghentikan latihannya, "Eh, kamu toh?
Sudah bangun, tumben, Ka?" Lalu Phiand menyadari sesuatu, "Ah, pasti
karena aku sudah membuat suara berisik ya? Maaf ya aku sudah
membangunkanmu." Phiand meminta maaf kepada Eka.
" Ah, tidak apa-apa! Bukan karena itu
juga aku jadi bangun. Memang aku lagi bisa bangun pagi aja." Eka nyengir
lebar. Kemudian Phiand menghampiri Eka, dan duduk disebelahnya. Dibukanya
plester yang membungkus tangannya, "Bagaimana lukamu? Sudah sembuh?",
tanya Eka.
"Yah lumayan! Aku sudah bisa bergerak bebas. Kini
aku bisa bergabung dengan kalian, dan Protonger bisa bertarung full team!
Hehe."
" Hebat! Tidak terbayangkan kita akan semakin
kuat, kalau kau bisa bergabung kembali dengan kita." Eka menguap lebar,
membuat Phiand menengok ke arah leher Eka. Ada sebuah kalung dengan bandul
Unicorn berwarna perak, "Kalungmu bagus, baru lihat kamu pake kalung itu?",
tanya Phiand heran.
"Oh, ini?" Eka membuka kalung itu dan
mengangkatnya tinggi," Ini kalung pemberian almarhum Mamaku. Bentuknya
Unicorn. Dulu mama sangat menyukai Unicorn, mama menganggap Unicorn adalah
hewan mulia. Unicorn bisa melindungi mimpi dan harapan kita, serta mendorong jauh
sifat jahat." Mata Eka menerawang ke arah kalung Unicorn yang dipegangnya.
Phiand menatap wajah Eka, ada setitik air
terbit di ujung matanya, "Pasti kalung itu sangat berharga sekali
untukmu." Eka menyadari Phiand menatap wajahnya, dan buru-buru menghapus
air mata yang muncul di ujung matanya, "Aduh, kenapa pagi-pagi jadi mellow
gini, heheheh.." Eka pun mengenakan kembali kalung tersebut, "Hahahaha.."
Tawa renyah pecah diantara keduanya.
"Ya sudah, bentar lagi yang lain akan bangun, aku
mau menyiapkan sarapan dulu.", kata Phiand kemudian, "Aku ikut! Biar
aku membantumu. Tapi lebih baik kau mandi saja dulu, nanti sarapan biar
urusanku!", timpal Eka.
"Baiklah kalo begitu" balas Phiand kemudian,
sambil menepuk pundak Eka, " Aku mandi dulu, ya."
" Sip bos!" Mereka berdua pun masuk ke dalam
rumah.
Di istana Anibis, Eris sedang berjalan
menyusuri lorong istana menuju ruang utama. Diperjalanan dia dikejutkan oleh
Adramlech yang berdiri di depannya, "Adramlech! Mau apa kau?", tanya
Eris matanya menatap erat Adramlech.
"Aku sudah mendengar tentang Pappilon yang kau
bebaskan tempo hari, dan aku sudah mengetahui hasilnya.", jawab Adramlech
dingin.
"Ya, itu memang aku yang membebaskan, seperti
biasa aku tidak mengerti mengapa dia masih juga bisa kalah dari Protonger!"
Eris menjelaskan. Adramlech masih berdiri di depan Eris, "Lalu mau apa kau
disini?" Eris memandang Adramlech curiga.
Adramlech tersenyum licik. Tanpa diduga, dari arah
depan Eris muncul sesosok Demon menyeramkan berteriak tepat di depan wajahnya.
Sesaat Eris terpaku, terdiam, tatapannya kosong, setelah monster tersebut
berteriak didepannya.
Demon itu lalu mengulurkan tangannya ke
hadapan Adramlech. Sebuah bola kristal putih bercahaya berada dalam telapak
tangan Demon itu, "Perkenalkan Eris, ini adalah Banshee. Demon yang baru
saja aku bangkitkan." Dalam keadaan masih belum sepenuhnya sadar, Eris
menoleh perlahan kearah Banshee yang berdiri di sampingnya, "Apa yang
dilakukan olehnya, adalah mengambil memory indahmu, karena kemampuan Banshee
adalah menghisap memori seseorang, terutama memori indah, dan meninggalkan
mangsanya kosong tanpa memori indah dalam ingatannya.", jelas Adramlech
kemudian. Eris dalam keadaannya yang kosong, cuma bisa terperanjat sambil
melihat kearah Adramlech.
"Tidak perlu terkejut Eris." Adramlech
tersenyum, "Aku hanya akan meneliti memorimu.", lanjutnya. Adramlech
berjalan meninggalkan Eris sendirian dengan diikuti oleh Demon Banshee di
belakangnya. Tak jauh berjalan, Adramlech membalikkan badan lagi, " Oh
iya, efek yang kau derita itu hanya sesaat, dan kau akan segera kembali ke
sedia kala.", jelas Adramlech lagi.
Eris berdiri kaku tidak bisa menggerakan anggota
badannya untuk sesaat. Apa yang sedang direncanakan oleh Adramlech saat ini,
pikirnya
Siang itu di kantor pos. Eka sedang sibuk
memasukkan beberapa surat dan dokumen ke dalam tas coklat besar. Hari ini dia
bertugas mengirimkan surat-surat.
Dhony yang bertindak sebagai Pimpinan di departement
Eka, datang menghampiri, Eka sedang sibuk merapikan tas besarnya, " Hari
ini kau yang bertugas ya?", tegur Dhony.
"Oh iya pak! Hari ini saya yang bertugas mengantar
surat.", jawab Eka ramah.
"Baiklah kalau begitu, hati-hati kamu
dijalan." Dhony memperhatikan sekelilingnya, "Beritahu kami, kalau
kau bertemu dengan Demon.", bisik Dhony pelan.
"Beres bos!" Eka melanjutkan kegiatannya,
dan Dhony pun beranjak meninggalkan Eka sendirian.
Dirasanya sudah siap, Eka meraih jaket yang dia taruh
di kursi kerjanya dan beranjak pergi keluar ruangan. Sesaat dia meraih kalung
yang dia kenakan. Eka memandang sejenak kalung Unicorn peraknya, "Ma,
doakan saya ya!" Eka mencium kalung tersebut, memasukan kembali kedalam
bajunya, dan beranjak keluar ruangan.
Di dalam perjalanan menuju tempat pertama,
tanpa diduga hujan turun dengan derasnya, "Yah hujan!", keluh Eka.
Kemudian Eka membelokkan motornya ke pinggir. Eka menepikan sepeda motornya
untuk berteduh sebentar. Dia berteduh di sebuah rumah besar yang terlihat sudah
kosong tidak berpenghuni, "Sepertinya hujannya akan berlangsung lama.
Deras pula, mana aku lupa membawa jas hujan.", katanya sambil menatap ke
langit.
Eka memperhatikan rumah yang ada dibelakangnya. Sebuah
rumah bergaya lama tahun 70an, sudah terlihat usang, karena lama tidak dihuni.
Seketika Eka menyadari sesuatu, "Lho? Rumah ini
kan..." Eka mencoba membuka pagar rumah tersebut. Pagar besar berwarna
hijau, "Hmm..tidak dikunci." Eka berusaha membuka pagar, "Jelas
saja, siapa yang mau mencuri di rumah kosong? Ada-ada saja aku ini." Eka
masuk ke dalam perkarangan rumah tersebut.
Eka berlari menyusuri garasi rumah yang
tidak beratap sambil menutupi dirinya dengan jaket yang dia kenakan menuju teras
rumah. Dia pun melongok kearah dalam rumah melalui jendela yang sudah terlihat
bolong tidak ada kacanya, " Gelap sekali. Jangan-jangan didalam
ada...hiii.." Sifat penakutnya Eka muncul. Tetapi akhirnya dia
memberanikan diri untuk masuk. Pintu depan juga tidak terkunci, terlihat
sedikit terbuka, "Permisi! Saya numpang masuk." Eka perlahan memasuki
ruang tamu rumah tersebut.
"Suasana ini, tidak pernah aku lupakan. Tak
kusangka, aku kembali ke rumah." Matanya menyapu keseluruh ruangan.
Ternyata rumah besar itu, adalah rumah dahulu
Eka tinggal semasa kecil. Eka dibesarkan dirumah ini. Dahulu, Eka kecil pernah
tinggal disini bersama Ibu, Ayah dan Kakeknya.
Eka adalah anak tunggal di keluarganya, dan merupakan
sosok anak ceria, rajin belajar, dan patuh terhadap orang tuanya. Namun ada 1
sifat yang tidak pernah bisa hilang dari diri Eka, yaitu penakut.
Dulu Eka sering diganggu oleh teman-teman sebayanya,
karena penakut dia sering kalah dengan sebayanya yang kerap menganggunya.
Sehingga tak jarang dia sering kali dipukuli, dan orang tuanya sering mendapati
Eka pulang ke rumah dengan wajah lebam.
Orang tuanya sering mengingatkan Eka, untuk lebih
berani, " Kamu ini laki-laki! Jangan jadi pengecut!" Kata-kata itu
yang selalu terngiang dikepalanya, dikala dia dimarahi oleh kedua orang tuanya.
Beberapa tahun silam, Ibu Eka mengidap sakit keras,
sehingga dokter memvonis hidupnya tidak bisa bertahan lama. Ayah Eka sudah lebih
dulu meninggal sehingga orang yang ia sayangi hanya tinggal Mamanya, hingga
membuat Eka berusaha merawat ibunya hingga akhir hayat tiba. Sang bunda, sempat
memberikan kenang-kenangan berupa kalung perak dengan bandul berbentuk kuda
Unicorn. Ibunya berpesan kepadanya, untuk menjadi anak yang kuat, dan tegar
menghadapi masalah di kemudian hari, dan juga sang bunda jugalah yang
memberikan cincin bertahtakan batu berwarna kuning, yang nanti kemudian menjadi
sumber kekuatan Yellow Moon.
Di suatu ketika, hari terberat Eka pun tiba. Sang
Ibunda tercinta dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Eka berusaha untuk tegar dan
tabah saat mengetahui sang bunda kembali kepada Sang Pencipta.
Sepeninggal Ibunya, Eka ikut bersama sang kakek untuk
tinggal di luar Jakarta. Karena sang Kakek, membuka usaha di sana. Sampai suatu
saat dia pun mendapatkan tawaran pekerjaan di Jakarta, ditempat Eka sekarang
bekerja.
Eka berjalan menyusuri ruang tamu kosong
dan kumuh. Seketika memory masa lalu nya muncul, di ruangan itu. Memory saat
dia pulang kerumah dalam keadaan babak-belur dan menangis di hadapan kedua
orang tuanya. Eka kecil menangis di pelukan sang Kakek, sedangkan orang tuanya
memarahinya karena sifat penakutnya yang tidak pernah bisa hilang. Saat itu
masih ingat terbayang ucapan sang Bunda yang selalu diucapkan ketika memarahi
dirinya, " Kamu ini laki-laki! Jangan jadi pengecut!" Eka kecil lebih
memilih di pelukan sang Kakek.
" Benar-benar rindu rasanya." Eka tersenyum,
tak terasa air matanya terbit disudut matanya. Nostalgia masa kecilnya,
menghapus rasa takut saat dia berusaha menginjakkan kaki kerumah ini.
Di luar hujan masih lebat, disertai dengan petir. Eka
beberapa saat sempat terkejut mendengar kerasnya suara petir tersebut. Eka
melangkahkan kaki lebih ke dalam.
Dia berbelok dan mendapati ruangan yang dulunya
merupakan kamar Ibunya. Disana masih terdapat tempat tidur tanpa kasur
diatasnya, dan seketika terlintas bayangan saat dulu Ibunya terbaring lemah
karena mengidap penyakit. Dia melihat
sang Bunda memberikan kalung Unicorn perak yang selama ini selalu dia pakai,
dan cincin Protonger. Eka memandang kalung yang dipakainya, " Aku
merindukanmu, Ma." Eka kembali mencium kalung tersebut.
Di luar rumah, terlihat sebuah mobil sedan
perak, melintas dan berhenti dirumah itu. Mobil itu berhenti saat melihat motor
Eka di luar, " Lho? Ini kan motornya Eka?", ujar sang pengemudi. Lalu
dia melihat ke arah rumah tersebut, "Apa yang sedang dia lakukan dirumah
ini? Sebaiknya aku memeriksa kedalam." Pengemudi tersebut mematikan mesin,
dan meraih payung yang terletak di kursi belakang. Dia keluar dari dalam mobil,
sambil membuka payung, dan masuk kedalam rumah tersebut.
Pria tersebut masuk kedalam setelah melewati pagar
yang terlihat terbuka, dan berjalan menyusuri garasi rumah menuju teras, "Permisi?
Ada orang disini? Eka?" Pria itu menaruh payungnya diluar, serta masuk
kedalam, "Permisi? Ada orang disini? Halo? Eka?"
Eka yang berada di bekas kamar Ibunya, tidak mendengar
panggilan tersebut, karena letaknya yang agak kedalam, dan tertutup oleh suara
hujan yang lebat.
Di dalam kamar tersebut, Eka menarik kursi
yang terletak di samping tempat tidur. Dibersihkan kursi kayu tanpa senderan
itu dari debu dan kemudian dia duduk. Eka merenung di depan bekas tempat tidur
orang tuanya. Dia ingin mengenang masa lalu, sambil menunggu hujan yang masih
lebat diluar.
"Ma, seandainya Mama masih ada. Aku hanya ingin
mengatakan terima kasih atas jasa Mama selama ini." Eka mulai berbicara
sendiri di depan tempat tidur reot, "Mama adalah seseorang yang sangat
berharga dalam hidupku. Aku sangat bersyukur bisa memiliki Mama, sehebat dan
sebaik diri Mama. Walau Mama sering memarahiku sewaktu kecil karena diriku yang
sangat penakut, tetapi aku yakin, Mama sangatlah menyayangi diriku." Mata
Eka menerawang jauh. Tanpa sadar, airmatanya jatuh membasahi pipinya, "
Saat Mama jatuh sakit, aku merasa tidak bisa memaafkan diriku. Aku merasa
menjadi beban Mama selama ini, dengan sifat penakutku ini. Aku ingin sekali
menjadi kebanggaan Mama, tetapi dengan sifatku ini, aku merasa tak
termaafkan." Airmata Eka mengalir semakin deras. Emosinya menjadi labil.
Dia berusaha menguasai kembali emosinya, "Saat ini,
aku sudah mempunyai banyak teman. Mereka sangat menyayangiku. Mereka sangat
membantuku disegala suasana. Mereka adalah teman-teman yang sangat hebat. Jika Mama
masih ada, ingin rasanya aku memperkenalkan mereka kepadamu, Ma."
" Eka? Sedang apa kau disini?"
Pria tadi memergoki Eka sendirian di kamar, dan Eka terkejut bukan kepalang,
sehingga dia terhempas hingga terjatuh.
"Eddy? Haduuhh aku kira siapa! Kau
mengejutkanku!" Eka berdiri dari mengambil membetulkan kursinya yang
terbalik.
"Hahahah.... Maafkan aku sudah mengagetkanmu.", Eddy tertawa
melihat Eka terjatuh dari kursinya..
"Ya tidak apa-apa. Lagipula bagaimana
kau bisa tahu aku ada disini?"
Eddy berjalan menghampiri Eka, " Aku tadi pulang
dari Synergi mau menuju rumah untuk makan siang. Kebetulan aku lewat sini, dan
melihat motormu didepan. Jadi ya aku memeriksa kedalam dan mencarimu. Ternyata
kau ada disini."
"Oh begitu. Ya, tadi aku dalam perjalanan
mengantar surat, namun diperjalanan hujan, dan aku lupa membawa jas
hujan." Eka terlihat menyapu air mata di pipinya.
Eddy memergokinya, "Lah? Kamu nangis? Kenapa
kau menangis?"
"Ah tidak apa-apa, hanya kelilipan debu."
Eddy mengenal Eka semenjak bergabung menjadi Protonger, dan Eka bukan tipe
orang yang pandai berbohong, "Ayolah, tidak usah berbohong, katakan
padaku, apa yang terjadi?" Eddy tersenyum ke arah Eka.
"Baiklah, aku baru saja merenung mengenang
almarhum Mamaku." Eddy terkejut mendengar pengakuan Eka, "Mengenang
almarhum Mamamu? Jadi ini rumah..."
"Ya, ini rumah masa kecilku dulu." Eddy
melihat ke sekeliling ruangan, " Ya, ampun! Benarkah itu? Kebetulan bener!"
Pandangan Eddy tertuju pada tempat tidur reyot di depan Eka, "Dan
ini..adalah bekas tempat tidur Mamamu?" Eka mengangguk pelan. Terlihat
lagi Eka mengusap air mata yang mengalir di atas pipinya.
Melihat adegan itu, membuat Eddy terenyuh. Dia meremas
pundak Eka, "Be strong, buddy! Kau adalah kebanggaan Mamamu. Jangan
kecewakan dia yang sudah berada di Surga." Eka menoleh Eddy, dan Eddy
tampak tersenyum sekaligus mengangguk, "Kami semua akan selalu membantumu,
dalam susah maupun senang. Kami adalah keluargamu."
Seakan bebannya hilang, karena memiliki teman sebaik
dan sehebat Eddy, " Terima kasih, Ed! Kau memang sahabat sejatiku."
"Sama-sama, Ka. Kau juga sahabatku juga, kita
semua Protonger Insider dan Outsider adalah sahabat sejati." Eka
mengangguk, seakan meraih semangat yang sempat pudar.
Hujan diluar sudah terlihat reda. Sambil mengusap air matanya,
Eka bangun dari kursi, " Kalau begitu, aku pergi dulu, tugasku masih
banyak, aku harus mengantarkan surat-surat. Terima kasih sekali lagi ya,
Ed!" Eka tersenyum lebar.
"Sama-sama, Ka." Eka keluar dari kamar
tersebut diikuti oleh Eddy dibelakangnya. Setelah saling berpamitan mereka
berdua bergegas meninggalkan rumah tersebut.
Adramlech sedang berada diruangan
pribadinya. Depannya ada sebuah kristal putih yang berasal dari memori Eris,
"Sekarang kita lihat, sumber kekuatan Protonger!" Adramlech mulai
meneliti memori Eris, dan dia mulai memejamkan matanya. Adramlech menyentuh
bola kristal, dan bola kristal pun berpendar terang.
Ketika Adramlech membuka matanya, dia sudah berada
dalam memory Eris. Adramlech mendapati dirinya di sebuah tempat yang sangat
asing baginya. Sebuah taman tampaknya, bunga-bunga terlihat sedang bermekaran. Adramlech
menyusuri jalan setapak sampai dia berdiri diatas bukit dengan padang rumput
berwarna putih. Adramlech melemparkan pandangan ke segala arah, "Dimana
ini?" Dari atas bukit, sejauh mata memandang hanya ada hamparan padang
rumput berwarna putih, "Apakah ini...planet Eris?" Adramlech kembali
berjalan menyusuri jalan ke arah Utara.
Saat berjalan cukup jauh, didepannya terlihat ada
sebuah pohon besar. Pohon dengan daun berwarna putih dengan batang berwarna
abu-abu.
Di bawah pohon tersebut, ada 2 orang yang sedang melakukan
sesuatu. Adramlech penasaran dan menghampiri kedua orang tersebut.
Karena ini hanya memori, maka apa yang dilihat
Adramlech hanyalah ilusi rekaman masa lalu Eris. Adramlech berdiri sangat dekat
dengan kedua orang tersebut. Mereka sepasang pria dan wanita, terlihat sepertinya
mereka guru dan murid yang sedang berlatih bela diri..
Saat Adramlech memperhatikan sosok wanita itu, dia
terkejut. Sosok itu sangat dia kenali, “ Itu’kan…Eris?!” Adramlech terperanjat
bukan kepalang.
Sosok itu adalah Eris yang dahulu sebelum dia membelot
dari Planet Eris.
“Lalu, siapa orang yang bersamanya?”, selidik
Adramlech. Dia memperhatikan pemuda yang sedang berlatih pedang. Umurnya terlihat
lebih muda dari Eris beberapa tahun.
“Cukup, Io. Kau semakin menunjukkan
kemajuanmu.” Pemuda yang dipanggil Io oleh Eris menghentikan ayunan pedangnya.
Dia menyarungkan kembali pedangnya, “Guru Eris, aku sangat berterima kasih,
guru sudah menjadi Guru yang mau bersabar membimbingku.” Io menunduk di depan
Eris.
Eris tersenyum di hadapan Io, “Kau memang murid yang
bisa diandalkan. Aku yakin, kau akan bisa mendapatkan kekuatan Dewa dan
menggantikan Dewa di planet ini.” Io mendongakkan sedikit kepalanya, “Termasuk
menggantikan diriku.”, lanjut Eris.
Io tampak terkejut, “ Tidak, Guru! Aku tidak ingin
bertindak sejauh itu. Engkau tidak bisa tergantikan oleh siapa pun.” Io berdiri
dan mundur beberapa langkah kebelakang.
“ Tidak, Io! Suatu saat harus ada yang menggantikanku.”
Io seperti tidak menerima perkataan Gurunya, “ Tidak!
Aku tidak mau! Kau lebih pantas memimpin Planet ini, Guru.” Mendengar kenaifan
Io, rupanya membuat Eris cukup emosi, “Cukup Io! Suka atau tidak, akan ada
orang yang menggantikan diriku!”
“Tidak Guru! Walau aku harus membunuhmu.” Mendengar
ucapan Io, membuat Eris menarik pedangnya, “Baiklah! Lawan aku Io!” Eris
bergerak maju mengayunkan pedangnya. Dengan gerak reflek, Io sekejap menarik
pedang miliknya, dan meladeni pertarungan adu pedang dengan Gurunya, “Guru! Apa
yang kau lakukan??!!!” Eris tersenyum sinis, “ Ini adalah ujian, Io! Kalau kau
bisa mengalahkanku, kau akan menjadi Dewa di Planet ini!”
“Apa?” mata Io terbelalak. Eris pun lebih intense
menyerang Io dengan permainan pedangnya. Mau tidak mau, Io meladeni pertarungan
dengan gurunya.
Adramlech yang memperhatikan sungguh terkejut mendengarnya, “Jadi mereka
adalah Guru dan Murid???” Adramlech memperhatikan pertarungan antara keduanya,
“Eris tidak pernah menyebutkan kalau dia mempunyai murid.”
Io yang hanyalah seorang murid, tidak kuasa melawan
guru yang sangat dia hormati. Terlihat Eris lebih bisa mendominasi pertarungan.
Sebetulnya, Io bisa saja mengungguli pertarungan ini, namun dia tidak mau
melukai Gurunya sendiri.
“Ada apa Io? Kau pasti bisa mengalahkanku! *heaaat!*”
Eris melompat, dan menebaskan pedangnya. Io menghindari dengan berguling kesamping.
“Tidak, Guru! Aku tidak mau melukaimu!” Io berusaha
menahan serangan pedang Eris.
Lama kelamaan, Io sudah tidak bisa menahan serangan
Gurunya, dia pun akhirnya sekuat tenaga melawan Eris, “ Bagus, Io! Ini yang
kuharapkan! Ayo! Kalahkan aku!!!”
“Heaaaatt!!!” Tak disangka, Io mengeluarkan jurus,
yang membuat Eris sempat terpental kebelakang.
Io terperanjat dengan apa yang dia lakukan, “Oh tidak!
Guru! Maafkan aku!” Io berlari ke arah gurunya yang terkapar di ujung sana.
Namun saat dia berlari menghampiri Eris, sebuah keanehan terjadi. Disekeliling
Eris, tampak ada aura berwarna merah. Bersamaan dengan itu, Eris berusaha
bangkit.
Adramlech yang memperhatikan mereka, juga tidak kalah
terkejut dibuatnya, “Apa itu?” Eris akhirnya bisa berdiri. Aura merah itu
semakin kuat, dan menyebar semakin kuat. Aura tersebut membentuk sosok besar
berwarna merah, “Guru? Apa…yang terjadi?” Io menatap erat sosok merah yang
semakin membesar dan perlahan membentuk sosok mahluk. Mata kuningnya terlihat jelas.
“Makhluk apa itu?!?” seru Adramlech.
Eris menatap tajam ke arah Io, “Guru?” Io terlihat gentar.
Eris berjalan menghampiri Io. Langkahnya seakan berat.
Permukaan yang dia injak, seakan amblas, melebihi ukuran kakinya. Hal tersebut
semakin membuat Adramlech terperanjat, “Eris! Kekuatan apa yang kau
sembunyikan?” Adramlech semakin tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depan
matanya.
Tak lama, Eris menyerang dengan sekali
sapuan tangan ke arah Io, “ Tunggu, Guru! Kendalikan dirimu!” Terlambat untuk
itu, Eris menggunakan kekuatan nya dan membuat Io terpental ke belakang, “Aaaaghh~~!!!!”
terlihat sesosok makhluk berkaki 4, yang menerkam Io. Makhluk besar berwarna
merah.
Setelah melancarkan serangan tersebut, Eris tampak
sadarkan diri. Dan dia merasa tidak menyadari tentang kejadian yang baru saja
terjadi.
Eris melihat Io sudah terkapar tak sadarkan diri, “Oh
tidak! Io!!!” Eris berlari menghampiri Io, “Io! Sadarlah, Io!!”
Dari belakang Adramlech, muncul sosok yang berlari
menghampiri mereka, “Ya ampun! Eris!” sosok itu menghampiri Eris yang sedang
memeluk Io.
Eris menatap sosok itu, “Maafkan aku, Hermes! Aku
tidak sengaja melakukan hal ini!” Eris tampak panik dengan kondisi tersebut.
“Sudahlah, tidak apa-apa! Serahkan saja dia kepadaku.”
Hermes mengambil Io dari pelukan Eris, dan membawanya untuk segera diobati, “Aku akan mengobati dia,
semoga tidak parah!” Eris tampak meneteskan airmatanya, “ Maafkan aku. Aku
tidak sengaja…” ujar Eris dengan nada lirih.
“Sudah tidak apa-apa! Tenangkan saja dirimu, Eris.” Hermes pun beranjak meninggalkan Eris sendiri.
“Sudah tidak apa-apa! Tenangkan saja dirimu, Eris.” Hermes pun beranjak meninggalkan Eris sendiri.
Adramlech yang memantau dari kejauhan seakan tidak
percaya dengan yang dilihat oleh kedua matanya, “Tak kusangka…Eris, mempunyai
kekuatan sebesar itu.” Seketika itu kejadian aneh menimpa Adramlech. Dia
seperti tertarik oleh medan energi dari belakang, “Ada apa ini? Tidaaakkkk!!!!”
Adramlech tertarik oleh energi itu, dan mendapati dirinya telah kembali ke
ruang kerjanya.
Dia menatap ke seluruh ruangan,” Aku…kembali.” Lalu
pandangannya, tertuju pada bola Kristal putih didepannya, “Eris..” Adramlech
pun keluar dari ruangan pribadinya, dengan membawa bola kristal tersebut.
Saat berjalan menyusuri lorong, dia bertemu
dengan Eris, “Adramlech! Apa yang kau lakukan kepadaku?” Adramlech menatap bola
kristal yang dia pegang, dan kemudian menatap erat Eris, “Tidak apa-apa, aku
akan mengirimkan Banshee!” Adramlech berjalan melewati Eris sambil
mengembalikan bola tersebut kembali ke badan Eris.
Eris tampak tersentak saat bola itu masuk kembali ke
badannya. Tatapannya seperti orang ling-lung, “ He? Apa yang terjadi?” Dia pun
segera menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa. Adramlech sudah lebih dulu
menghilang.
Di tikungan lorong, Adramlech bersandar di tembok, “Aku
harus bisa menggali potensi Eris! Dia mempunyai kekuatan yang sangat besar,
untuk bisa digunakan.” Disaat lamunannya itu, Banshee datang memergoki
Adramlech, “Tuanku, dari tadi aku mencarimu” Banshee menunduk.
“Oh, baiklah! Segera tebar teror di Bumi! Bawa juga
Demon Army!” perintah Adramlech kepada Banshee, “ Baik, tuanku! Laksanakan!”
Banshee pun meninggalkan Adramlech.
Diluar Istana, kapal perang Kerajaan Anubis bergerak
meninggalkan Istana menuju Bumi.
Di pusat kota, Vebby dan Ambar sedang menikmati waktu sore
mereka. Mereka berjalan menyusuri toko-toko yang ada di sebuah pusat
perbelanjaan. Dibelakang mereka, tampak TJ, dan
Victor yang kesusahan membawa kantung belanjaan. Tampaknya Vebby dan
Ambar habis berbelanja banyak baju, dan aksesoris wanita. Maklum wanita tidak
bisa menghentikan hasrat untuk berbelanja. "Duh, tau gini aku gak mau ikut
tadi", keluh Victor. "Iya, kita jadi tukang angkat barang", TJ
menimpali.
Mereka berhenti di sebuah toko yang menjual perhiasan
perak, “Hei lihat, lucu ya perhiasannnya.”, jerit Ambar ke Vebby sambil
menunjuk ke sebuah kalung perak berbentuk kepada singa.
“Iya, kita lihat kedalam yuk! Hei kalian ayo masuk.”,
ajak Vebby kepada ke-2 cowo-cowo yang sudah kelihatan kecapekan membawa barang
belanjaan mereka.
“Haduuh, kalian ini mau belanja apa lagi sih? Kalian
ngga cape ya?” keluh Victor sambil bersusah payah membawa kantung belanjaan
yang hampir jatuh dari gendongannya.
“Iya nih! Aku sudah lapar nih! Bagaimana kalau kita
makan dulu, ya?” TJ juga tidak kalah mengeluh, “Iya bener!” Victor menimpali.
“Ah! Kalian ini bawel bener, ya! Ayo masuk dulu, abis ini baru kita makan!” Ambar menarik jaket TJ, dan mereka berempat masuk kedalam toko tersebut.
“Ah! Kalian ini bawel bener, ya! Ayo masuk dulu, abis ini baru kita makan!” Ambar menarik jaket TJ, dan mereka berempat masuk kedalam toko tersebut.
Tak jauh dari toko tersebut, ada pasangan
muda-mudi yang sedang berjalan berdua, sambil melihat ke dalam toko etalase, “Sayang.”,
kata sang gadis, “Aku mau hiasan itu, belikan aku ya.” Karena mereka pasangan
yang dimabuk asmara, sang pria pun mengiyakan permintaan pacarnya, "Baiklah,
ayo kita lihat-lihat kedalam.”
Saat mereka akan masuk, tiba-tiba dari belakang mereka
muncul Demon Banshee, “Sungguh manis sekali kalian berdua!” Pasangan tersebut
kaget bukan main, “Mon..Monster!” Banshee pun berteriak di depan mereka. Dari
dalam tubuh mereka keluar masing-masing sebuah bola kristal, Banshee pun
mengambil bola-bola kristal yang merupakan memori indah milik mereka berdua,
“Hahahaha! Permisiii... Aku akan mengambil ini dari kalian.. Hahahah....”
Banshee pun terbang meninggalkan pasangan muda-mudi tersebut yang tekapar,
dengan tatapan kosong akibat memori mereka diambil oleh Banshee.
Banshee yang terbang kearah kerumunan pengunjung pusat
perbelanjaan itu, membuat panik para pengunjung. Para pengunjung pun seketika
berhamburan menyelamatkan diri.
Banshee terbang ke salah satu pengunjung. Seorang
wanita muda yang berkacamata dan berambut pendek menjadi korban Banshee, “ Aku
akan mengambil memori milikmu!” Banshee pun berteriak, dan bola kristal keluar
dari tubuh wanita itu. Banshee terbang kembali meninggalkan wanita tersebut
yang tatapannya kosong, “Hahahaha! Jangan lari kalian! Aku akan mengambil
memory indah kalian!”
Saat sedang terbang melintasi orang-orang
yang panik menyelamatkan diri, dia tidak menyadari dari arah atas, tepatnya
jembatan penghubung ada 5 orang yang bejejer sambil mengacungkan pistol
berwarna merah. Mereka kemudian dengan membabi buta menembakkan pistol ke arah
Banshee. Banshee pun terjatuh, “Kurang ajar! Siapa kalian!?!”
“Hai, Demon! Ketemu lagi kita! Hehehe…” tegur salah
satu dari mereka.
“Kalian? Protonger!” Banshee langsung mengenali dari
jaket yang mereka kenakan. Ya pemuda itu adalah Dodo, Dhony, Agung, Andri, dan Phiand.
“Siang-siang bikin teror di bumi, kalian ini gak ada
kerjaan lain ya?” ledek Dodo kemudian. Mereka melompat dari atas jembatan
penhubung Mall dan mendarat didepan Banshee berdiri.
“Mau apa kalian?! Kalian tak’kan bisa menghalangi
rencana kami! Demon!” Dari arah kiri dan kanan Banshee muncul para Demon Army,
“Serang mereka!”
“Bersiaplah teman!” seru Dodo. Mereka mengacungkan
Galaxy Brace.
“Sudah lama aku tidak berolah raga seperti ini! Aku
bersemangat!! Semuanya, saatnya berubah!” perintah Phiand, “Baik!”
“Planet..” seru Dodo, Dhony, Agung
“Galaxy…” seru Andri dan Phiand
“CHANGE!!!” teriak mereka serempak. Soul dari beast
pun menyelimuti tubuh mereka. Saat transformasi selesai, Protonger mengeluarkan
Galaxy Blade, “Menyerah bukanlah pilihan, semuanya, ayo!!” Gold Sun memberikan
perintah kepada Protonger yang lain, dan mereka maju menghadapi Demon Army.
“Jangan harap kalian bisa menghalangi rencanaku!”
Banshee terbang menuju sekumpulan pengunjung yang berusaha menyelamatkan diri
untuk menghisap memory mereka. Para pengunjung pun menjerit ketakutan.
Saat Banshee akan terbang ke arah para
pengunjung, tiba-tiba Banshee mendapat tendangan keras dari arah samping kiri.
Banshee pun lagi-lagi terpental dibuatnya, “Aduuuuhh!! Kurang ajar! Siapa lagi
itu!?!”, jerit Banshee kesal sambil berusaha bangkit.
Tampak Eddy yang berdiri disamping, dan langsung
menghajar Demon Army yang menyerang dirinya, “Rupanya Protonger yang lain
muncul!”
“Tidak hanya satu!” sebuah pukulan melayang di wajah
Banshee. Ternyata TJ dan ketiga Protonger yang tadi muncul juga disitu. “Kalian
lagi!” teriak Banshee kesal.
Eddy menghampiri TJ, Ambar, Vebby, dan Victor, “Kalian
siap?” Dari arah belakang datang Protonger yang lain, yaitu Eka, “ Maaf aku
terlambat!”
“Tidak apa-apa! Baiklah, saatnya berubah!” Eddy
memberi perintah kemudian, “Siap!” balas mereka serempak.
“ Galaxy..”
“Planet.. CHANGE!” Mereka pun berubah, dan langsung menyerang Banshee.
“Kalian beraninya keroyokan! Demon! Maju!” Demon Army
kembali muncul dan melawan mereka.
Pertarungan antara Protonger dan Demon pun pecah di tempat tersebut.
Tanpa diduga, Yellow Moon maju menyerang
Banshee menggunakan Unicorn Rod, “Kalian memang serangga pengganggu, Demon!
Ksatria Planet Eris tidak akan kalah melawan kalian!” ujar Yellow Moon kesal.
Saat menghindari ayunan Unicorn Rod, Banshee yang
menggunakan radar memory di kedua matanya, melihat potensi bola kristal memori
dalam diri Yellow Moon, “ Sungguh menarik si kuning ini!” Pikirnya dalam hati.
Banshee membalikkan keadaan. Dia menjatuhkan Unicorn Rod, dan langsung menyekap
kedua tangan Yellow Moon.
Yellow Moon kaget saat keadaan berbalik, “Apa?
Tunggu!!” teriak Yellow Moon panik.
Banshee segera mendekatkan wajahnya ke arah Yellow
Moon, “Saatnya kuambil memori mu, Yellow!” Muka nya sedikit menyeramkan saat
dia ingin meneriakkan energinya di depan wajah Yellow Moon.
“Huaaa!! Setaaaannn…!!! Tidaaakkk!!!” Red Mars yang
kebetulan berada agak jauh di belakang Yellow Moon, melihatnya, “Oh tidak,
Yellow!!” teriak Red Mars kemudian.
Banshee pun berteriak, dan dari dalam tubuh Yellow
Moon, keluar bola kristal memori miliknya.
“Hahahahaha!! Aku akan mengambil ini! Sana kau!!”
Banshee menendang keras Yellow Moon, sehingga dia terpental kebelakang.
Yellow Moon pun tumbang ke belakang. Silver
Earth dan Pink Venus melihat Yellow Moon terkapar, “ Yellow!!!!” teriak
keduanya. Mereka pun menghampiri Yellow.
Saat ingin menghampiri Yellow, Demon Army menghalangi
dari arah depan. Dengan sigap, Silver Earth menembakkan Galaxy GunBlade ke arah
salah satu dari mereka di bagian kiri, dan Pink Venus yang berada di depan
Silver Earth, langsung menunduk sambil menebaskan di bagian kanan.
“Yellow! Bertahanlah, Yellow!!!!” pekik Pink Venus
sambil berusaha menyadarkan Yellow Moon yang berada di dekapannya. Demon Army
tak hentinya menghalangi keduanya. Silver Earth siaga dengan Galaxy Blade nya
menebas mereka yang datang.
Dibalik visor helmnya, tatapan Eka kosong sesaat.
Memori indahnya kini berada di tangan Banshee, “Yellow! Sadarlah! Yellow!”
teriak Venus lagi. Kemudian Yellow Moon pun menunjukkan kesadarannya, Yellow
Moon berusaha bangkit, namun kesadarannya belum sepenuhnya kembali. “Syukurlah,
kau tidak apa-apa.”
Red Mars mencium ada sesuatu yang tidak beres.
Pandangannya tertuju kepada bola kristal yang ada di dalam genggaman Banshee.
“Ayo teman!” ujar Silver Earth kepada
Yellow Moon yang sudah mulai menguasai keadaan, “Pekerjaan kita belum usai.”
Silver Earth lalu mengeluarkan Griffon Blade.
Yellow Moon melihat ke arah sekelilingnya. Protonger
masih mati-matian menghadapi Demon Army.
Melihat pemandangan tersebut, membuat Yellow Moon
tampak takut dan gentar, “Tidak! Kita tidak mungkin menang melawan mereka!”
ujar Yellow Moon sambil menutup kedua kupingnya.
Pink Venus terkejut melihat Yellow Moon, “Yellow?”
“Hei, Yellow! Kau tidak boleh gentar! Kita harus
melawan mereka sampai habis!” Silver menarik lengan Yellow Moon, yang langsung
ditepis olehnya, “ Tidak!! Aku tidak sanggup!” Yellow Moon berdiri, berbalik
dan berlari, “ Hei Yellow tunggu! Mau kemana kau?!” teriak Silver Earth.
“Hahahaha..dasar lemah! Dengan ini, dia tidak bisa
berbuat apa-apa!” Banshee mengangkat tinggi-tinggi memori milik Yellow Moon.
“Itu pasti yang membuat Yellow Moon seperti itu!”
pikir Red Mars. Dia pun maju menyerang Banshee.
Banshee sangat terkejut saat Red Mars maju menyerang
dirinya, “ Kembalikan itu, Demon!”
“Kalau kau ingin ini, ambil lah sendiri!” setelah
berhasil lolos dari serangan Red Mars, Banshee pun terbang ke angkasa.
Melihat Banshee terbang, Gold Sun langsung
membantu Red Mars, “ Mencoba kabur ya? Tak’kan kubiarkan! *heeeaaattt!!*” Gold
Sun melompat tinggi mengikuti Banshee.
Saat berada dekat dengan Banshee, Gold Sun menebaskan
Garuda Katana nya yang disudah dialiri dengan Elemen Magic Light, milik Gold
Sun, “ SPARK....CAULDRON!!” Banshee pun tumbang mendapat serangan itu.
Saat terkapar, bola kristal memori Yellow Moon,
terlepas dari genggaman Banshee. Gold Sun meraihnya, “ Mars! Ini tangkap!” Gold
Sun melemparnya kepada Red Mars.
“Terima kasih, Gold!” Red Mars menangkap bola yang kristal itu. Pandangannya tertuju ke arah Yellow Moon yang masih melarikan diri, “ Yellow Moon tunggu!” Red Mars berlari mencegah Yellow Moon.
“Terima kasih, Gold!” Red Mars menangkap bola yang kristal itu. Pandangannya tertuju ke arah Yellow Moon yang masih melarikan diri, “ Yellow Moon tunggu!” Red Mars berlari mencegah Yellow Moon.
“Tidak Red Mars, aku tidak berani!” Mendengar ucapan
Yellow Moon, dia menjadi teringat cerita masa kecil Eka dulu, “Tidak Yellow
Moon, tunggu!” Yellow Moon tidak menghiraukan panggilan Red Mars.
“Eka tunggu!” Red Mars tidak sengaja memanggil dengan
nama asli, “Red!” ujar Jupiter.
Saat genting begini, Red Mars melakukan
tindakan terakhir, “ EKA TUNGGU!! KAU INI LAKI-LAKI! JANGAN JADI PENGECUT!!”
Red Mars berteriak lantang. Yellow Moon menghentikan langkahnya. Walaupun
memorinya sudah diambil, namun dia masih bisa merasakan memori dahulu saat dia
kecil, “Mama…”
“Kembali kesini! Kau ini laki-laki! Hadapi dengan
jantan!” Red Mars masih berusaha membangkitkan keberanian Yellow Moon.
Protonger yang lain pun terpana dengan apa yang di lakukan Red Mars.
Yellow Moon pun membalikkan tubuhnya. Dilihatnya Red
Mars di depannya, menggenggam bola kristal di tangan kirinya, dan Galaxy Blade
di tangan kanannya.
“Kau ini kebanggaan almarhum Mamamu! Jangan membuat
dia kecewa!” Red Mars kemudian melempar bola itu keatas, dan dengan Galaxy
Blade sebagai pemukul, dia ingin mengembalikan bola kristal memori itu kembali
ke tubuh Yellow Moon, “ Semangat, Yellow Moon!!!” saat bola kristal jatuh,
langsung Red Mars memukul dan bola kristal melayang cepat kearah Yellow Moon.
Bola kristal itu melayang cepat diikuti oleh bola api
dibelakangnya, efek dari energy dari Red Mars.
Yellow Moon langsung tersentak saat bola itu masuk
kedalam tubuhnya. Seperti orang ling-lung, dia melihat kearah teman-temannya, “Semuanya...”,
ujarnya pelan. Gold Sun langsung mengacungkan jempolnya, “Selamat datang
kembali kawan!” balas Gold Sun.
“Yellow Moon!” panggil yang lain.
“Eka! Apakah kau ingat kau ini siapa?”, tanya
Red Mars semangat.
“Ya..aku Yellow Moon..” jawabnya pelan.
“Aku tidak mendengar! Siapa kau ini Eka?!?!”, teriak
Red Mars. Seakan mendapat energi dan keberanian Yellow Moon kembali ke sedia
kala, “Aku…aku adalah Yellow Moon!”, seru Yellow Moon sambil menggenggam
Unicorn Rodnya. Yellow Moon melesat terbang kearah Banshee yang masih
sempoyongan akibat menerima serangan Gold Sun.
Beberapa tebasan membuat Banshee cukup kewalahan.
“Ingatlah ini Demon!” Yellow Moon menebas ke arah
kiri, “ Selama ada kami, kalian tidak akan bisa menguasai planet indah ini!”
kemudian ditutup dengan tebasan kearah kanan, “ Karena aku..tidak..karena kami
adalah Ksatria dari Planet Eris yang diutus untuk menjaga Bumi ini!”, seru
Yellow Moon.
Tiba-tiba saja, dia melihat bayangan ibunya di depan
Banshee, “Eka..kau adalah kebanggaan Mama.” Yellow Moon terkejut bukan
kepalang, “Mama?”
“Jadilah pria pemberani…untuk bisa melindungi keluarga
serta planet ini.” Bayangan Ibu Eka tersenyum kepadanya.
“Ma..” tanpa disadari, dari dalam helmnya, Eka
meneteskan airmata, “Aku akan menjadi pria pemberani, dan menjadi kebanggaan Mama!”
Ibu Eka terlihat mengangguk.
“Semuanya! Kita habisi perempuan Demon ini!”, teriak
Yellow Moon kepada Protonger yang lain.
“Itu baru Yellow Moon yang aku kenal!” balas Blue Mercury. Protonger bersama bejejer membentuk barisan.
“Itu baru Yellow Moon yang aku kenal!” balas Blue Mercury. Protonger bersama bejejer membentuk barisan.
“Outsider!” seru Yellow Moon, “ Gunakan serangan
berurutan, gunakan senjata kalian.”
“Baik!” jawab Outsider serempak.
“Dan Red Mars, kita gunakan Dragon Cannon!” Red Mars
mengangguk mantap. “Baiklah semua, kalian dengar’kan?” Outsider semuanya
mengangguk.
“Insider! Summon Dragon Cannon!” Dragon Cannon pun
muncul dari atas, dan Insider langsung mengambil posisi sambil menahan Dragon
Cannon.
“Silver, aku butuh kekuatanmu!” pinta Yellow Moon.
“Siap!” balas Silver mantap. Silver dan Yellow
kemudian menyalurkan energi ke dalam Dragon Cannon,
"Moon Earth!"
"Earth Gravity!"
Energi disalurkan ke Dragon Cannon, dan terdengar suara dari canon " Yellow Earth, Silver
Gravity."
“Semuanya! Bersiaplah!” teriak Gold Sun
memberi aba-aba. Outsider sudah bersiap dengan Garuda Katana, Peacock Scythe,
Dolphin Trident, Schylla Spear, dan Cygnus Axe.
Kemudian setelah mengaliri dengan elemen
masing-masing, Outsider maju menebaskan senjata mereka kearah Banshee satu
persatu.
“Tidak!!!”, jerit Banshee. Saat Outsider minggir,
Dragon Cannon seketika menebakkan energi kearah Banshee, “ HYPER QUAKE!!!”
teriak Insider bersama. Bola energy Hyper Quake pun menghantam tubuh Banshee,
dan membuatnya meledak berkeping-keping.
Bola kristal yang sudah dikumpulkan pun terbang kembali ke pemiliknya.
Dugaan Protonger kala itu sudah pasti terjawab, dari
arah atas gedung ada sebuah sinar putih kehijauan yang menhujam mayat Banshee.
Seketika itu juga Banshee berubah menjadi raksasa, “Habis riwayat kalian,
Protonger!” amuk Banshee lalu dia menghancurkan gedung menggunakan suara
kerasnya.
“Summon All Beast Guardian!” Red Mars memanggil para
Beast. Tak butuh lama, para Beast pun datang dan langsung menyerbu Banshee.
“1 lawan 11 tidak adil, semuanya, Galaxy
Combine!” perintah Red Mars.
“Outsider, Planet Combine!” Gold Sun juga turut
memberikan perintah. Dan ke-11 beast itu menggabungkan diri sesuai dengan
timnya masing-masing. ProtonKing dan Space Commander pun muncul, dan langsung
menghajar Banshee tanpa ampun. Namun Banshee masih bisa mengimbangi perlawanan
dari ProtonKing dan Space Commander, sehingga keadaan berbalik.
Yellow Moon datang dengan sebuah ide baru, “ Outsider! Aku punya ide.” Seru Yellow Moon.
Yellow Moon datang dengan sebuah ide baru, “ Outsider! Aku punya ide.” Seru Yellow Moon.
“Apa itu, Yellow Moon?”, tanya Gold Sun penasaran.
“Lepaskan Cygnus, dan gabungkan dengan Unicorn, aku
rasa kekuatannya akan lebih luar biasa.” Jelas Yellow Moon kemudian.
Gold Sun mengangguk, “ Patut dicoba! Uranus, lepaskan
Cygnus, dan gabungkan dengan Unicorn.”
“ siap!” balas Uranus, “ Yellow Moon, bersiaplah!”
kemudian Space Commander melepaskan Cygnus, dan begitu juga ProtonKing
melepaskan Unicorn. Kini Unicorn menggabungkan diri dengan Space Commander.
Kini terlihat Space Commander dengan tangan
kanan menggunakan Sword Unicorn, dan Yellow Moon berpindah kokpit di Space
Commander “Space Commander Sword!” teriak mereka bersama.
Tanpa banyak omong, Banshee pun melancarkan serangan
balasan. Awalnya Space Commander sempat kewalahan dibuatnya. Namun akhirnya
mereka bisa menguasai keadaan.
Space Commander menebas menggunakan Peacock Fanblade,
dan kemudian ditutup oleh tebasan Unicorn Sword.
“Semuanya, kita habisi dia!” Aliran energi dari arah
dada Space Commander yang berasal dari Dolphin, memusat di tengah. Kemudian energy
tersebut terbang setelah diayunkan menggunakan Peacock Fanblade, lalu kemudian
merangsek ke tubuh Banshee membuat dia tidak bisa bergerak. Space Commander
langsung menebasnya menggunakan Unicorn Sword, “Victory Judgement Break!!!!”
Banshee pun seketika itu langsung meledak, “Tidaaaakkk!!!!” Space Commander
langsung melakukan pose kemenangan.
Sore
harinya, Eka berjalan menyusuri bukit padang rumput. Di tangannya membawa
seikat bunga mawar kuning. Langkahnya terhenti di sebuah nisan. Eka merendahkan
badannya, dan menaruh rangkaian bunga mawar kuning yang dibawanya, “Ma, ini aku
datang menengokmu.” Eka mengusap nisan makam ibunya, “Tak terasa sudah beberapa
tahun kita berpisah. Aku harap Mama tenang disana. Mama sudah sembuh sekarang,
tidak perlu sakit lagi”
Eka mengeluarkan kalung dari balik kaosnya, dan melepaskan
kalung tersebut, “Kalung ini sudah setia menemaniku, dan berkat ini, aku
menjadi seseorang yang pemberani seperti yang kau inginkan, Ma.” Tak terasa
airmata mengalir di pipinya.
Eka kemudian menaruh kalung tersebut di atas nisan
makam ibunya, “ Selamat ulang tahun Ma, aku selalu menyayangimu.” Eka mengecup
tangannya, dan menempelkannya di nisan makam Ibunya.
Dia pun bersiap untuk pulang. Saat berbalik, dia
menemukan teman-temannya berdiri di belakangnya. Dodo seperti biasa dia
mengacungkan jempol. Seketika sedihnya hilang saat melihat keberadaan temannya,
lalu dia menghapus air matanya, dan berlari menghampiri teman-temannya.
Protonger yang lain pun langsung mengerubungi Eka.
Kemudian mereka pun beranjak pulang.
Jadilah anak pemberani dan menjadi kebanggaan Ibumu,
Yellow Moon…
Maju terus Galaxy Forces Protonger!
-bersambung-
*this story, dedicated to our warrior Eka Prasetya. We
are really love you, brother. – from
Protonger-
No comments:
Post a Comment